Media Isu Isi Konsep dan Metode Analisis

Untuk mengkaji isi dan struktur media massa, ada empat metode yang dapat digunakan sebagai alat penelitian, yaitu analisis isi, analisis semiotika, analisis wacana dan analisis framing.

Analisis Isi
Analisis isi (content analysis) dilaksanakan dengan melakukan kuantifikasi terhadap sifat-sifat yang dikandung isi media massa. Analisis isi telah sering dipakai dalam mengkaji pesan-pesan media. Karena metode ini pada dasarnya merupakan sebuah metode untuk menguji secara kuantitatif , keyakinan, kepentingan para editor dan penerbit, kecenderungan pembaca (dengan asumsi bahwa bahan-bahan yang dipublikasikan secara berhasil bagi golongan tertentu, mencerminkan secara akurat kecenderungan golongan yang bersangkutan).
Teknik analisis isi dalam pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai berikut, peneliti memulainya dengan membuat sampel yang sistematis dari isi media. Misalnya jika para peneliti ingin meneliti tayangan kekerasan seksual yang dihadirkan televisi, maka mereka dapat memilih beberapa tayangan prime time berkaitan dengan isu di atas. Kemudian dikembangkan definisi obyektif mengenai “kekerasan seksual”, misalnya scene di mana terjadi kekerasan seksual. Kemudian diklasifikasikan agar sesuai dengan definisi yang telah dibuat dan kemudian dihitung, sehingga peneliti dapat mengetahui adegan kekerasan seksual per jam dan membandingkannya dengan statistik yang dihasilkan penelitian sebelumnya (Gerbner dan Gross dalam Straubhaar dan Larose, 1997 :413). Sedangkan untuk menganalisis koran atau majalah dapat dilakukan dengan mengukur inchi kolom dari berita yang telah dikategorisasi dalam berbagai kategori berdasarkan tujuan penelitian.

Keunggulan analisis isi adalah kemampuannya untuk memberi deskripsi mengenai profil media secara mendetail dan menunjukan trend media dalam waktu tertentu. Namun kelemahannya adalah ketidakmampuannya untuk melihat efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak. Untuk meneliti efek media massa terhadap khalayak, kita harus mengadakan penelitian yang melibatkan khalayak.

Selain itu, dalam penelitian analisis isi, seringkali hanya melihat sampel tayangan yang jumlahnya tidak banyak. Misalnya saat kita akan melakukan penelitian mengenai kekerasan seksual di tayangan televisi, bisa jadi kita hanya mengambil sampel tayangan prime time dari tiga stasiun televisi terbesar di Indonesia. Padahal masih banyak stasiun televisi yang lain, apalagi jika kemudian kita juga mempertimbangkan keberadaan stasiun televisi lokal, maka jumlah tiga stasiun televisi tersebut sangatlah kecil, sehingga apakah hasil penelitian representatif atau tidak menjadi sangat dilematis.

Pembuatan definisi sebelum melakukan riset juga dapat problematis. Misalnya, pada sebuah tayangan komedi ada seorang aktor berkata jorok yang dibumbui kata-kata yang berhubungan dengan seksualitas sembari tertawa dan tersenyum, baik aktor maupun artisnya. Apakah hal ini dapat didefinisikan sebagai kekerasan seksual ? Bagi beberapa orang bisa jadi ini sudah termasuk kekerasan seksual, namun bagi yang lain tidak, karena dengan alasan artisnya saja ikut tertawa.

Semiotika
Semiotika (semiotic) atau yang juga dikenal sebagai semiologi (semiology) telah menjadi alat analisis yang populer untuk meneliti isi dari media massa dan telah banyak digunakan oleh para mahasiswa ilmu komunikasi dalam meneliti makna dari pesan yang termuat dalam media massa. Bagi para ahli semiotika, pesan (massage) dari media massa menjadi bagian terpenting untuk dikaji, dan bagi mereka isi media massa adalah produk dari penggunaan tanda-tanda bahasa (sign). Pendekatan ini berfokus pada cara produsen tanda bahasa (author) membuat tanda bahasa dan cara khalayak memahaminya.

Semiotika memiliki sejarah dengan perkembangan yang cukup panjang dalam abad 21. Bidang ini membantu kita melihat bagaimana tanda-tanda bahasa digunakan untuk menginterpretasi kejadian-kejadian dan dapat menjadi alat analisis yang terutama baik untuk menganalisis kandungan dari pesan media. Nyaris tidak dapat dipungkiri bahwa tanda bahasa memiliki peran istimewa dalam media, dan media dalam banyak cara membentuk bagaimana lambang-lambang berfungsi untuk kita.

Pada mulanya semiotika dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure dan Roland Barthes serta kemudian banyak dikembangkan Jean Baudrillard, salah seorang pemikir posmoderisme yang terkenal.

Menurut Saussure, tanda bahasa (sign) tidak lepas dari beberapa unsur, yaitu pertama, penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah aspek material dari satu tanda bahasa, sedangkan petanda adalah aspek mental dari tanda bahasa. Relasi keduanya bersifat arbiter (arbitrary) atau diada-adakan. Misalnya tidak ada relasi alamiah antara kata kucing (k-u-c-i-n-g) dengan binatang berkaki empat, berbulu, menyusui, suka mengeong dan memiliki cakar yang ditunjukan kata kucing. Kedua, tanda bahasa terstruktur dalam langue dan parole. Langue adalah pemakaian bahasa secara umum dan parole adalah pemakaian tanda bahasa secara oleh individu. Saussure memberi anologi bermain catur untuk menjelaskan hal ini. Kuda dalam catur diatur dalam langue dalam bentuk gerak L, dan para pemain catur bebas memilih untuk bergerak dalam gerakan L ke atas, bawah, kanan ataupun kiri yang menjadi parole yang mereka miliki. Jika bergerak selain L maka kacaulah permainan catur tersebut Aturan yang seperti di atas mengikat tanda bahasa ke dalam suatu struktur, makanya semiotika generasi ini dikenal sebagai peletak dasar strukturalisme yang banyak dikembangkan oleh Louis Althusser dan Jean Claude Levi-Strauss (Bignell, 1997 : 7-10).

Hal lain yang tidak bisa dilepaskan dalam kajian semiotika adalah pemikiran Saussure yang menyatakan bahwa konsep memiliki makna disebabkan karena adanya faktor – faktor relasi, dan dasar dari relasi tersebut adalah berlawanan atau oposisi yang bersifat duaan (binary oposition). Untuk lebih jelasnya kita dapat mengambil ilustrasi sebagai berikut. Konsep “kaya” misalnya, tidak akan memiliki arti apapun jika tidak ada konsep “miskin”. Konsep “cantik” juga tidak memiliki arti apapun jika tidak ada konsep “jelek”. Namun harus dicatat bahwa konsep tidak didefinisikan pada isi positifnya tetapi negatifnya, melalui relasi-relasinya dengan istilah-istilah lain dalam sistemnya (Berger, 2000 : 7).

Dalam kajian semiotika, bukan “isi” yang menentukan makna, tetapi “relasi-relasi” dalam berbagai sistem, seperti yang diutarakan oleh Saussure bahwa sifat yang paling tepat untuk untuk menggambarkan konsep tersebut adalah “ada dalam keberadaannya, sedang yang lain tidak”. Sehingga tidak ada makna pada dirinya sendiri, karena semua terbentuk dari relasi (Saussure dalam Berger 2000 : 7).

Konsepsi yang dikemukakan oleh Saussure ini kemudian dikembangkan oleh Roland Barthes untuk memahami mitos (myth) yang lahir dari tanda bahasa. Mitos lahir melalui konotasi tahap kedua di mana rangkaian tanda yang terkombinasikan sebagaimana dalam film disebut sebagai teks (text) akan membentu pemaknaan tingkat kedua (secondary signification) (Thwaites, 1994 : 67). Ide-ide dari Barthes banyak digunakan untuk memahami realitas budaya media kontemporer yang dikonsumsi oleh manusia setiap harinya (Bignell, 1997:16). Film, lagu, sinetron, novel, majalah dan sebagainya merupakan bagian dari budaya media yang dipenuhi oleh berbagai praktik penandaan (signifying practice), yang dapat dianalisis dari banyak sisi. Film misalnya dapat dianalisis dari berbagai unsur yang ada di dalamnya, yaitu posisi kamera (angle), posisi obyek atau manusia dalam frame, pencahayaan (lighting), proses pewarnaan (tinting) dan suara (sound) (Bignell, 1997:187).

Semua sisi sebagaimana yang tersebut di atas akan menjalin satu kaitan yang dinamakan sebagai intertekstualitas. Intertektualitas melibatkan bahan teks dari banyak ragam yang menjadi hal umum dewasa ini, menjadi budaya dan mencari arah teks baru tanpa disadari oleh pencipta teks bersangkutan (the author) (Berger, 2000 : 26).

Berbagai tanda bahasa yang saling berelasi kemudian akan membentuk teks (text). Istilah “teks” sendiri berasal dari Bahasa Latin texture yang berarti rajutan, sehingga teks dapat diartikan sebagai rajutan dari berbagai tanda bahasa yang melahirkan makna-makna. Makna inilah kemudian melahirkan representasi (representation). Menurut Norman Fairclough, representasi dapat secara ideologis mereproduksi relasi sosial yang mengandung eksploitasi dan dominasi (Burton, 2000 : 171).

Ada beberapa unsur penting dalam representasi yang lahir dari teks media massa. Pertama adalah stereotype yaitu pelabelan terhadap sesuatu yang sering digambarkan secara negatif. Selama ini representasi sering disamakan dengan stereotype, namun sebenarnya representasi jauh lebih kompleks daripada stereotype. Kompleksitas representasi akan terlihat dari unsur-unsurnya yang lain. Kedua adalah identity, yaitu pemahaman kita terhadap kelompok yang direpresentasikan. Pemahaman ini menyangkut siapa mereka, nilai apa yang dianutnya dan bagaimana mereka dilihat oleh orang lain baik dari sudut pandang positif maupun negatif. Ketiga adalah pembedaan (difference), yaitu mengenai pembedaan antarkelompok sosial, di mana satu kelompok dioposisikan dengan kelompok yang lain. Keempat, naturalisasi (naturalization), yaitu strategi representasi yang dirancang untuk mendesain menetapkan difference, dan menjaganya agar kelihatan alami selamanya. Kelima adalah ideologi. Untuk memahami ideologi dalam representasi ada baiknya kita mengingat kembali konsepsi ideologi yang dikemukakan oleh Althusser. Representasi dalam relasinya dengan ideologi dianggap sebagai kendaraan untuk mentransfer ideologi dalam rangka membangun dan memperluas relasi sosial (Burton, 2000 : 170-175).

Jean Baudrillard kemudian mewacanakan semiotika pascastrukturalisme (poststructuralism) yang menyatakan bahwa tanda bahasa telah semakin terpisah dari objek yang mereka wakili dan bahwa media telah mendorong proses ini ke titik dimana tidak ada sesuatu yang nyata. Media tidak secara mendadak menciptakan kondisi ini, namun memperburuk suatu kecenderungan yang telah lama berlangsung sepanjang sejarah modern.

Penggunaan tanda bahasa telah berjalan melalui suatu evolusi dalam masyarakat. Pada mulanya, tanda bahasa adalah representasi yang sifanya sederhana dari suatu objek atau kondisi. Tanda bahasa mempunyai relasi yang jelas dengan yang obyek yang dilambangkannya. Baudrillard menyatakan pentahapan ini sebagai tahapan dari urutan simbolis, umum dalam masyarakat feodal. Pada tahap kedua, kepalsuan, umum dari masa Renaissance ke masa Revolusi Industri, lambang-lambang dianggap kurang memiliki relasi langsung dengan benda-benda dalam kehidupan, yang oleh Baudrillard dinamakan sebagai hiperrealitas.

Analisis Framing
Analisis framing dikembangkan terutama oleh William A. Gamson. Gamson melihat wacana media massa (khususnya berita) terdiri dari sejumlah kemasan (package) melalui mana konstruksi atas suatu peristiwa dibentuk. Kemasan itu merupakan skema atau struktur pemahaman yang dipakai oleh seseorang ketika mengkonstruksi pesan-pesan yang dia sampaikan, dan menafsirkan pesan yang ia terima.

Ada dua perangkat bagaimana ide sentral yang merupakan framing diterjemahkan ke dalam teks berita melalui dua cara. Pertama, framing devices (perangkat framing) yang berelasi langsung dengan ide sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita. Perangkat framing ini ditandai dengan pemakaian kata, kalimat, metafora, dan grafik/gambar. Perangkat kedua adalah reasoning devices (perangkat penalaran) yang berhubungan dengan kohesi dan koherensi dari teks tersebut yang merujuk pada gagasan tertentu (Eriyanto, 2004 : 225-226).

Ada beberapa komponen yang menjadi alat analisis dalam analisis framing yang dikembangkan oleh Gamson, yaitu :

Pertama, elemen inti berita (idea element) yaitu ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita itu kemudian didukung dengan simbol tertentu untuk menekankan arti yang hendak dikembangkan dalam teks berita. Simbol itu dapat diamati dari pemakaian kata, kalimat, grafis, atau pemakaian foto atau aksentuasi gambar tertentu.

Semua elemen dalam perangkat pembingkai tersebut digunakan untuk memberi citra tertentu atas seseorang atau peristiwa tertentu. Citra itu juga dilakukan dengan memberi label (depiction) terhadap suatu peristiwa. Citra juga dapat ditekankan dengan melakukan ilustrasi (eksemplaar)

Kedua, perangkat pembingkai (framing devices) dipakai untuk memberi citra negatif maupun positif terhadap suatu berita atau obyek yang diberitakan. Ketiga, perangkat penalaran (reasoning devices). Dapat berupa roots ataupun dengan memberi klaim moral tertentu (appeals to principle). Keduanya berpotensi membawa konsekuensi (consequences) mengenai isu berita.

Analisis Wacana
Michel Foucault adalah salah seorang pemikir Prancis yang memberi banyak kontribusi dalam perkembangan analisis wacana (discourse analysis). Kontribusinya dapat dilacak dari pemikirannya mengenai kuasa (power), sebuah tema yang merupakan topik terpenting dalam khasanah pemikiran Foucault yang kemudian banyak digunakan dalam analisis wacana. Berbagai karya besar Foucault memang berkisar pada subyek kekuasaan. Menurut Foucault, kekuasaan merupakan sesuatu yang inheren sifatnya dari semua formasi diskursif. Misalnya, kekuasaan merupakan fungsi wacana atau ilmu dan bukan sebagai properti manusia atau institusi. Episteme, sebagaimana diekspresikan dalam bahasa, menjamin kekuasaan. Dengan begitu, kekuasaan dan pengetahuan tidak bisa dipisahkan.

Banyak literatur yang sudah ditulis berusaha mengungkap kuasa, namun bagi Foucault sedikit sekali yang berhasil mengurai kuasa. Ada misalnya analisis Marxian yang banyak mengurai mengenai orang-orang yang berkuasa seperti negara, parlemen, institusi agama, namun tidak menyinggung bagaimana mekanisme kuasa atau strategi kuasa. Tema seperti inilah yang menjadi fokus perhatian Foucault. Ia ingin menganalisis strategi kuasa yang faktual. Ia tidak menyajikan suatu metafisika mengenai kuasa, tapi satu mikrofisika tentang kuasa. Maksudnya, masalahnya bukanlah pada apakah itu kuasa, melainkan bagaimana berfungsinya kuasa pada bidang tertentu.

Berikut ini adalah beberapa pendapat Foucault mengenai kuasa. Pertama, kuasa bukanlah milik melainkan strategi. Maksudnya kuasa biasanya disamakan dengan milik. Kuasa dianggap sebagai sesuatu yang dapat diperoleh, disimpan, dibagi, ditambah, dan dikurangi. Tapi dalam pandangan Foucault kuasa tidak dimiliki tapi dipraktekan dalam suatu ruang lingkup di mana ada banyak posisi yang secara strategis berelasi satu sama lain dan senantiasa mengalami pergeseran.

Kedua, kuasa tidak dapat dilokalisasi tetapi ada di mana-mana. Biasanya kuasa dihubungkan dengan orang atau lembaga tertentu, khususnya aparat negara. Tapi menurut Foucault strategi kuasa berlangsung di mana-mana. Di mana saja terdapat susunan, aturan, sistem regulasi, di mana saja ada manusia yang mempunyai relasi tertentu sama lain dan dengan dunia luar, di situ kuasa sedang bekerja. Kuasa tidak datang dari luar, tetapi menentukan susunan, aturan-aturan, relasi-relasi itu dari dalam, malah memungkinkan semua itu. Sebagai contoh adalah bahwa setiap masyarakat mengenal berbagai strategi kuasa yang menyangkut kebenaran: beberapa diskursus diterima dan disebarluaskan sebagai benar. Dalam hal ini terdapat institusi-institusi yang menjamin perbedaaan antara yang benar dan tidak benar. Selain itu terdapat pula pelbagai aturan dan prosedur untuk memperoleh dan menyebarkan kebenaran

Secara khusus, Foucault memberi perhatian ada relasi antara kuasa (power) dengan pengetahuan (knowledge). Pengetahuan tidak berasal dari dari salah satu subyek yang mengenal, tetapi dari relasi-relasi kuasa yang menandai subyek itu. Pengetahuan tidak “mencerminkan” relasi kuasa sebagaimana yang selama ini dikenal dalam pemikiran Marxian, pengetahuan tidak merupakan pengungkapan secara samar-samar dari relasi-relasi kuasa tetapi pengetahuan berada di dalam relasi kuasa itu sendiri. Kuasa memroduksi pengetahuan dan bukan saja karena pengetahuan berguna bagi kuasa. Lebih lanjut dalam pandangan Foucault tidak ada pengetahuan tanpa kuasa dan tidak ada kuasa tanpa pengetahuan. Pada titik ini terdapat relasi: pengetahuan mengandung kuasa seperti juga kuasa mengandung pengetahuan. Dengan demikian tidak ada pengetahuan yang netral dan murni, karena di dalamnya ada kuasa.

Ketiga, kuasa tidak selalu bekerja melalui penindasan atau represi, tetapi terutama melalui normalisasi dan regulasi. Selama ini kuasa sering dianggap subyek yang berkuasa (raja, pemerintah, ayah, laki-laki dan kehendak umum) dan subyek itu dianggap melarang, membatasi, menindas dan sebagainya. Menurut pendapat Foucault kuasa tidak bersifat subyektif. Inilah yang membedakannya dengan pandangan marxisme yang melihat kuasa sebagai satu proses dialektis, di mana A menguasai B, kemudian setelah beberapa syarat terpenuhi ganti B menguasai A. Kuasa juga tidak bekerja secara represif dan negatif, melainkan bekerja secara produktif dan positif, karena ada kenyataannya kuasa memproduksi realitas. Kuasa memproduksi realitas dengan memproduksi lingkup obyek dan ritus-ritus kebenaran. Strategi kuasa tidak berjalan melalui jalan penindasan melainkan melalui normalisasi dan regulasi.

Keempat, kuasa tidak bersifat destruktif melainkan produktif. Yang dimaksudkan oleh Foucault disini adalah bahwa kuasa tidak menghancurkan, tetapi malah menghasilkan sesuatu. Hal ini sekaligus meruakan penolakan Foucault terhadap sebagaian pandangan yang menyatakan bahwa kuasa meruakan sesuatu yang jahat dan harus ditolak, karena menolak kuasa sendiri termasuk dari strategi kuasa. Tidak mungkin memilih kawasan di luar kawasan strategi kuasa itu sendiri. Ringkasnya, kuasa produktif karena memungkinkan segala sesuatu dapat dilakukan (Bertens, 2000 : 297 – 325).

Menurut Foucault struktur wacana adalah suatu satuan aturan inheren yang menentukan bentuk dan substansi praktek diskursif. Struktur wacana ini tidak sekedar aturan untuk bagaimana cara berbicara; tetapi juga aturan-aturan yang menentukan sifat pengetahuan, kekuasaan, dan etika. Aturan-aturan ini mengontrol apa yang bisa dibicarakan atau dituliskan dan siapa yang boleh bicara atau menulis (atau pembicara yang harus ditanggapi dengan serius). Aturan-aturan seperti di atas kemudian mampu mengontrol apa yang bisa kita bicarakan atau tuliskan, yang tentu juga menentukan bentuk wacana yang harus dipakai

Berlawanan dengan pendapat yang lebih populer, dalam pandangan Foucault masyarakat tidak bertanggung jawab dalam membuat kondisi wacana. Sebaliknya, wacanalah memerlukan tempat seseorang dalam skema dunia. Struktur diskursif terbaru kita mampu memberi penjelasan mengenai manusia sebagai pondasi dan asal ilmu pengetahuan, tetapi masyarakat tidak pernah mendapatkan kedudukan seperti ini sebelumnya di periode yang lain dan dengan sendirinya akan segera kehilangan kedudukan ini. Di jaman kita, orang diyakini mendapatkan ilmu pengetahuan dan mempunyai kekuasaan, tetapi ide ini merupakan penciptaan bentuk diskursif yang pra dominan di jaman kita, dan aturan-aturan berekspresi dalam komunikasi kita mempunyai ide seperti ini. Di lain waktu, seluruh ide-ide yang berbeda tentang pengetahuan dan kekuasaan muncul dari penggunaan wacana.

Penelitian Foucault tentang sistem hukum dalam karyanya The Birth of Prison, dapat digunakan sebagai contoh mengenai analisis wacana. Dia menemukan adanya perbedaan yang sangat dramatis di abad 18 dan 19 dari kekejaman dan hukuman publik menjadi pemahaman dan perlindungan kriminal dari penyiksaan tubuh. Sebelum masa sekarang, narapidana disiksa atau atau bahkan dieksekusi di depan publik dan bahkan seringkali oleh publik sendiri dan dijadikan sebagai bentuk tontonan. Dalam formasi diskursif saat itu orang/kriminal dilihat sebagai obyek sentral dalam hubungan politis. Sangat alami bahwa kekuasaan seharusnya digunakan untuk melawan orang/kriminal dan bahwa hukuman seharusnya mencakup kesakitan tubuh. Tetapi kemudian dalam formasi diskursif yang ada di masa sekarang, orang/kriminal kehilangan statusnya, karena kekuasaan lebih menjadi persoalan fisik atau jiwa individu manusianya. Dengan begitu menahan kriminal dilihat sebagai hukuman yang lebih sesuai daripada mencambuk mereka di depan publik.

Studi yang dikerjakan oleh Foucault berkisar pada analisis wacana yang memiliki fungsi untuk melakukan pengungkapan terhadap aturan-aturan dan struktur wacana. Studi ini oleh Foucault dinamakan archaelogy. Archaelogy berusaha mengungkap berbagai aturan-aturan wacana dengan melewati deskripsi yang seksama. Studi ini menunjukkan perbedaan atau kontradiksi, daripada adanya koherensi, dan mengungkap tentang suksesi dari satu bentuk wacana ke wacana yang lain. Untuk alasan inilah Foucault menitikberatkan deskripsi komparatif lebih dari satu buah wacana.

Interpretasi, atau pemaknaan teks, tidak bisa dihindari dalam analisis teks, tapi pemaknaan itu seharusnya diminimalisir kerena interpretasi tidak membuka struktur diskursif dan pada kenyataannya malah mengaburkannya. Foucault berpandangan bahwa seorang analis sudah seharusnya menghindari untuk merelasikan wacana dengan pengarang/penulis karena penulis dalam wacana yang muncul hanya menjalankan fungsi wacana semata dan bukan merupakan instrumen di setiap cara yang fundamental di dalam pembuatan struktur teks yang mereka hasilkan. Sehingga, wacana sering dimengerti sebagai bahasa yang digunakan dalam merepresentasikan praktik sosial dari sudut pandang tertentu. Dalam memahami wacana, kita juga tidak bisa lepas dari konsep ideologi karena setiap makna dari wacana selalu bersifat ideologis (Fairclough dalam Burton, 2000 : 31).

Produksi Budaya Media

Posted: May 25, 2010 in Komunikasi

PRODUKSI BUDAYA MEDIA

A. Konteks Produksi Budaya Media
Dalam hal ini institusi media cenderung untuk mengembangkan semangat satu atau lebih dari pers normatif, serta menciptakan aturan permainan yang lebih berthan dan bersifat umum menyangkut masalah fungsi atau tujuan dalam masyarakat, perbedaaan antar media, lingkup kegiatan media dan mempunyai hubungan dengan institusi tersebut. Institusi media juga membantu terciptanya interelasi antar media dan antar bidang pekerjaan.
Organisasi Media, merupakan latar belakang khusus yang sedikit banyak memiliki sistem manajemen tersendiri, seperti yang terdapat didalam media surat kabar, atau dimedia yang lain. Dalam konsep organisasi media tidak selamanya mudah diterapkan dalam praktek, karena batas dan aturan organisasi sering kali ditata ulang, serta tidak jelas. Semua itu disebabkan karena, adanya amalgansi(integrasi)kedalam multimedia atau kelompok multinasional.
Istilah komunikator massa, terkenal didalam masyarakat sejak tahun 1939, yang mengacu kepada orang yang bekerja pada media, serta mempunyai peran untuk mengontrol atau menguasahi saluran komunikasi massa. Ada beberapa cara, untuk mengindenfikasikan jenjang analisis, didalam memahami produksi media, menurut pendapat dari Dimmick dan Coit (1982), yaitu :
1.Supranasional ( badan atau perusahaan internasional )
2.Jenjang masyarakat
3.Jenjang industri
4.Supraorganisasi
5.Jenjang komunitas
6.Kelompok intraorganisasi
B. Keaneragaman Internal Institusi Media
Ragam utama definisi media institusi dan variabel penerapan”aturan”institusi berhubungan erat dengan beberapa faktor sebagai berikut :
!. Tipe Madia
2. Skala dan jangkauan operasi
3. Kewajiban kerja atau fungsi
4. Bentuk kepemilikan
C. Peran media ditengah kekuatan sosial.
Dalam hal ini, menurut pendapat dari gerbner (1969) menggambarka bahwa para komonikator massa dalam situasi yang tertekan,karena menghadapi berbagai kekuatan dari luar terutama yang berasal dari klien.
Beberapa hubungan organisasi media ditengah-tengah kekuatan sosial :
1. Hubungan dengan masyarakat
Maksudnya yaitu, didalam penayampaian media massa harus mempunyai sasaran organisasi didalam media,yang sesuai dengan keadaan masyarakat, serta harus menjadi pemihak atau netralitas didalam masyarakat.
2. Hubungan dengan klein,pemilik, dan pemasok.
Maksudnya yaitu, kita harus benar-benar bisa memperhatikan berbagai macam kasus yang ada disekitarnya, terutama terhadap yang bersangkutan langsung dengan permasalahan didalam media.
3. Hubungan dengan sumber
Maksudnya yaitu, bahwa kita harus bisa memilih darinsekian banyak pengarang atau seniman untuk menentukan publikasi, serta melakukan penngamatan terhadap pengumpulan informasi.
4. Hubungan internal organisasi media.
Maksudnya yaitu, sejauh mana kita didalam menganalisis hubungan organisasi media dengan badan diluar media yang memberiakan kesan adanya kesatuan dalam tubuh organisasi.
5. Hubungan Audiens
Maksudnya yaitu, klien merupakan sumber yang utama didalam mencari sebuah berita dilingkungan sekitar.
D. Ciri-ciri komunikator massa
Berikut ciri-ciri dari komunikator massa :
1. Bertanggung jawab terhadap produksi media.
2. Pertanyaan yang dikeluarkan merupakan suatu hipotesis yang sesuai dengan ideologi
3. Konsep-konsep yang dikeluarkan tidak bertentangan dengan publik
E. Kegiatan organisasi media.
1. Penjagaan garbang, yaitu membatasi jangkauan permasalahan sekitar kegiatan berita yang sedang belangsung.
2. Lokasi dan seleksi, yaitu pengumpulan beritta yang merupakan pembahasan rutinisasi sebelum berita itu diturunkan.
3. Waktu dan seleksi, yaitu bahwa kecepatan waktu merupakan hal yang sangat penting didalam prosesi, karena menyangkut hal yang baru dan relevan dan sangat penting sekali.
4. Tokoh dan seleksi, yaitu mencari sebuah subyek permasalahan yang kemudian melakukan sebuh pemilihan didalam media mssa.
Kecenderungan memiliki atau menyimpan bukan saja disebabkan oleh prosedur seleksi yang berpola, tetapi juga karena adanya mekanisme yang terjadi dalam organisasi yang menangani isi sebagai bagian dari kegiatan rutin didalam organisasi.
Didalam peninjauhan terhadap mekanisme dalam dunia media massa yang bercirikan komersial – industri, diperlukan sebuah kerangka model proses pengambilan keputusan ndalam seni media, yaitu :
a.Model lini perakitan, yaitu sebuah proses pembuatan produk industri, beserta keterampilan dan keputusan yang terkait dalam mekanisme proses tersebut.
b.Model ketrampilan dan kewiraswastaan, yaitu kemampuan untuk menangani masalah, mengelola segenap masukan para seniman.
c.Model konvensi dan formula, yaitu sebuah cara untuk menyikapi sebuah resep yang mengandung berbagai unsure didalam memproduksi karya dalam gaya tertentu.
d.Model citra khalayak dan konflik, yaitu sebuah cara untuk menilai didalam proses produksi kreatif sebagai upaya menyelaraskan produksi.
e.Model citra produk, yaitu pembuatan karya yang memiliki kemungkinan terbesar untuk diterima oleh para penagambil keputusan pada tahap selanjutnya.

Produksi Budaya Media; Intitusi, Organisasi dan Peran Media, Isi media

A. Kontek Produksi Budaya Media
Komponen utama permasalahan produksi media ialah membicarakan sejumlah kegiatan yang menyajikan apa yang dilakukan oleh para komunikator massa dalam organisasi media dan institusi yang lebih luas. Isntitusi media cenderung mengemban semangat teori pers normatif, serta menciptakan aturan permainan yang menyangkut fungsi dan tujuan dalam masyarakat, perbedaan antarmedia, lingkup kegiatan media dan hubungannya dengan institusi lain (politik, pendidikan, agama, sosial, budaya dan lain-lain) serta kebebasan media untuk membentuk publiknya. Sementara organisasi media merupakan latar (setting) memiliki sistem manajemen. Konsep organisasi media sering ditata ulang sesuai dengan kebutuhan disebabkan adanya amalgamasi (integrasi) ke dalam multimedia atau kelompok multinasional.
Istilah komunikator massa dikenal sejak 1939 yang mengacu kepada orang yang bekerja pada media, sedang pandangan tentang peran khusus yang dijalankan oleh orang yang mengontrol atau menguasi saluran komunikasi massa dikenal sejak lama.
Dimmick dan Coit (1982) mengidentifikasikan jenjang penerapan pengaruh kekuasaan analisis untuk memahami produksi media, diantaranya
1. Supranasional (badan atau perusahaan internasional)
2. Masyarakat (pemerintahan)
3. Industri (perusahaan media; perusahaan iklan)
4. Supraorganisasi (jaringan atau kelompok)
5. Komunitas (kota kecil, masyarakat lokal, kelompok usaha niaga)
6. Kelompok intraorganisasi (baik formal atau nonformal)

B. Keanekaragaman Internal Institusi Media

Ragam utama definisi media institusi adalah:
1. Tipe Media (standar media-media)
2. Skala dan jangkauan operasi (nasional, internasioanal, lokal)
3. Kewajiban kerja atau fungsi (produksi)
4. Bentuk kepemilikan, pengendalian atau manajemen

C. Hubungan dengan Masyarakat
1. Sasaran organisasi media
2. Pemihakan atau netralitas media
3. Ciri-ciri komunikator massa
4. Akses

D.Hubungan dengan Klien, Pemilik dan Pemasok (supplier)
Beberapa faktornya antara lain:
1. Sumber dana (tujuan mencari untung, profesionalitas)
2. Tujuan para profesional
3. Media seperti perusahaan
4. Media berorientasi pasar
5. Media publik

E. Hubungan dengan Sumber
Konsep media sebagai ‘penjaga pintu gerbang’ (White) untuk menggambarkan perusahaan surat kabar yang memilih sejumalh kecil bahan berita. Pola penyeleksian sumber diidentifikasikan:
1. Memilih pengarang (seniman) untuk menentukan publikasi karya.
2. Kontak kesinambungan orang ‘dalam’
3. Pengamatan langsung (sumber berita)
4. Memanfaatkan pelayanan badan pemasok berita

F. Hubungan Internal Organisasi Media
Orientasi dasar pembagian media secara internal sebagai berikut:
1. Ditujukan pada sasaran efisiensi dan keberhasilan dalam bidang ekonomi yang ditargetkan oleh manajer.
2. Ditujukan pada sasaran profesional yang ditetapkan oleh penilaian para ahli dan teman sejawat
3. Ditujukan pada masyarakat luar yang dipengaruhi oleh berita, pendapat dan seni kreatif.
4. Ditujukan pada kemashuran dan keberhasilan bersama publik tertentu

G. Hubungan dengan Audiens
Para pelaksana media cenderung menunjukan ‘autism” yang tinggi (keasyikan menilai diri sendiri) yang sangat bergantung pada pengentahuan mereka (profesional) dari pada pengentahuan klien.

H. Kegiatan Organisasi media: Penjaga Gerbang (getkeeper)
1. Penjagaan gerbang
2. Tokoh dan seleksi
3. Lokasi dan seleksi
4. Waktu dan seleksi
5. Faktor lain dan media lainnya

I. Kegiatan Organisasi Media: Mekanisme Proses dan Penyajian
Walaupun komunikasi massa merupakan salah satu bentuk produksi massal, tetapi standarisasinya berkaitan dengan reproduksi dan distribusi yang dilakuakan berkali-kali. Ragam isi atau ide yang bermacam-macam dan unik disesuaikan dengan bentuk yang tidak asing bagi produsen media dan diaanggap akrab dengan khalayak (spessipiksi yang ditentukan oleh organisasi).
Tinjauan terhadap mekanisme dalam dunia media massa yang bercirikan komersial-industrial menurut Ryan dan Peterson (1982) menyajikan lima kerangka proses pengambilan keputusan dalam seni media (terutama industri musik)
1. Model lini perakitan (assembly line)
2. Model keterampilan dan kewiraswastaan (craft and enterpreneurship)
3. Model konvensi dan formula (convention and formula)
4. Model citra khalayak dan konflik (audinence image and conflict)
5. Model citra produk (product image)

Isi Media

A. Tujuan Analisis Isi
1. Isi seperti yang dikirim dan diterima
2. Pelacakan dampak
3. Isi sebagai bukti komunikator
4. Isi media sebagai bukti masyarakat dan budaya
5. Penilaian media dan organisasinya
6. Studi isi demi isi itu sendiri
7. Konflik dan ketidakkonsistenan tujuan

B. Modus Pembahasan dan Metode Analisis
1. Analisis isi tradisional
2. Strukturalisme dan semiologi

C. Varian dan Kemungkinan lain
Berelsonian (Barthian) mengkombinasikan kedua pendekatan di atas. Prinsipnya setiap upaya sistematis untuk mencirikan dan mengidentifikasikan kekhasan tubuh isi dapat berinklusi di dalam jajaran pendekatan yang telah diidentifikasikan antara kategorisasi nyata dan evaluasi kritis atau moral.

D. Isi Media dan Realitas Sosial
1. Tema yang mempersatukan
2. Teori tentang Penyimpangan realitas
a. teori fungsional
b. teori hegemoni
c. teori organisasi

E. Aliran Berita
1. Pemusatan berita
2. Pengertian berita
3. Berita dan kepentingan manusiawi
4. Nilai dan struktur berita
5. Bentuk dan laporan berita

Media Baru – Teori Baru ?

Posted: May 25, 2010 in Komunikasi

Media Baru – Teori Baru ?

Apa yang baru ?

• Digitalisasi semua aspek
• Konvergensi media yang berbeda
• Internet penyimpangan dari komunikasi  massa
• Adaptasi peran publikasi
• Interioritas peran penonton
• Fragmentasi dari lembaga media
• Mengurangi kontrol sosial

Empat kategori utama ‘media baru’ yang berbagi kesamaan saluran tertentu dibedakan menurut jenis penggunaan, konten dan konteks, sebagai berikut :

Media komunikasi interpersonal. Ini termasuk telepon (semakin mobile) dan e-mail (terutama untuk bekerja, tetapi menjadi lebih pribadi). Secara umum, konten adalah swasta dan rusak dan hubungan mendirikan dan diperkuat mungkin lebih penting daripada informasi yang disampaikan.

Memutar media interaktif. Ini adalah terutama game berbasis komputer dan video, ditambah perangkat virtual reality. Inovasi utamanya terletak pada interaktivitas dan mungkin dominasi ‘proses’ alih ‘menggunakan’ gratifikasi.

Media pencarian informasi. Ini adalah kategori yang luas, tetapi Internet / WWW adalah contoh yang paling signifikan, dipandang sebagai sebuah perpustakaan dan sumber data ukuran belum pernah terjadi sebelumnya ‘, aktualitas dan aksesibilitas. Selain Internet, telepon (ponsel) juga semakin saluran untuk pencarian informasi, seperti juga disiarkan teleteks dan data radio layanan.

Partisipatif kolektif media. Kategorinya termasuk terutama menggunakan Internet untuk berbagi dan bertukar informasi, ide dan pengalaman dan mengembangkan aktif (komputer-dimediasi) hubungan pribadi. Menggunakan rentang dari murni instrumental untuk afektif dan emosional

Karakteristik kunci media

Interaktivitas: seperti yang ditunjukkan oleh rasio tanggapan atau inisiatif dari pihak pengguna untuk ‘menawarkan’ sumber / pengirim

Sosial keberadaan : dialami oleh pengguna, rasa kontak pribadi dengan orang lain yang dapat ditimbulkan dengan menggunakan media

Kekayaan Media: sejauh mana media bisa menjembatani berbagai bingkai acuan,memberikan isyarat lebih, melibatkan indra lebih dan lebih pribadi

Otonomi, sejauh mana pengguna merasa mengendalikan konten dan penggunaan, tidak tergantung pada sumber

Main-main: menggunakan untuk hiburan, seperti tentang utilitas dan perantaraan

Privasi: terkait dengan penggunaan media dan / atau isinya khas atau dipilih

Personalisasi: sejauh mana konten dan menggunakan yang personal dan unik

Arti dan pengukuran Interaktivitas

arah komunikasi;fleksibilitas tentang waktu dan peran dalam pertukaran; memiliki rasa tempat dalam lingkungan komunikasi; tingkat kontrol (dari lingkungan komunikasi); dirasakan tujuan (berorientasi untuk bertukar atau persuasi).

Pola Baru Lalu Lintas Informasi

Dua pakar telekomunikasi Belanda, JL Bordewijk dan B. van Kaam (1986), telah mengembangkan sebuah model yang membantu untuk membuat jelas dan untuk mengetahui perubahan berlangsung. Mereka menggambarkan empat pola komunikasi dasar dan menunjukkan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain. Pola diberi label ‘allocution’, ‘percakapan’, ‘konsultasi’ dan ‘pendaftaran’.

Allocution

informasi yang didistribusikan dari pusat secara bersamaan ke perangkat penerima banyak

Percakapan dan Pertukaran

Dengan percakapan, individu (dalam jaringan komunikasi potensial) berinteraksi secara langsung dengan satu sama lain

Konsultasi
Konsultasi mengacu pada berbagai situasi komunikasi yang berbeda di mana seorang individu (di pinggiran) mencari informasi di toko pusat informasi – bank data, perpustakaan, referensi, disk komputer, dan sebagainya

Pendaftaran
Pada dasarnya, pola konsultasi secara terbalik, di pusat permintaan dan menerima informasi Hal ini berlaku dimanapun catatan pusat disimpan individu dalam sistem dan untuk semua sistem surveilans

Formasi Komputer Sebagai Media Komunitas

Komunitas Maya,Partisipasi Politik, Media Baru dan Demokrasi

Semua pemberitaan dimedia massa tentang peristiwa politik atau peristiwa yang memiliki dampak politik dapat menjadi pembahasan di internet dan  dapat melahirkan kristalisasi sikap dan prilaku politik para warganya.

Kebebasan berteknologi

Jenis komunikasi yang berkembang di Internet adalah yang berkaitan dengan kebebasan berekspresi dalam segala bentuknya .Seperti open source, bebas posting, penyiaran desentralisasi, interaksi

Maanfaat Internet untuk politik demokratis

– Interaktivitas yang bertentangan dengan satu arah aliran
– keberadaan komunikasi vertikal dan horisontal, mempromosikan kesetaraan
– Disintermediasi, berarti peran dikurangi untuk jurnalisme untuk memediasi-hubungan antara Warga Negara dan politisi
– Rendah biaya untuk pengirim dan penerima
– Kecepatan yang lebih besar dibandingkan dengan media tradisional
– Tidak adanya batas-batas

Sebuah arti kontrol baru ?

Keterbukaan tanpa sensor, dimana sensor dan kontrol dalam media internet ini, kususnya untuk isi dan informasi yang negatif (seperti Penyebaran situs-situs yang tidak sesuai dengan moral/pornografi), sangat sulit untuk dilakukan mengingat karakter internet ini adalah tidak terikat pada suatu wilayah kedaulatan Negara tertentu (transnational character), keragaman fungsi dan karakter yang tidak substansial (tidak penting), sehingga isi dan informasi yang tersebar dan diakses oleh publik sangat memungkinkan mempengaruhi khalayak secara negatif pula. Kriminalitas melalui media ini sangat mungkin dilakukan dan sangat sulit untuk diberantas atupun menangkap para pelakunya, seperti Carding atau pencurian nomor kartu kredit, adanya pembajakan karya intelektual, Pengguna internet dapat menyamarkan bahkan memalsukan identitasnya. Bagi organisasi teroris, hal ini membantu mereka berkomunikasi dengan para anggotanya diseluruh dunia tanpa terdeteksi oleh pihak keamanan atau pemerintah suatu negara

New Equalizer atau Divider ( Pembatas )?

Keseimbangan atau  pembatas komunikasi masih ada, dan pengecualian hanya berlaku untuk sebuah minoritas kecil untuk tujuan tertentu.

Kesimpulan

Dengan adanya media baru tidak harus ada teori baru krn hanya alat / medianya saja yg baru krn semuanya hanya digitalisasi saja. Dari analog ke digital. Dengan demikian kehadiran media internet sebagai media baru akan semakin memudahkan para warga negara berinteraksi dan berkomunikasi serta membahas berbagai masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi ditingkat Internasional,nasional ataupun lokal. Warga negara akan menjadi lebih berwawasan, yaitu menjadi informed citizen menuju masyarakat sipil (madani), yang dapat menjadi penentu (subjek) dan kelompok penekan dan pendorong terhadap kebijakan kebijakan yang dibuat pemerintah.

ORGANISASI MASSA  : TEKANAN DAN TUNTUTAN

• Metode Penelitian dan Perspektif

• Isu utama
• Tingkat analisis
• Organisasi media Dalam bidang kekuatan sosial
• Hubungan dengan masyarakat
• Hubungan dengan prur dan intrst groupc
• Hubungan klien dengan pemilik dan
• Hubungan dengan audiens

• Aspek struktur internal dan dinamika

• Pengaruh karakteristik pribadi komunikator massa
• Peran konflik dan dilema

Teori tentang komunikasi massa dimulai dengan sedikit kesadaran tempat media pesan berasal, kecuali untuk penetapan samar komunikator massa ‘sebagai sumber. Organisasi yang berasal diambil untuk diberikan dan teori dimulai dengan pesan itu sendiri. Penelitian pada media produksi, setelah mulai dengan deskripsi pekerjaan media, khususnya Dalam film dan jurnalisme (Rosten. 1937, 1941), secara bertahap melebar fokusnya agar mempertimbangkan budaya profesional dan konteks pekerjaan kerja media yang dapat mempengaruhi apa yang diproduksi. Bab ini pada gilirannya terlihat pada setiap jenis utama dari pengaruh yang dibawa untuk menanggung selama produksi dan pengolahan tahap komunikasi massa ini termasuk pengaruh eksternal dari masyarakat dan media, Lc nirki’t wlI sebuah nwr’i frnm. aiivert4cprc penonton thip angj Thec.p adalah lnnked di terutama dari perspektif ‘komunikator’ sendiri. Perhatian juga dibayar untuk hubungan internal untuk organisasi media dan ketegangan konflik dan masalah yang dihadapi. Ketegangan utama timbul dari dilemrnas berulang yang terletak di jantung media-keputusan. Ini termasuk potensi bentrokan antara laba di satu sisi dan seni atau tujuan sosial di pihak lain, dan mendamaikan masalah kebebasan kreatif dan editorial dengan tuntutan produksi rutin dan besar-besaran.

Metode Penelitian dan Perspektif
Kerangka kerja yang sangat sederhana dan umum di mana pertanyaan-pertanyaan bisa diajukan diperkenalkan dalam Bab 9. fitur Sfructuml (misalnya ukuran,. bentuk kepemilikan dan fungsi mcdia-industhal) dapat 1W dianggap sebagai memiliki cwequences langsung untuk menjalankan organisasi media tertentu. Melakukan merujuk kepada semua kegiatan yang sistematis yang pada gilirannya mempengaruhi perftrrnan4z dalam arti jenis dan jumlah konten media yang diproduksi dan ditawarkan untuk audieni Menurut model ini, kita perlu melihat tidak hanya pada fitur internal organisasi media tapi juga di hubungan mereka dengan organisasi lain dan dengan masyarakat yang lebih luas.
Sebagian besar penelitian dan teori dibahas di halaman berikut ‘media-sentris’ daripada ‘masyarakat-sentris “(lihat hlm 12-13)., Mengambil atau merekam pemandangan dari dalam media. Hal ini dapat mengakibatkan harga yg terlalu tinggi tentang pentingnya pengaruh organisasi pada konten dari sebuah ‘titik masyarakat-sentris’ pandang, banyak dari apa yang dilakukan organisasi media ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial eksternal, includin & tentu saja, re9uirements khalayak media. 11w 9ueslion dari ‘choic azadim’ (lihat hal 67) tidak berpose sangat tajam sehubungan dengan penelitian tentang organisasi media, karena panggilan untuk campuran kuantitatif dan kualitatif metode dan menarik kritis serta perspektif netral.
Isu Utama
Dua isu yang menyeluruh dari struktur dan konten dapat diidentifikasi:
• 4% derajat kebebasan melakukan sebuah ssess media organisasi dalam hubungannya dengan masyarakat luas, dan seberapa banyak kebebasan yang mungkin dalam organisasi?

• Bagaimana rutinitas media-organisasi dan prosedur untuk memilih dan pengolahan pengaruh konten apa yang dihasilkan?
Organisasi
Kedua pertanyaan secara kasar sesuai dengan dualitas yang disebutkan di atas dari efek struktural pada tingkah laku organisasi dan pengaruh yang terakhir, pada gilirannya, pada konten yang dihasilkan. Shoemaker dan Reese (1991) nama lima hipotesis utama tentang pengaruh faktor-faktor struktural dan organisasi pada konten, seperti yang ditunjukkan pada Kotak 11.1.
Hipotesis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi isi (Shoemaker dan Reese, 1991)
• Isi mencerminkan realitas sosial (media massa sebagai cermin masyarakat)

• Isi dipengaruhi oleh media sosialisasi pekerja dan sikap (pendekatan berpusat komunikator)

• Isi dipengaruhi oleh rutinitas media-organisasi

• Isi dipengaruhi oleh lembaga-lembaga sosial dan kekuatan luar media

• Isi adalah fungsi dari posisi ideologi dan mempertahankan status quo (pendekatan hegemonik)
Yang pertama dari hipotesis ini tidak langsung dibahas dalam bab ini, meskipun jenis dan derajat ‘refleksi dari realitas’ yang tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor organisasi. Yang paling langsung relevan dari lima hipotesis yang kedua, ketiga dan keempat. Hipotesis akhir ini juga sebagian besar berada di luar lingkup ini beiaue diapter itu begitu melamun. Namun, dalam tceneral itu menganggap bahwa organisasi media tidak benar-benar otonom, tetapi ditembus oleh sumber daya lain (terutama politik dan ekonomi). Semakin tampak bahwa kekuatan luar membentuk operasi media, semakin masuk akal hipotesis ini menjadi. Beberapa cahaya akan ditumpahkan nantinya hal ini.
Tingkat Analisis
Hal ini semakin sulit untuk berbicara tentang organisasi media yang ‘seolah-olah ada bentuk ideal-khas tunggal. Istilah asli sebagian besar didasarkan pada model sebuah surat kabar independen, di mana semua kegiatan utama manajemen, kontrol keuangan, mengumpulkan berita, mengedit dan pengolahan, ditambah pencetakan dan distribusi, terjadi nre atau kurang dalam satu root. Model ini selalu untypical media pada umumnya, tidak menerapkan, misalnya, untuk film, penerbitan buku atau musik industri dan menerapkan hanya variabel radio dan televisi. Hal ini hampir tidak mungkin untuk menerapkannya ke sebagian besar media baru disebut, yang beberapa fungsi saling berhubungan organisasi terpisah dan berbeda.

Keragaman form.s organisasi cocok Lw keragaman kelompok wcupational yang mungkin memenuhi syarat komunikator massa sebagai ”. Ini telah diambil sebagai termasuk moguls film dan taipan tekan, aktor. produser televisi, film direksi scriptwriter, penulis buku dan wartawan surat kabar siaran. penulis lagu, disc jockey, muscians, agen sastra, koran dan majalah editor, desainer situs, pengiklan dan PR orang, manajer kampanye, dan banyak lagi. Kebanyakan kategori ini juga dapat ia dibagi menurut jenis media. ukuran atau status organisasi bekerja. eniployment status, dan seterusnya. An-IRI ea5 ing .- jumlah media kerja berlangsung di lepas atau dasar kewirausahaan (seperti film-rnaking Boorman, 1987), dan banyak media pekerja (terutama para penulis dan aktor) tidak termasuk organisasi produksi tunggal, bahkan jika mereka mungkin anggota asosiasi profesional atau kerajinan. Sebagai hasilnya, konsep ‘komunikator massa’ dan ‘profesi Media’ hampir sama bocor seperti yang dilakukan oleh organisasi media. adalah: supranasional, masyarakat, media industri; supra-organisasi (c’g konglomerat .. media); masyarakat; intra- organizatonal; individu
Organisasi

Hal ini sayang dari Bab 7 yang organisasi media di relatmns mereka dengan masyarakat yang lebih luas tormatly atau informal diatur atau dipengaruhi oleh harapan normatif di kedua sisinya. hal tersebut sebagai kebebasan penting publikasi dan pedoman etika bagi banyak kegiatan profesional yang ditetapkan oleh ‘aturan main’ dari masyarakat tertentu. Ini menyiratkan,, misalnya, bahwa hubungan antara organisasi media dan lingkungan operasi mereka tidak hanya diatur oleh hukum, kekuatan pasar atau kekuatan politik tetapi juga oleh pedoman sosial dan budaya tidak tertulis dan kewajiban.
Organisasi Media di Bidang Sosial Angkatan
Organisasi media massa: analisis tingkat


Media Organisasi: Tekanan dan Tuntutan organisasi. Hubungan ini sering aktif negosiasi dan pertukaran dan kadang-kadang konflik. laten atau aktual. Model komunikasi berpengaruh niass ditarik oleh Westley dan MacLean (1957). yang telah dis. mengumpat (hal. 85), merupakan peran komunikator sebagai bahwa seorang broker antara,. di satu sisi, would4, e ‘pendukung’ dalam masyarakat dengan pesan-pesan untuk mengirim dan, di sisi lain, masyarakat mencari untuk memenuhi kebutuhan informasi dan komunikasi lainnya dan kepentingan.

Gerbner (1969) digambarkan sebagai komunikator massa beroperasi di bawah tekanan dari peran daya eksternal ‘? Beragam, termasuk klien (seperti pengiklan), pesaing (media lain di utama), pihak berwenang (khususnya hukum dan polibcal). ahli, lembaga-lembaga lain dan penonton. Dia menulis
Sementara analyticaily berbeda, tidak jelas peran kekuasaan maupun jenis leverage dalam reslit terpisah atau terisolasi.

Menggunakan ide-ide dan mengandalkan dukungan yang luas untuk seperti pandangan dalam Sastra penelitian, kita bisa menggambarkan posisi organisasi media secara umum sebagai berikut. Mereka di dalamnya harus mengambil keputusan di Pusat dari bidang yang berbeda kendala, tuntutan atau mencoba menggunakan kekuasaan dan pengaruh, seperti pada Gambar 11.2. Hirarki umum yang ditunjukkan dalam Gambar 11.1 telah diubah menjadi pandangan yang lebih spesifik aktor dan lembaga di lingkungan organisasi media. Representasi ini terutama berasal dari penelitian pada media berita (khususnya koran), tapi gambar akan banyak tot sama banyak sama ‘mandiri dan media serbaguna termasuk siaran televisi (lihat, sebagai contoh, Wallis dan Baran, 1990).

Kurangnya tekanan eksternal mungkin akan menunjukkan marjinalitas sosial atau tidak penting.

Sebuah perbaikan lebih lanjut dari skema ini, berdasarkan karya Engwall (1978), melibatkan divisi internal organisasi media menjadi tiga budaya kerja yang dominan (management. teknis dan profesional), yang menunjukkan sumber utama ketegangan dan garis demarkasi yang telah ditemukan untuk tetap eksis dalam organisasi media presentasi ini memungkinkan kita untuk mengidentifikasi lima jenis utama dari hubungan yang perlu diperiksa untuk mendapatkan beberapa pemahaman kondisi yang mempengaruhi aktivitas organisasi dan peran komunikator macs. Ini ditunjukkan pada Kotak 11,2, dan masing-masing jenis dibahas di halaman berikut

Organisasi media di bidang kekuatan-kekuatan sosial
• Dengan masyarakat

• Dengan kelompok penekan

• Dengan pemilik, klien dan pemasok

• Dengan penonton

• Internal organisasi

Jenis hubungan media-organisasi

bebas untuk beroperasi dalam batas-batas hukum, namun konflik masih terjadi dalam hubungan dengan pemerintah dan lembaga-lembaga sosial yang kuat. Media juga terus bergerak. kadang-kadang dengan cara antagonis. dengan sumber-sumber utama dan dengan kelompok penekan yang terorganisir. Bagaimana isu-isu ini didefinisikan dan ditangani sebagian bergantung pada tujuan yang ditetapkan diri dari organisasi media. ambiguitas patokan tujuan organisasi media

Sebagian besar organisasi memiliki tujuan campuran, dan jarang mereka semua secara terbuka dinyatakan. media Mac tidak terkecuali. dan mereka bahkan mungkin sangat ambigu dalam hal ini. Dalam teori organisasi, diferensiasi sering dibuat antara tujuan organisasi utilitarian dan normatif (misalnya, Etzioni, 1961). Organisasi utilitarian bertujuan untuk memproduksi atau menyediakan barang-barang atau jasa untuk tujuan-tujuan keuangan, sementara organisasi normatif bertujuan untuk memajukan nilai mencapai beberapa atau kondisi dinilai berdasarkan komitmen sukarela dari peserta.

Posisi organisasi-organisasi media massa sehubungan dengan tipologi ini tidak jelas, karena mereka sering memiliki campuran tujuan utilitarian dan normatif dan bentuk-bentuk opirration. Kebanyakan media kembali dijalankan sebagai pondok üirssrs sering dengan ideal somr ‘ tujuan. dan beberapa media dijalankan terutama untuk ‘idealis’ tujuan sosial atau budaya. tanpa mencari keuntungan. Sebagai contoh, organisasi penyiaran publik (di Eropa khususnya) umumnya memiliki bentuk organisasi birokrasi tetapi dengan tujuan nirlaba sosial dan budaya.

Dasar lain yang disarankan untuk klasifikasi organisasi membedakan menurut jenis kneficzan. Blau dan Scott (1963) bertanya: “Apakah masyarakat secara keseluruhan, set tertentu dari klien, pemilik, penonton, atau karyawan organisasi, kesejahteraan atau baik yang sedang menjabat ‘lagi?, Tidak ada jawaban tunggal dapat diberikan untuk media secara keseluruhan, dan organisasi tertentu seringkali memiliki manfaat aktual atau beberapa potensial. Namun demikian, ada beberapa alasan untuk berpendapat bahwa masyarakat umum (tidak selalu penonton langsung) harus menjadi kepala beneficiaiy (lihat pembahasan tentang kepentingan publik pada halaman 164).

Unsur umum dalam semua teori pers normatif dibahas (dalam Bab 7) adalah bahwa media harus memenuhi kebutuhan dan kepentingan audiens mereka di contoh pertama dan kepentingan klien dan negara hanya setelahnya. Sejak media tergantung pada pilihan sukarela terus penonton mereka jika mereka harus baik efektif atau menguntungkan, prinsip ini memiliki dasar yang masuk akal, dan sesuai dengan pandangan sendiri media.

Berbagai jenis di ‘publikasi kebijakan pergi dengan variasi gol dalam istilah-istilah ini. Sementara penonton tampaknya bawahan dalam tipologi ini, dalam praktiknya kepuasan pengiklan dan game pendapatan dari penjualan kedua tergantung pada menyenangkan penonton, dan non-pendapatan tujuan sering dibentuk oleh beberapa konsep kepentingan umum yang lebih luas. Selanjutnya, Tunstall menunjukkan bahwa dalam kasus konflik tujuan dalam sebuah surat kabar, maka sasaran pendapatan penonton (meningkatkan sirkulasi dengan menyenangkan penonton) menyediakan tujuan koalisi ‘yang paling dapat setuju (terutama manajemen dan wartawan).

Beberapa organisasi media (media layanan publik dan khususnya mereka yang memiliki pendapat-membentuk atau informasi tujuan) jelas tidak berusaha untuk memainkan beberapa bagian dalam masyarakat. tetapi sifat peran ini juga terbuka untuk interpretasi yang beragam. Beberapa jenis publikasi, terutama prestise atau surat kabar elit (seperti Li Mvndr, yang Tinws Keuangan atau Washington Post), telah menetapkan sengaja menjadi berpengaruh melalui kualitas informasi mereka atau wewenang pendapat mereka (Padioleau, 1985). Ada beberapa pilihan lain untuk menjalankan Pengaruh, dan bukan milik eksklusif dari suatu pers elit yang dikenal secara internasional. media Kecil dapat berpengaruh dalam lingkup yang lebih terbatas. dan pengaruh jelas dapat dilaksanakan oleh sirkulasi massa koran dan televisi populer.

Sasaran utama organisasi media

• Laba

• Sosial pengaruh dan prestise

• Memaksimalkan penonton

• Sectional tujuan (politik, agama, budaya, dll

• Melayani kepentingan umum
peran wartawan: terikat atau netral?
Sebuah pilihan yang luas harus dibuat antara lebih aktif dan peserta atau peran yang lebih netral dan masyarakat untuk wartawan. Cohen (1963: 191) membedakan dua yang terpisah sendiri-konsepsi peran sebagai reporter yang dari ‘wartawan netral’ atau ‘peserta’. Yang pertama mengacu pada ide-ide dari pers sebagai informan,, penafsir dan alat pemerintah (pinjaman sendiri sebagai saluran atau cermin), yang kedua untuk tradisional ‘real keempat “gagasan, ide-ide yang meliputi pers sebagai wakil dari publik, kritikus pemerintah, advokasi kebijakan dan pengawas umum.
Peran aktif atau peserta juga mendapat dukungan besar, tergantung pada kondisi waktu dan tempat dan pada bagaimana dipahami. FjaesLad dan Holmlov (1976) mengidentifikasi dua jenis utama tujuan, masing-masing didukung oleh lebih dari 70% responden wartawan di Swedia: orang-orang ‘pengawas’ pada pemerintah lokal dan dari ‘pendidik’ atau informan publik. Johnstone el al. (1976) menemukan bahwa 76% dari wartawan AS berpikir itu sangat penting bahwa media harus ‘menyelidiki klaim dan pernyataan yang dibuat oleh pemerintah. Hal ini sejalan dengan beberapa elemen dalam tradisi jurnalistik Amerika Utara. Ini termasuk filsafat politik ‘reformisme’ (kaleng, 1979), pilihan sebuah ‘peran musuh’ L’is-a-vis pemerintah (Sungai dan Nyhan, 1973) dan gagasan bahwa media harus melihat keluar untuk kepentingan penonton mereka, yang mereka mengklaim represeni ini berbeda dari advokasi partisan dari titik pandang tertentu.
Public lembaga penyiaran, seperti BUC, berada di bawah sebuah ion obligat tertentu untuk bersikap netral dan seimbang, dan tujuan utama para pengambil keputusan BBC-dalam berita aktualitas kering telah digambarkan sebagai memegang jalan tengah ‘(Kumar, 1975) – bertindak sebagai perantara antara pihak yang bersengketa daripada menjadi peserta. Pertanyaan, apakah ini cocok untuk mendukung tatanan sxial didirikan telah sering dibahas. Namun, hal ini tidak mencegah kritik mendasar yang dilaporkan atau dibawa. Sementara waktu telah berubah, gaya-gaya pada kerja mungkin sama seimbang. Krisis yang dialami oleh BBC dalam pelaporan aspek kontroversial dari Perang Irak di tahun 2003-4 menunjukkan betapa sensitif hubungan dengan pemerintah dapat. Secara umum, organisasi penyiaran publik di benua Eropa memberikan pengakuan yang terbuka lebih berbeda politik dan ideologi aliran serta pengaruh pemerintah.

Dimensi baru untuk penelitian telah ditambahkan oleh kesempatan untuk membandingkan coieptions peran wartawan setelah jatuhnya komunisme di Eropa. Contohnya adalah Wu et al (19%) survei wartawan Amerika dan Rusia. Pada titik paling. terutama dalam kaitannya dengan penyebaran informasi, objektivitas dan mengekspresikan opini publik, dua populasi adalah serupa, tetapi wartawan Rusia memilih peran lebih aktif secara politik. Namun ada juga perbedaan yang muncul antara generasi tua dan yang lebih baru dari wartawan Rusia (Voltmer, 2000; Pasti, 2005).

Sepertinya peran konsepsi keduanya variabel dan cukup sangat terkait dengan budaya politik dan sejauh mana demokrasi yang mapan (lihat Weaver, 19%: 477-8). Sebagai contoh, di negara-negara di mana demokrasi lebih lemah, ada sedikit penekanan pada peran pengawas. Weaver (19%: 87) menyatakan bahwa persamaan dan perbedaan sistem politik jauh lebih penting daripada persamaan dan perbedaan budaya, kendala organisasi atau karakteristik individu dalam memprediksi varians dalam persepsi dari tiga peran (informasi yang tepat waktu, interpretasi, dan hiburan) oleh wartawan di negara-negara ini ‘

Hal ini juga berguna untuk mempertimbangkan konsep yang berbeda ‘budaya berita nasional’, seperti yang disarankan oleh Deuze (2002). Sepertinya Britain, Australia dan Amerika Serikat secara berbeda lebih melekat pada pengawas, peran informasi dan investigasi. Jerman dan Belanda tidak berbagi lampiran yang kuat, tapi mereka berbeda dalam memberikan perhatian pada peran ‘berdiri untuk mereka yang kurang beruntung’. Deuze menunjukkan ini mungkin mencerminkan ‘pro-peopic’ daripada ‘antigovernment’ sikap. CMedIS prolesslonalism

Untuk anggota profesi yang paling, peran sosial yang tepat yang lebih luas yang mereka lakukan biasanya perawatan takcn dari oleh lembaga THC – seperti pada obat atau mengajar – meninggalkan individu untuk berkonsentrasi pada praktek keterampilan mereka. Untuk tingkat tertentu hal ini benar komunikator ma.ss, tapi professonalization penuh telah diadakan kembali oleh keanekaragaman internal media dan berbagai tujuan. Ada juga ketidakpastian lanjutan tentang apa yang sebenarnya keterampilan profesional pusat dan unik dari ourn.alist (, dan ini bahkan lebih pertanyaan untuk pekerjaan di media lainnya). Sosiolog Max Weber (1948) disebut wartawan sebagai milik ‘semacam kasta paria’ dan, seperti artis. kurang satu tetap sosial cbssificatiori. Schudson (1978) tepat dicirikan jurnalisme sebagai ‘profesi uninsulated’, karena tidak adanya batas yang jelas.

Menurut Tuchman’s (1978) studi tentang kerja berita. profesionalisme telah sebagian besar datang untuk didefinisikan sesuai dengan kebutuhan organisasi berita itu sendiri. The ckitl oIprofecionaI twight adalah ci tlw dari kerajinan praktis, yang delivprs produk informasi yang dibutuhkan, ditandai dengan tingkat tinggi objektivitas,. kunci tanda dari yang factidtv obsesif dan netralitas sikap. The obectivity berita telah menjadi, dalam pandangan dia, setara dengan ideologi profesional. Analisis ini Apakah konsisten dengan indikasi lain dari media bahwa profesionalisme kerja adalah tingkat prestasi yang tidak dapat diukur dengan tes atau ujian dan hanya dapat diakui oleh sesama profesional. Sebuah studi dari BBC oleh Burns (1977) menemukan profesionalisme yang dipahami kerusuhan hanya dalam hal misi organisasi, tetapi sebagai pengabdian kepada tugas dan kerajinan membuat ‘televisi baik’. Itu ditafsirkan sebagai lawan dari ‘amatirisme’.

Pertanyaan apakah jurnalistik harus dianggap sebagai profesi tetap dalam sengketa, baik di dalam maupun tanpa media dunia,Indahl et al. (1992: 128) menyimpulkan bahwa basis pengetahuan wartawan tidak menghormati perintah yang sama dengan kelompok cxcupational yang diakui sebagai profesi. l (epplinger dan Koecher (1990) berpendapat bahwa ‘ournalists tidak bisa dihitung di antara das Hubungan antara media dan masyarakat sering dimediasi melalui berbagai informsI lebih atau kurang, tetapi sering oqanized, kelompok pn-yakin yang berusaha untuk mempengaruhi secara langsung apa yang media lakukan – terutama dengan mencoba untuk menetapkan batas untuk apa yang mereka terbitkan. Ada banyak exampies badan didirikan, seperti agama. tx-badan cupaticinal atau politik, mengeluh dan lobi-lobi pada berbagai masalah, sering kali hubungannya dengan masalah moralitas, dianggap bias politik atau representasi minoritas (Shoemaker dan Reese, 1991). Di banyak negara ada hukum dan sosial tekanan pada media yang positif terhadap kelompok minoritas dari segala jenis, termasuk kelompok etnis, perempuan, gay dan lesbian, dan lebih peka terhadap kebutuhan kelompok rentan seperti anak-anak, orang miskin, orang cacat dan tunawisma dan sakit mental.
Sementara media biasanya berhati-hati dalam menangani tekanan tersebut dan enggan untuk menghasilkan otonomi mereka (tekanan sering cenderung membatalkan satu sama lainnya), ada bukti keberhasilan oleh badan-badan luar dalam mempengaruhi conteni ini terjadi ketika kepentingan komersial media terancam atau di mana publisitas buruk dikhawatirkan (atau alasan lain. Menurut sebuah ekstensif (US) studi oleh Montgomery (1989 217), kelompok advokasi yang paling efektif ‘adalah mereka yang tujuan yang paling kompatibel dengan sistem jaringan TV dan strategi yang telah dibentuk dengan perasaan yang tajam tentang bagaimana sistem yang berfungsi ‘. Sukses juga tergantung pada tingkat dukungan di kalangan masyarakat umum untuk posisi advokasi parhcuLar Akibat yang umum adalah Kemungkinan untuk muncul di televisi hiburan seperti blandness, sesuai dan menghindari kontroversi.. Dalam umum, media kurang terbuka terhadap tekanan eksternal seperti ini dalam kaitannya dengan ‘hard news’.

Hubungan dengan Pemilik dan Klien

Isu sentral yang muncul di bawah pos ini adalah sejauh mana organisasi media dapat mengklaim untuk menjalankan otonomi dalam hubungannya pertama-tama kepada pemilik mereka, dan kedua lembaga ekonomi lainnya langsung di lingkungan mereka. espedaily orang-orang yang menyediakan operasi investor fundcc, pengiklan. porwors.

Menurut (1964) Altschull diktum bahwa “Isi dari berita media selalu mencerminkan kepentingan orang-orang yang membiayai tekan ‘, jawabannya adalah cukup jelas dan juga konsisten dengan prinsip-prinsip teori pers bebas di pasar’ versi ‘. Namun demikian, biasanya ada beberapa ruang lingkup untuk otonomi pada bagian ‘komunikator’.

Tidak ada keraguan bahwa pemilik media berbasis pasar memiliki kekuasaan tertinggi atas isi dan dapat meminta apa yang mereka inginkan untuk disertakan atau ditinggalkan. Ada banyak bukti untuk menunjukkan bahwa kekuatan ini digunakan (Curran dan Seaton, 1997; Shoemaker dan Reese, 1991) (lihat juga Bab 9, hal 227-9). Meskipun demikian, ada konvensi cukup kuat berkaitan dengan jurnalisme yang melindungi otonomi pengambilan keputusan dari editor pada batu berita tertentu. (1987) bukti survei Meyer mengukuhkan bahwa Amerika etika jurnalistik disukai intervennon pemilik, meskipun editor melaporkan tingkat wajar otonomi dalam praktek. Serupa bukti diperoleh di Britania oleh Royal Commission on Thu Tekan (1977). Schultz (1998) studi tentang wartawan Australia menunjukkan dukungan kuat bagi peran pondok real keempat juga merupakan pengakuan bahwa ia sering terganggu oleh pertimbangan komersial dan tekanan pemilik. tidak terlalu mengejutkan bahwa ourna1ists harus mengklaim otonomi yang lebih, atau editor surat kabar yang didirikan enggan mengakui diberitahu apa yang harus dilakukan oleh pemilik.

Namun demikian, ada kecenderungan yang tak terelakkan bagi pemilik media berita untuk mengatur garis besar kebijakan. yang kemungkinan akan diikuti oleh staf editorial yang mereka gunakan. Ada juga mungkin tekanan informal dan tidak langsung tentang isu-isu tertentu yang penting bagi pemilik (sebagai

Pengaruh pengiklan

Konsekwensi dari pembiayaan iklan untuk konten media yang terus-menerus dibahas. Di satu sisi, jelas bahwa banyak struktur industri media massa di sebagian besar negara kapitalis mencerminkan kepentingan pengiklan – iomething historis yang dikembangkan bersama dengan] soda lainnya dan perubahan ekonomi. Bukan kebetulan bahwa media pasar sering kali bertepatan dengan divi.ions konsumen lain (ce Chaphr 9). Sebagian besar pasar bebas media tersetel untuk bersama-sama memaksimalkan kebutuhan pengiklan dan kepentingan mereka sendiri sebagai kondisi normal operasi. The ‘normal’ pengaruh meluas ke pencocokan isi media pattiern sesuai dengan pola conumptinn o% targvtod audwncei.

Pengaruh iklan (Bogart, 1995)

• Pengiklan jarang wartawan mencoba membeli berita miring yang menguntungkan mereka, lebih sering ereka mencoba menekan berita mereka tidak suka

• Mereka yang sensitif tentang lingkungan untuk pesan mereka dan gelisah tentang kontroversi

• Bila pengiklan menyerah pada tekanan main hakim sendiri, media produsen mengarah self-sensor

• Pengiklan bentuk konten bila mereka menyiarkan program sponsor

Pengiklan pengaruh umumnya etis ditolak, terutama bila mempengaruhi berita (Meyer. 1987), dan bahkan mungkin tidak baik untuk kepentingan media (khususnya media berita) atau pengiklan yang akan terlihat terlalu dekat satu sama lain, Buth dapat 1o kredibilitas dan effc.ctivenea jika bentuk aaint conlplrac yang media publik dicurigai. Secara umum tampaknya bahwa econonucally kuat dan ‘elit’ media yang terbaik dalam posisi untuk menolak tekanan yang tidak semestinya (lihat Gans, 1979). Tapi yang sama adalah benar dari media yang didukung oleh sumber-sumber pendapatan yang bervariasi seimbang (yaitu,. Pelanggan pembayaran dan pengiklan, atau, di Eropa espedaily, pendapatan lisensi siaran iklan plus Penghasilan). organisasi media paling mungkin dipengaruhi oleh pengiklan tekanan adalah mereka yang tunggal atau besar sumber pendapatan iklan, terutama di mana kompetisi yang berat (Ptcard, 2004).

Probabilitas dari suatu peristiwa

• berbanding terbalik dengan informasi yang merugikan dapat menyebabkan kepada investor atau sponsor:

• berbanding terbalik dengan biaya yang meliputi 1T

• drecdy sebanding dengan brvadth eiqected atas keberatan tersebut untuk audwnces bahwa pengiklan bersedia membayar.
Perbedaan utama dari sebuah ‘teori pumalistic produksi berita’ terletak pada tidak adanya acuan dalam teori tersebut untuk merugikan pemilik atau biaya dan konsentrasi pada pentingnya cerita dan ukuran audiens tertarik. Sebagai catatan McManus. dua theoñes tidak Lead perbedaan seleksi dalam semua kasus dan. dalam kondisi ideal tertentu dari rasionalitas, pengetahuan yang sempurna dan keanekaragaman, model bahkan mungkin bertemu. EL Cohen (2002) beranggapan bahwa media online sangat Kemungkinan untuk mengikuti model pasar-didorong,

Pemilik dan Pengaruh klien

Pemilik

• memiliki kontrol tertinggi atas konten

• Rantai kepemilikan mengurangi keragaman dan pengaruh lokal

• Periklanan bentuk struktur dan organisasi media kerja

• Efek Terhadap konten cenderung terhadap kelalaian selektif

• Dalam beberapa kondisi, iklan apung dapat membayar untuk kemerdekaan dan percobaan
Meskipun penonton, dengan kebijaksanaan konvensional, yang paling penting dari klien dan pengaruh di lingkungan setiap organisasi media, penelitian cenderung menunjukkan penonton sebagai memiliki arti-penting rendah untuk komunikator yang sebenarnya banyak, tetapi peringkat erat dan angka penjualan yang diikuti oleh manajemen. Media profesional menampilkan tingkat tinggi ‘autisme’ (Burns. 1969), mungkin konsisten dengan sikap umum dari profesional, yang sangat tergantung pada status mereka mengetahui lebih baik dibandingkan klien mereka apa yang baik bagi mereka.

Sikap memusuhi penonton?

Ada kemungkinan bahwa permusuhan terhadap penonton agak berlebihan oleh responden media sendiri, karena ada bukti sebaliknya bahwa beberapa orang media memiliki sikap positif yang kuat untuk penonton mereka dalam abstrak. Ferguson. lagi, mencatat bahwa editor majalah perempuan menunjukkan rasa tanggung jawab untuk audiens mereka dan ingin memberikan layanan yang bermanfaat (1983: 140) Weaver dan WiLhoit (1986) menemukan bahwa faktor yang paling penting yang berkontribusi terhadap kepuasan kerja wartawan adalah kemungkinan membantu orang (didukung oleh 61%). Mereka juga menemukan bahwa sumber paling sering tunggal umpan balik kepada jurnalis dari anggota perorangan dari penonton. Resistensi peringkat dan statistik penonton lainnya, yang sebagian besar alat manajemen dengan banyak bicara tentang khalayak aktual (Ang, 1991), seharusnya tidak harus disamakan dengan pandangan negatif terhadap penonton.

Intuation dan ketidakpastian

Di antara komunikator, jika mengikuti garis temuan Burns, yang ‘pragmatis’ bahagia dengan peringkat yang juga memuaskan organisasi. The sebuah kerajinan yang berorientasi ‘puas dengan penilaian profesional sesama mereka. Mereka berkomitmen untuk tujuan organisasi (sebagai contoh, melakukan misi budaya, atau politik atau comnwrcial propaganda) adalah konten dengan tujuan-tujuan sebagai internal dinilai. Mereka yang ingin memiliki pengaruh dalam masyarakat untuk melihat kontak berpengaruh dalam conte’cts sosial yang relevan. Untuk semua orang di sana adalah teman-teman, kerabat kering kontak biasa yang dapat memberikan umpan balik dari jenis yang lebih dipahami.

penonton

Masih ada masalah terus ketidakpastian bagi mereka yang ingin berkomunikasi, yang ingin mengubah atau mempengaruhi masyarakat umum dan penggunaan media untuk tujuan ini, atau yang mengarahkan diri pada minoritas atau minoñly menyebabkan mana dampak hal-hal (lihat Hagen, 1999. Salah satu solusi mudah tersedia adalah pembangunan gambar abstrak dari jenis orang yang mereka ingin capai (Bauer, 1958; Pool dan Shulman, 1959) Menurut kaleng (1957: 318),. ‘penonton berpartisipasi dalam pembuatan film melalui citra penonton yang dimiliki oleh pencipta ‘Shmaker dan Reese. (1991: 96) menyimpulkan bahwa’ Jurnalis menulis terutama bagi diri mereka sendiri, untuk editor mereka, dan untuk wartawan lain ‘Namun demikian., berkomunikasi kepada khalayak yang besar dan amorf’ keluar ada pasti
Wanita Dalam organisasi berita

Kasus gender tampaknya janji tes baik dalil bahwa karakteristik pribadi akan mempengaruhi isi, karena telah menjadi klaim bagian dari gerakan feminis bahwa media telah dengan berbagai cara pada ‘sisi lain dalam berbagai kampanye di seluruh perang gender. Seperti biasa ternyata tidak terlalu mudah untuk mencapai suatu kesimpulan. Ada korelasi empiris antara angka-angka yang relatif rendah dan status pekerjaan yang lebih rendah perempuan dalam organisasi berita media (Gallagher. 1981; Thoveron, 1986, Media Studies Journal, 1993;

TEORI NORMATIF MEDIA MASYARAKAT

Teori Normatif Komunikasi Massa

Teori normatif tentang pers mengandung beberapa pandangan tentang harapan masyarakat terhadap pers dan peran yang seharusnya dimainkan oleh pers tersebut. Meskipun setiap bangsa cenderung menganut teori normatif tersendiri yang khas dan rinci, namun masih terdapat beberapa prinsip umum yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi berbagai konsep khusus yang dianut oleh berbagai bangsa. Setiap ragam utama teori normatif ini cenderung dikaitkan dengan sistem politik/pemerintahan dimana pers tersebut menjadi subsistemnya.
Dari dimensi sejarah, pertumbuhan dan perkembangan pers dunia, maka kita mengenal beberapa macam teori atau konsep dasar tentang pers, yang masing-masing mencerminkan sistem sosial dan sistem politik dimana pers itu berkembang. Fred S. Siebert, Theodore Peterson dan Wibur Schramm (1963), dalam Four Theories of the Press membedakan teori pers ke dalam: Teori Pers Otoriter, Teori Pers Liberal, Teori Pers Komunis, Teori Pers Tanggungjawab Sosial. Kemudian, McQuaill (1987) menambahkan lagi dengan dua teori normatif pers.

Yaitu: Teori Pers Pembangunan, dan Teori Pers Demokratik-Partisipan.

1. Teori Pers Otoriter (authorian)

Prinsip utama dari teori ini adalah sebagai berikut:

•Pers seyogyanya tidak melakukan hal-hal yang dapat merusak wewenang yang ada.
•Pers selamanya (akhirnya) harus tunduk pada penguasa yang ada.

•Pers seyogyanya menghindari perbuatan yang menentang nilai-nilai moral dan politik atau dominan mayoritas.

•Penyensoran dapat dibenarkan untuk menerapkan prinsip-prinsip ini.

•Kecaman yang tidak dapat diterima terhadap penguasa, penyimpangan dari kebijaksanaan resmi, atau perbuatan yang menentang kode moral dipandang sebagai perbuatan pidana.

•Wartawan atau ahli pers lainnya tidak memiliki kebebasan di dalam organisasi persnya.

Sistem politik Indonesia pada jaman Orde Baru pernah menerapkan teori ini. Abdul Muis (2005) mengatakan bahwa negara-negara yang menganut teori pers otorian, seperti Indonesia di zaman Orde Baru, menerapkan pemasungan terhadap kebebasan pers dengan memberlakukan UU no 11 tahun 1966 juncto UU no 21 tahun 1982. Dalam dua undang-undang tersebut, secara tersurat, memberi kewenangan yang sangat signifikan kepada pemerintah untuk mengatur pola-pola komunikasi sistem pers pada waktu itu.

2. Teori Pers Liberal

Prinsip utama dari teori ini adalah sebagai berikut:

•Publikasi seyogyanya bebas dari setiap penyensoran pendahuluan oleh pihak ketiga.

•Tindakan penerbitan dan pendistribusian seyogyanya terbuka bagisetiap orang atau kelompok tanpa  memerlukan izin atau lisensi.
•Kecaman terhadap pemerintah, pejabat, atau partai politik (yang

berbeda dari kecaman terhadap orang-orang secara pribadi atau pengkhianatan dan gangguan keamanan) seyogyanya tidak dapat dipidana, bahkan setelah terjadinya peristiwa itu.
•Seyogyanya tidak ada kewajiban mempublikasikan segala hal.

•Publikasi ”kesalahan” dilindungi sama halnya dengan publikasi kebenaran, dalam hal-hal yang berkaitan dengan opini dan keyakinan.

•Seyogyanya tidak ada batasan hukum yang diberlakukan terhadap upaya pengumpulan informasi untuk kepentingan publikasi.

• Seyoyanya tidak ada batasan yang diberlakukan dalam impor dan ekspor atau pengiriman atau penerimaan ”pesan” di seluruh pelosok negeri.

•Wartawan seyogyanya mampu menuntut otonomi profesional yang sangat tinggi di dalam organisasi mereka.

Sistem politik Indonesia, terutama pada tahun 1950 – 1959 dengan berlakunya UUDS, pernah menerapkan teori pers liberal. Peraturan perundangan tentang pers masih mengacu pada KUHP warisan kolonial. Realitas kehidupan pers benar-benar menggambarkan penerapan teori pers liberal. Namun, Pers pada masa itu cenderung tidak lagi dipergunakan untuk perjuangan negara –masyarakat dan bangsa- namun dipergunakan sebagai terompet partai/golongan. Banyak surat kabar yang beredar merupakan organ dari partai politik pada sistem politik waktu itu (baca Tribuana Said, 1988, Sejarah Pers Nasional dan Pembangunan Pers Pancasila,). Pada waktu itu, Merdeka dan Indonesia Raya merupakan surat kabar yang masih bisa disebut sebagai surat kabar yang netral (memperjuangkan kepentingan bangsa).

3. Teori Pers Komunis

Prinsip utama teori ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

•Pers seyogyanya melayani kepentingan dari, dan berada di bawah pengendalian, kelas pekerja.
•Pers seyogyanya tidak dimiliki secara pribadi.

•Pers harus melakukan fungsi positif bagi masyarakat dengan: sosialisasi terhadap norma yang diinginkan; pendidikan; informasi; motivasi;mobilisasi.

•Di dalam tugas menyeluruhnya bagi masyarakat, pers seyogyanya tanggap terhadap keinginan dan kebutuhan audiensnya.

•Masyarakat berhak melakukan sensor dan tindakan hukum lainnya untuk mencegah, atu menghukum setelah terjadinya peristiwa, publikasi anti masyarakat.

•Pers perlu menyediakan pandangan yang purna (complete) dan objektif tentang masyarakat dan dunia, dalam batas-batas prinsip marxisme-leninisme.

•Wartawan adalah profesi yang bertanggung jawab dengan tujuan dan cita-citanya, seyogyanya serupa dengan kepentingan terbaik masyarakat.

•Pers hendaknya mendukung gerakan progresif di dalam dan di luar negeri.

4. Teori Pers Tanggungjawab Sosial

Prinsip utama teori tanggung jawab sosial adalah sebagai berikut:

•Pers seyogyanya menerima dan memenuhi kewajiban tertentu kepada masyarakat.

•Kewajiban tersebut terutama dipenuhi dengan menetapkan standar yang tinggi atau profesional tentang keinformasian, kebenaran, ketepatan, obyektivitas, dan keseimbangan.

•Dalam menerima dan menerapkan kewajiban tersebut, pers seyogyanya dapat mengatur diri sendiri di dalam kerangka hukum dan lembaga yang ada.

• Pers sebaiknya menghindari segala sesuatu yang mungkin menimbulkan kejahatan, kerusakan atau ketidaktertiban umum atau penghinaan terhadap minoritas etnik atau agama. Pers secara keseluruhan hendaknya bersifat pluralis dan mencerminkan kebhinekaan masyarakatnya, dengan memberikan kesempatan yang sama untuk mengungkapkan berbagai sudut pandang dan hak untuk menjawab.
• Masyarakat dan publik, berdasarkan prinsip yang disebut pertama, memiliki hak untuk mengharapkan standar prestasi yang tinggi dan intervensi dapat dibenarkan untuk mengamankan kepentingan umum.
• Wartawan dan pers profesional seyogyanya bertanggungjawab terhadap masyarakat dan juga kepada majikan serta pasar.

Sejak sistem politik Indonesia mengundangkan UU no 40 tahun 1999, secara normatif, kita telah menganut teori Pers Tanggungjawab Sosial. Berbeda dengan UU no 11 tahun 1966 juncto UU no 21 tahun 1982 yang memberi kewenangan pada pemerintah untuk mengontrol sistem pers, UU no 40 tahun 1999 memberi kewenangan kontrol kepada masyarakat. Penanda itu terletak antara lain pada pasal 15 dan 17 UU no 40 tahun 1999 yang berbunyi:
Pasal15
(3) Anggota Dewan Pers terdiri dari:
a.Wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;
b. Pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers;
c. Tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan bidang-bidang lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.
(4) Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota.

Pasal 17
(1) Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. Memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, etika, dan kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers.
b. Menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional.

5. Teori Pers Pembangunan.
Titik tolak bagi teori pembangunan yang tersendiri tentang pers ialah adanya fakta beberapa kondisi umum negara berkembang yang membatasi aplikasi teori lain atau yang mengurangi kemungkinan maslahatnya. Salah satu kenyataan adalah tiadanya beberapa kondisi yang diperlukan bagi pengembangan sistem komunikasi massa: infrastruktur komunikasi; ketrampilan profesional; sumber daya produksi dan budaya; audiens yang tersedia. Faktor lain, yang berhubungan, adalah ketergantungan pada dunia telah berkembang atas hal-hal yang menyangkut produk teknologi, ketrampilan, dan budaya. Ketiga, masyarakat sedang berkembang sangat gandrung menekankan pembangunan ekonomi, politik, dan sosial sebagai tugas utama nasional, untuk mana semua lembaga lain harus bermuara. Keempat, fakta semakin menunjukkan bahwa negara sedang berkembang menyadari keserupaan jatidiri dan kepentingan mereka dalam politik internasional.
Dari berbagai kondisi tersebut muncul seperangkat harapan dan prinsip normatif tentang pers yang menyimpang dari hal-hal yang tampaknya berlaku, baik di dunia kapitalis maupun di dunia komunis. Tentu saja benar bahwa di kebanyakan negara yang dipandang sebagai negara berkembang, pers diselenggarakan sesuai dengan prinsip-prinsip yang berasal dari teori yang telah dikemukakan sebelumnya –teori otoriter, liberal, tanggung jawab sosial, dan soviet komunis. Meskipun demikian, perlu dikemukakan pernyataan sementara, khususnya dalam pandangan tentang fakta bahwa kebutuhan negara sedang berkembang akan komunikasi di masa lampau cenderung dinyatakan dalam hubungan dengan pengaturan kelembagaan yang ada, dengan penekanan khusus pada peran positif pers komersial untuk merangsang pembangunan atau pada kampanye pers untuk mendorong timbulnya perubahan ekonomi ke arah model masyarakat industri.
Satu hal yang paling menyatukan teori pers pembangunan adalah penerimaan pembangunan ekonomi itu sendiri (yang karenanya perubahan sosial), dan sering kali pembangunan bangsa (notion-building) yang bersangkutan sebagai tujuan utama. Untuk mencapai tujuan tersebut, kebebasan tertentu dari pers dan para wartawan tunduk pada tanggung jawab mereka untuk membantu pencapaiannya. Pada saat saat yang sama, yang ditekankan adalah tujuan kolektif dan bukan kebebasan individu.

Prinsip utama dari teori ini adalah sebagai berikut:

• Pers seyogyanya menerima dan melaksanakan tugas pembangunan positif sejalan dengan kebijaksanaan yang ditetapkan secara nasional.
• Kebebasan pers seyogyanya dibatasi sesuai dengan (1) prioritas ekonomi, dan (2) kebutuhan pembangunan masyarakat.
• Pers perlu memprioritaskan isinya pada kebudayaan dan bahasa nasional.
• Pers hendaknya memprioritaskan berita dan informasinya negara sedang berkembang lainnya yang erat kaitannya secara geografis, kebudayaan, atau politik.
• Para wartawan dan karyawan pers lainnya memiliki tanggung jawab serta kebebasan dalam tugas mengumpulkan informasi dan penyebarluasannya.
• Bagi kepentingan tujuan pembangunan, negara memiliki hak untuk campur tangan dalam, atau membatasi, pengoperasian pers serta sarana penyensoran, subsidi, dan pengendalian langsung dapat dibenarkan.
Rogers (1976) dalam Communication and Development: Critical Perspective, menyatakan bahwa peranan pers dalam pembangunan dapat efektif apabila:
a. Isi pers relevan dengan jenis-jenis pembangunan yang cocok dengan masyarakatnya;
b. Isi pers relevan dengan perubahan struktur sosial yang diperlukan bagi tercapainya tujuan pembangunan.
Begitu juga kebijaksanaan pemerintah di bidang penerangan dan pers pada Repelita IV yang tersurat sebagai berikut:
I. Kegiatan penerangan dan komunikasi sosial dengan pendekatan budaya: disini sasaran pokok adalah pengemangan pribadi manusia Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
II. Kegiatan penerangan dan komunikasi sosial untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional: di sini sasaran pokok adalah kesadaran masyarakat untuk melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup, wawasan menabung, wawasan produksi untuk ekspor dan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri.
III. Pengembangan informasi budaya politik Pancasila: sasaran pokoknya adalah pembinaan kesadaran masyarakat akan modal dasar bangsa, faktor-faktor dominan bangsa dan kesadaran politik yang menunjang pemantapan Demokrasi Pancasila, dan kehidupan konstitusional, demokrasi dan penegakan hukum.
IV. Penerapan sistem penerangan terpadu: peningkatan koordinasi dan kerja sama semua unsur penerangan bersama pers dan pers lainnya.
V. Pengembangan dan peningkatan kegiatan komunikasi timbal balik: peningkatan peran serta masyarakat untuk ikut memikirkan dan memecahkan masalah-masalah pembangunan.
VI. Peningkatan arus penerangan ke daerah pedesaan dalam rangka pemerataan informasi: peningkatan arus penerangan pembangunan ke desa-desa, terutama daerah-daerah perbatasan, daerah terpencil dan daerah transmigrasi.

6.Teori Pers Demokratik-Partisipan.
Seperti kebanyakan teori, teori ini muncul sebagai reaksi terhadap teori lain dan pengalaman aktual dan sekaligus sebagai gerakan positif ke arah bentuk baru lembaga pers. Lokasinya terutama dalam masyarakat liberal yang telah berkembang tetapi ia bergabung dengan beberapa unsur yang ada dalam teori pers pembangunan, khususnya penekanan pada basis masyarakat, pada nilai komunikasi horisontal, dan bukan pada komunikasi vertikal. Stimulus teori ini adalah reaksi terhadap komersialisasi dan pemonopolian pers yang dimiliki secara pribadi dan terhadap sentralisme dan birokratisasi lembaga siaran publik, yang diadakan sesuai dengan norma tanggungjawab sosial.
Istilah demokratik-partisipan juga mengungkapkan rasa kecewa terhadap partai politik yang ada dan terhadap sistem demokratik parlementer yang tampaknya telah tercabut dari akarnya yang asli, sehingga menghalangi ketimbang memudahkan keterlibatan dalam kehidupan politik dan sosial. Teori pers bebas dipandang gagal karena subversinya berdasarkan pasar dan teori, dan teori tanggung jawab sosial tidak memadai sebagai akibat dari keterlibatan dalam birokrasi pemerintahan dan dalam perswalayanan organisasi dan profesi pers. Pengaturan diri sendiri oleh pers dan tanggung gugat (accountability) organisasi penyiaran besar tidak mencegah pertumbuhan lembaga pers yang mendominasi dari pusat kekuasaan masyarakat atau yang tidak berhasil dalam tugas mereka memenuhi kebutuhan yang timbul dari pengalaman warga negara sehari-hari.
Dengan demikian, titik sentral teori demokratik-partisipan terletak pada kebutuhan, kepentingan, dan aspirasi ”penerima” dalam masyarakat politik. Ini ada hubungannya dengan hak atas informasi yang relevan, hak untuk menjawab kembali, hak menggunakan sarana komunikasi untuk berinteraksi dalam kelompok maasyarakat yang berskala kecil, kelompok kepentingan subbudaya. Teori ini menolak keharusan adanya pers yang seragam, disentralisasi, mahal, sangat diprofesionalkan, dan dikendalikan oleh pemerintah. Teori ini lebih condong pada keserbaragaman, skala kecil, lokalitas, deinstitusionalisasi, pertukaran peran antara pengirim dengan penerima, hubungan komunikasi horisontal pada semua tingkat masyarakat, dan interaksi.
Ikhtisar rumusan prinsip teori ini dapat disajikan sebagai berikut:
• Warga negara secara individu dan kelompok minoritas memiliki hak pemanfaatan pers (hak untuk berkomunikasi) dan hak untuk dilayani oleh pers sesuai dengan kebutuhan yang mereka tentukan sendiri.
• Organisasi dan isi pers seyogyakan tidak tunduk pada pengendalian politik yang dipusatkan atau pengendalian birokrasi negara.
• Pers seyogyanya ada terutama untuk audiensnya dan bukan untuk organisasi pers, para ahli atau nasabah pers tersebut.
• Kelompok, organisasi, dan masyarakat lokal seyogyanya memiliki pers sendiri.
• Bentuk pers yang berskala kecil, interaktif, dan partisipasif lebih baik ketimbang pers berskala besar, satu arah, dan diprofesionalkan.
• Kebutuhan sosial tertentu yang berhubungan dengan pers tidak cukup hanya diungkapkan melalui tuntutan konsumen perorangan, tidak juga melalui negara dan berbagai lembaga utamanya.
• Komunikasi terlalu penting untuk diabaikan oleh para ahli.
Teori pers demokratik-partisipan juga telah mewarnai kehidupan pers Indonesia. Dengan diundangkannya Undang-Undang no 32 tahun 2003, kehidupan pers kita telah mempraktekkan teori ini. Pertumbuhan dan berkembangnya penyiaran-penyiaran komunitas yang menerapkan jurnalisme partisipasi merupakan suatu contoh penerapan dari teori pers demokratik-partisipan.

Komunikasi dan Budaya

Posted: May 25, 2010 in Komunikasi

Komunikasi dan Budaya

Pendekatan untuk komunikasi dan masyarakat di mana budaya dialokasikan berpusat di kehidupan sosial adalah lebih dari kekuasaan dan perdagangan termasuk berbagi pengalaman estetik, ide-ide keagamaan, nilai-nilai pribadi dan sentimen, dan gagasan intelektual.

Budaya juga dapat merujuk pada teks-teks dan artefak simbolis yang dikodekan dengan makna khusus oleh dan untuk orang-orang dengan identifikasi budaya tertentu.

Menuju mendefinisikan budaya

Atribut yang paling umum dan penting dari budaya adalah komunikasi karena budaya tidak bisa berkembang, bertahan, memperpanjang dan umumnya berhasil tanpa komunikasi.

Ada beberapa implikasi yang jelas untuk studi komunikasi massa, karena setiap aspek produksi dan penggunaan media massa memiliki dimensi budaya.

Karateristik budaya

• Colloctively dibentuk dan diselenggarakan
• Buka untuk ekspresi simbolik
• Disusun dan dinilai secara berbeda-beda
• Sistematis berpola
• Dinamis dan mengubah
• spasial terletak
• Menular dari waktu ke waktu dan ruang

Tema teori media-budaya

-budaya dalam agenda teori media adalah karakter dari budaya massa baru yang dimungkinkan oleh komunikasi massa. Itu biasanya diajukan sehubungan dengan konten (teks budaya)

– dengan konsekuensi potensial dari teknologi baru sendiri untuk pengalaman makna di dunia modern muncul

– beberapa aspek eonomic politik terorganisir produksi budaya yang diwakili oleh industri media massa

• Pertanyaan kualitas
• Komunikasi efek teknologi
• Komodifikasi kebudayaan
• Globalisasi
• Kebijakan untuk keanekaragaman budaya
• Identitas budaya
• Jender dan subkultur
• Ideologi dan hegemoni

Titik-titik kritis teori budaya

• Budaya massa adalah sebuah bentuk hina dalam masyarakat kapitalis
• B udaya Massa dirancang untuk menghasilkan kesadaran palsu
• Komodifikasi adalah proses pusat
• Massa mewujudkan budaya ideologi hegemonik
• Ideologi dapat didekodekan berbeda-beda dan bahkan dibalik
• Budaya populer dapat dibedakan dari budaya massa

Perdebatan tentang budaya populer

• budaya populer merupakan kekuatan rakyat
• Ada kualitas yang populer
• budaya populer memiliki daya tarik universal
• budaya populer juga penting untuk identitas banyak subgrup
• Pertanyaan tetap tentang aspek kualitas

Gender dan media

• Media memiliki marganalized perempuan di ruang publik
• Media atereotypea menyiapkan peran seks
• Produksi dan isi media gender
• Penerimaan media adalah gender
• Wanita alternatif menawarkan alternatif kriteria kualitas
• The pribadi politik

Komersialisasi

–          Komersialisasi Koran

Konten utama surat kabar hari ini diperdagangkan berita dan dirancang untuk menarik khalayak luas, untuk menghibur, untuk biaya efektif dan perhatian yang bisa dijual kepada pengiklan. Hasilnya adalah bahwa batu yang dapat menyinggung perasaan diabaikan dalam mendukung akhir yang lebih dapat diterima enterteining ke jumlah yang lebih besar dari Reder, bahwa cerita yang mahal untuk menutupi yang meremehkan atau diabaikan dan yang menciptakan cerita risiko keuangan diabaikan. Hal ini menyebabkan homogenisasi isi surat kabar, untuk cakupan masalah yang aman dan berkurangnya dari berbagai pendapat dan ide-ide disajikan

Media komersialisme

• Trivialization dan tren tabloidization
• Pasar konten keputusan
• Kurangnya minat konsumen
• Propaganda untuk konsumerisme
• Komoditi budaya dan hubungan dengan penonton
• Mengurangi integritas budaya
• Lebih-ketergantungan pada iklan

Teknologi Komunikasi dan Budaya

Lima jenis bias teknologi media

• Dari pengertian pengalaman
• Dari bentuk
• Dari konten
• Dari konteks penggunaan
• Dari hubungan pengirim-penerima

Postmodernism

  • Era modern rasional-linier melewati
  • Tidak ada lagi ide-ide yang dapat diandalkan organazing besar tentang budaya dan masyarakat
  • Tidak ada nilai-nilai budaya tetap
  • Pengalaman dan Realti adalah ilusi dan singkat
  • Kualitas baru dalam budaya yang baru itu sendiri, bunga rampai, humor dan shock
  • Budaya Komersial budaya postmodern

Kesimpulan

Bab ini merangkum berbagai isu-isu budaya di mana media massa yang terlibat. Memang tidak mungkin sekarang untuk membedakan antara sebuah bola dengan ‘budaya’ dan media, seperti pernah bisa dilakukan. Ini berlaku untuk semua indera di mana budaya istilah ‘telah digunakan, termasuk reproduksi simbolik, yang artetacts kami mempekerjakan kehidupan sosial sehari-hari dan semua ritual masyarakat. Media adalah pusat dari seluruh kompleks dan tugas pusat untuk teori ini harus didefinisikan ulang. Pada awal periode kesadaran diri tentang media (paruh pertama abad kedua puluh) itu mungkin untuk perdebatan ‘efek’ dari radio, televisi, film, dan sebagainya, pada sesuatu yang disebut ‘budaya’, biasanya mengacu pada nilai set objek, praktik, hubungan dan ide. formulasi ini sekarang sebagian besar ketinggalan zaman, meskipun ada beberapa kesempatan untuk mengamati pergeseran budaya pada saat-saat perkembangan teknologi, seperti dengan “media baru yang disebut ‘. Penghapusan model kausal yang ‘namun tidak mengurangi jumlah pertanyaan yang dapat diatasi, atau mencegah jawaban yang diberikan oleh rute alternatif dan metode dan dari perspektif baru. Masih ada sumbu pemikiran kritis yang dapat diterapkan pada apa yang kita amati. Masih banyak bermasalah baru (dan juga positif) fitur budaya di media usia untuk dipelajari dan diperdebatkan.

Teori Media dan Teori Kemasyarakatan – Mc Quail

Sebagaian besar teori media berhubungan dengan masyarakat dan kebudayaan,penjelasannya juga berdasarkan hubungan dengan keduanya.
Istilah society dihubungkan dengan dasar materi,hubungan sosial,peran dan fungsi social yang diatur secara social,baik formal maupun informal. Sedangkan budaya/culture dihubungkan dengan aspek penting kehidupan social yang lain,khususnya ekspresi simbolik,arti dan praktek social.

I. Media, Masyarakat dan Budaya : Hubungan dan Konflik

Interdepedence,saling mempengaruhi,media cerminan keadaan masyarakat.
Idealism, media memiliki peran besar dalam menyebarkan nilai nilai maupun falsafah hidup.
Materialsm, budaya ditentukan oleh factor ekonomi dan struktur social yang dominant. Siapa yang memiliki modal,dialah yang berkuasa menguasai media.
Autonomy,pada kelompok dan wilayah tertentu media sbg alat struktur social tidak mampu menjangkau budaya local.

II. Komunikasi Massa Sebagai Proses Penyebaran di Masyarakat:
Mediasi Sosial Relasi Kemasyarakatan dengan Pengalaman

Tercatat bahwa media secara luas terus memberikan pelayanan dalam membangun persepsi dan definisi dalam realitas sosial sebagai kunsi sukses norma,model standard kehidupan.Secara konsekwen diakui bahwa ketergantungan terhadap media media terjadi secara luas di masyarakat.media memiliki kontak dgn institusi utama dgn setiap bagian masyarakat dalam kehidupan kita. Berkembang dlm masyarakat sekuler,didlm permasalahan nilai dan ide, media massa cenderung untuk mempengaruhi dari awal pendidikan,orang tua, agam dan persekutuan.

III. Konsep Mediasi

Untuk mengetahui sebuah realitas sosial yg jauh diluar jangkauan,kita membutuhkan mediasi sebagai alat penghubung. Mediasi mempunyai variasi sesuai citra komunikasi yang ditunjukkan dengan cara yg berbeda dalam menghubungkan kita dengan kenyataan.
Menurut Thompson ( 1993 – 1995 ) ada 2 type dari interaksi, yaitu:
a. Mediasi Interaksi yaitu peran serta produk tehnik menengah seperti kertas,kabel listrik yang dapat menyediakan informasi dan simbol simbol yg tergantung didalamnya yang tertransmisi kepada pribadi-pribadi.
b. Mediasi quaasi-interaksi yang mengacu kepada hubungan yang mapan dari media dalam komunikasi massa.

McQuail menggambarkan persepsi atas peran mediasi kedalam 7 metafora,yakni :
1. Sebagai jendela untuk melihat suatu peristiwa
2. Sebagai cermin,dari suatu kejadian yang merefleksikan keyakinan
3. Sebagai saringan,yakni memilih sesuatu berdasarkan kedekatan emosi,kesamaan pengalaman hidup
4. Sebagai petunjuk arah/pemandu,atas suatu peristiwa yg masih teka teki
5. Sebagai forum/mimbar,yakni mempresentasikan suatu informasi kepada audience dengan mendapat respon langsung. ( seminar / lokakarya )
6. Sebagai penyebar informasi
7. Sebagai teman bicara,menginformasikan sesuatu dalam bentuk perbincangan atau Tanya jawab ( talkshow )

IV. Tipe-Tipe Teori Media – Masyarakat

1. Teori Makro yang memperhatikan hubungan antara media dengan institusisosial lainnya
2. Teori yang berfokus pada institusi atau organisasi media
3. Teori yang berfokus pada perspektif dan kebutuhan audience

Isu utama Teori Media
1. Kekuasaan dan ketidaksamaan
2. Identitas dan integrasi social
3. Perubahan social
4. Ruang dan Waktu

V. Pendekatan Teoritis Hubungan Media – Masyarakat

1. Masyarakat Massa
Dimana media memiliki kontribusi signifikan dalam pembentukan karakter masyarakat.
Ciri utama dari teori media,Massa sebagai Masyarakat :
• Masyarakat dalam skala luas
• Pemisahan kecil dari public
• Pemusatan Media
• Transmisi satu arah
• Identitas masyarakat tergantung pada media
• Media digunakan sebagai alat maipulasi dan control

2. Marxisme

Menurut teori ini,media adalah instrument control dari kelas penguasa.
Teori Marxisme tentang media kapitalis :
• Media massa dikuasai oleh kelas borjouis
• Media dioperasikan untuk kepentingan kelas borjuis
• Media menjadikan kesadaran palsu pada kelas pekerja
• Media menyebarkan dan menjadi alat pendukung ideology dari rezim yg mapan
• Akses media ditiadakan secara efektif kepad pihak oposisi politik
3. Fungsionalisme

Menurut teori ini media berperan dalam pengembangan masyarakat karena media adalah bagian dari sitem yg ada di masyarakat.
Fungsi media dalam masyarakat :
1. Informasi
2. Korelasi
3. Kontinuitas
4. Entertainment
5. Mobilization

Fungsi penting media bagi masyarakat,adalah :
1.Integritas dan kerjasama
2.Rezim,control dan stabilitas
3. Adaptasi terhadap perubahan
4. Mobilisasi
5. Manajemen tensi social
6.Kesinambungan budaya dan nilai nilai social

4. Kritik Politik – Ekonomi

Dalam teori ini,media sebagai alat politik penguasa ekonomi dan terdiri dari beberapa sisi,yaitu :
1. Logika ekonomi dan control telah ditentukan
2. Struktur media cenderung dikonsentrasikan kepada suatu hal
3. Integrasi media global dibangun
4. Isi media dan khalayak di komodifikasikan
5. Keberagaman media berkurang
6. Oposisi dan”suara” alternative dimarginalisasikan
7. Kepentingan privat/swasta/perorangan mengalahkan kepentingan public

5.Kontruksionime Sosial

Pada Teori ini media memberikan nilai kepada sesuatuhal untuk dipahami dan diterima masyarakat.
Dalil kunstruksi social dalam komunikasi :
1. Masyarakat adalah bentuk rekayasa,bukanlah realita yang tetap
2. Media menyediakan material untuk merekayasa realita
3. Arti sesungguhnya dari pesan diberikan oleh media,namun bias dinegosiasikan atau ditolak
4. Media dengan selektif memproduksi arti pesan tertentu
5. Media tidak bias melaporkan secara objektif reatitas social

6. Determinisme Teknologi Komunikasi

Pada teori ini meski memiliki bias conten dalam penggunaannya,teknologi komunikasi berguna untuk mengatasi sekat ruang dan waktu dalam penyampaian informasi.
Determinisme teknologi media :
1. Teknologi komunikasi adalah hal fundamental bagi masyarakat
2. Setiap teknologi memiliki bias pada satu atau lebih bentuk komunikasi,isi dan kegunaanya
3. Urutan penemuan dan aplikasi dari teknologi komunikasi mempengaruhi perubahan social
4. Revolusi komunikasi mendorong revolusi social

7. Masyarakat Informatif

Pada teori ini masyarakat menganggap informasi sbg sumber daya,dan produk yang paling berharga. Produksi dan penyebaran informasi besar besaran didukung oleh kemajuan teknologi. Dorongan teknologi media baru terhadap masyarakat informative dicirikan dengan :
1. Dominasi dari pekerjaan yang berkaitan dengan informasi
2. Percepatan dan besarnya isi dari alur informasi
3. Beban yang berlebihan pada masalah yang berkaitan denagan informasi
4. Integrasi dan pemusatan pada satu titik
5. Pertumbuhan dan jaringan yang interkoneksi
6. Ketergantungan dari system informasi dan jaringa yang komplek
7. Privasi yang hilang
8. Mengurangi Kendal ruang dan waktu
9. Depolitisasi/Meniadakan politisi local

Kesimpulan singkat :

1. Paradigma Dominan : Masyarakat massa, fungsionalisme, konstruksionisme social
2. Paradigma Alternatif : Marxisme, kritik politik-ekonomi, determinisme teknologi komunikasi, masyarakat informasi

McQuail memaparkan beberapa konsep dan teori mengenai media massa,masyarakat serta keterkaitan antara media dan masyarakat. Penjabaran ini dijelaskan dalampeta teori yg pada akhirnya saling terkait dan memberikan pemahaman terhadap teori berdasarkan kasus umum di masyarakat. Menurut McQuail penguasaan komunikasi berdasar dua kepentingan yg mendasari sebuah kekuasaan yaitu : ideology dan ekonomi. Implikasinya media membawa pengaruh terhadap integrasi dan disintegrasi masyarakat. Integrasi dapat dicapai melalui propaganda yang menjunjung nilai/norma yang ada di masyarakat.
Dan disintegrasi bias terjadi bila media melanggar batas sensitive sautu kelompok,misalnya memanipulasi kebenaran berdasar kepentingan pemilik modal ekonomi.
Dari perspektif tersebut implikasi juga bias terjadi terhadap integritas media itu sendiri sehingga apakah media itu mampu bertahan ditengah tekanan tinggi dari pemilik modal dan kekuasaan politik dan akhirnya bias menjadi sumber kebenaran,fakta dan informasi yang bias dipercaya bagi public dan masyarakat itu sendiri,sehingga hak dasar dari public untuk mendapatkan informasi dan kebenaran bias terpenuhi dan media massa bias kembali kepada tujuan idealnya.McQuail mengatakan bahwa revolusi dibidang komunikasi mengarah kepada revolusi social.
Sztompka mengatakan bahwa terjadinya revolusi social menimbulkan lima hal yaitu :
1.Menimbulkan perubahan dalam cakupan terluas,menyentuh semua tingkat dan demensi masyarakat
2. Dalam semua bidang tersebut perubahannya radikal,fundamental,menyentuh inti bangunan dan fungsi social
3. Perubahan yang terjadi sangat cepat,tiba-tiba
4.Membangkitkan emosional khusus dan reaksi intelektual pelakunya dan mengalami ledakan mobilisasi massa,antusiasme,kegirangan,kegimbiraan,potimisme,dan harapan.
Jadi McQuail tidak menjelaskan juga tentang apakah revolusi komunikasi bias menyebabkan perubahan radikal,fundamental dan menyentuh konstruksi dasar serta fungsi social .
Dalam banyak hal McQuail menggambarkan bahwa pemerintah suatu Negara adalah pihak yang memiliki kekuasaan politik yang serta merta akan bekerja sama dengan pemilik modal untuk menggunakan media sebagai alat memperluas dan mewujudkan kepentingan serta tujuan politiknya.
Hal ini bias dijadikan acuan bagaimana akhirnya peranan negative media sebagai penyebar racun moral,ilusi dan kejahatan social yang lain,bias dikontrol dan pesan,isi konten media massa bias lebih diarahkan untuk kepentingan public,masyarakat,dana Negara dengan berdasar isi,pesan dan konten dari informasi tersebut sesuai dengan norma,nilai dan ide-ide universal yang diamini oleh semua lapisan social masyarakat.

Teori Informasi Organisasi

Posted: May 25, 2010 in Komunikasi

Read the rest of this entry »

PENELITIAN EKSPERIMEN

Posted: May 28, 2010 in Proposal Penelitian


PENELITIAN EKSPERIMEN

BABI   PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

: berupa pengantar mengenai arti penting topik tersebut untuk diteliti, alur berpikir hingga muncul permasalahan & diakhiri oleh perumusan masalah yang berbentuk kalimat tanya

B. Tujuan Penelitian

: berisi tujuan diadakannyaPenelitian tersebut

C. Manfaat Penelitian

: berisi manfaat teoritis dan manfaat praktis

BAB II  TINJAUAN PUSTAKA

A. Variabel terikat

: berisi pengertian atau definisi variabel tersebut, aspek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dsb dari variabel tersebut yang nantinya dijadikan indikator dari alat ukur yang digunakan, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya

B. Variabel bebas

: berisi pengertian atau definisi variabel tersebut, aspek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dsb dari variabel tersebut yang nantinya dijadikan indikator dari alat ukur yang digunakan, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya

C. Subjek Penelitian

:  untuk menggambarkan subjek Penelitian — berisi pengertian, karakteristik dsb)

mengenai subjek Penelitian (misal : remaja, ibu rumah tangga, waria, pekerja seks komersil, dsb)

D. Pengaruh / efektivitas variabel bebas terhadap (untuk meningkatkan) variable  terikat

: berupa dinamika yang menggambarkan pengaruh dari variabel

bebas terhadap variabel terikat pada subjek  Penelitian (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol), sehingga nantinya dapat ditarik suatu hipotesis

E. Hipotesis

BAB III  METODE PENELITIAN

A. Identifikasi variabel Penelitian

: berisi variabel apa saja yang ada dalam Penelitian tersebut

B. Definisi operasional variabel Penelitian

:  bentuk operasional dari variabel-variabel yang digunakan, biasanya berisi definisi konseptual, indikator yang digunakan, alat ukur yang digunakan (bagaimana cara mengukur) & penilaian alat ukur

C. Subjek Penelitian

: berisi karakteristik subjek yang digunakan dalam Penelitian.

D. Teknik pengumpulan data

:  teknik dan alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data dan setiap alat ukur yang digunakan perlu dijelaskan

E. Validitas dan reliabilitas alat ukur

:   berisi pengertian mengenai konsep validitas dan reliabilitas serta teknik yang dilakukan. Jika menggunakan alat ukur yang sudah ada, hasil uji validitas dan reliabilitasnya harap ditulis.

F. Rancangan Eksperimen

: menggambarkan rancangan eksperimen yang digunakan dalam Penelitian

G.Teknik analisis data

: teknik yang digunakan untuk menganalisis data Penelitian

BAB IV  PENUTUP

    1. Simpulan

: berupa poin-poin yang berisi hasil Penelitian yang menjawab hipotesis Penelitian dan hasil tambahan lainnya.

B. Saran

: saran untuk subjek atau pihak-pihak yang berkaitan dengan hasil Penelitian, juga untuk Penelitian selanjutnya

Daftar Pustaka

Lampiran

Komunikasi Massa Global

Posted: May 28, 2010 in Komunikasi

Komunikasi Massa Global

MEDIA GLOBAL:

Faktor Pemicu dan Wacana yang Berkembang Globalisasi media massa semakin tak terelakkan ketika teknologi komunikasi mendorong industri media. Teknologi transmisi media semakin kuat. Teknologi transmisi media memaksa para pelaku bisnis media membentuk media massa sebagai perusahaan komersial. Pada titik tertentu, globalisasi media mengikuti perdagangan dan hubungan internasional. Hal ini terjadi karena sifat dan cakupan media modern memungkinkan untuk melintasi batas-batas tradisional ruang dan waktu. Konstelasi media massa global juga semakin didukung dengan faktor ketergantungan ekonomis dari negara tertentu kepada negara yang lain. Tentunya ketergantungan ekonomi ini dipengaruhi juga dengan faktor ketidakseimbangan geopolitik yang selama ini melekat pada sistem politik global. Faktor lain yang mendorong globalisasi media adalah periklanan dan perkembangan infrastruktur telekomunikasi.
Fase lain yang mendorong media global adalah fenomena berkembangnya konsentrasi media baik secara transnasional dan multimedia. Hal ini menghantar pada masalah kepemilikan media oleh para taipan/perusahaan media global. Dengan demikian sistem media pun menyebar serba lintas secara teritorial maupun kategorial di seluruh dunia. Sistem media global secara simultan juga memberikan warna dan selera yang sama dalam proses komunikasi global dan pada umumnya sistem program acara berita dan hiburan merupakan andalan dalam proses tersebut. Kehadiran sistem media global memungkinkan khalayak bisa memilih program acara lintas benua, lintas sosial, lintas ekonomi dan lintas kebudayaan. Kecenderungan inilah yang memacu pada aspek homogenisasi dan westernisasi program media, karena kebanyakan program media baratlah yang menguasai pangsa khalayak global

Faktor lain yang perlu dibicarakan adalah masalah ketergantungan media internasional yang dimulai dari asumsi bahwa terdapat ketergantungan secara sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan dari negara periferi kepada negara pusat (asumsi teori ketergantungan). Ketergantungan atau otonomi komunikatif secara global yang pada akhirnya juga dibingkai dalam beberapa poros yaitu poros teknologi dan poros komunikasi yang nantinya akan berpengaruh pada proses produksi, distribusi dan konsumsi media massa. Pada isu ini juga terdapat isu konsekutif lainya yaitu imperialisme budaya. Media global pada tesis utamanya mempromosikan ketergantungan kontinual ketimbang pertumbuhan ekonomi masyarakat. Ketiadaseimbangan arus isi media semakin menghapus otonomi budaya dan mengendorkan makna pembangunan. Ketidakseimbangan hubungan dalam aliran berita meningkatkan kekuatan global dan menghalangi faktor-faktor yang diperlukan untuk meningkatkan identitas nasional. Media global semakin menguatkan homogenisasi dan sinkronisasi dengan mencabut hubungan antara media dengan pengalaman sehari-hari yang bersifat partikular dan lokal.

Hanya memang isu imperialisme dan globalisme media yang bersifat negatif harus dilihat juga secara imbang. Dalam arti bahwa globalisasi media juga berkontribusi untuk membuka kemungkinan-kemungkinan konstruktif. Point utamanya adalah mengembalikan kembali dimensi partisipatori dari khalayak sehingga khalayak harus aktif dan positif melihat media massa global. Tidak terbantah juga bahwa media menyumbang proses difusi, pendewasaan politik dan sosial. Kekuatan budaya tidak melulu destruktif, dalam arti ada juga proses transkulturasi, hybridisasi, deteritorialisasi, semiotika sosial yang didapatkan dalam pengembangan media global. Dengan demikian, globalisme media mempunyai efek sentripetal dan sentrifugal dalam sistem

WACANA EKONOMI DAN BUDAYA DALAM ISU MEDIA GLOBAL
Dinamika media global telah menghubungkan beberapa konsep dalam ekonomi dan budaya sebagai isi media atau sistem yang masuk dalam keseluruhan proses media massa. Keterbukaan dalam sistem ekonomi global tidak serta membuat bahwa faktor-faktor ekonomi merupakan faktor konstitutif dalam media tersebut. Dilihat dalam keseluruhan aspek, dimensi budaya menjadi juga faktor krusial dalam media. Tesis ketergantungan total terhadap keseluruhan isi dan teknologi media tidak selama benar. Pada derajad tertentu terdapat seleksi dan pemilahan yang jelas di mana sebuah negara bisa memasukkan dimensi internasionalisasi media dan dimensi nasionalisasi media massa. Gabungan antara motif ekonomi dan kebudayaan sering mengaburkan masalah transnasionalisasi media. Tingkat persaingan dan kemampuan ekonomi serta kemauan untuk survive dalam konteks kebudayaan dan identitas lokal menjadi konsideran-konsideran utama dalam proses globalisasi media.
Wacana ini juga menyatakan beberapa efek kultur pada era globalisasi. Efek kultur ini semakin didorong dengan keberadaan media global. Isu pertama yang muncul adalah isu identitas budaya. Proses pembentukan identitas budaya dipengaruhi oleh media massa. Fungsi media sebagai media transmisi budaya mendapatkan peran maksimal baik secara lokal, nasional maupun internasional dengan tingkat analisisnya masing-masing. Komodifikasi simbol budaya disebarkan melalui media. Bukan tidak mungkin terjadi pengembangan sikap multikultural. Media juga membentuk deteritorialisasi kebudayaan, evolusi bentuk budaya dan kultur media global itu sendiri.
BAGAIMANA MENGONTROL MEDIA GLOBAL?
Tiadanya pemerintahan global tentunya membawa permasalahan sendiri ketika kita berhadapan dengan fenomena media global. Kekuatan pasar bebas dan kedaulatan nasional bisa bersinergi dalam menjalankan fungsi kontrol terhadap media global. Kekuatan normatif regulasi global memang ada tapi tidak sepenuhnya mengikat. Terdapat sejarah yang menyatakan perlunya kekuatan regulasi global yang mengelola fenomena komunikasi massa global ini.
Tidak bisa dipungkiri terdapat lembaga-lembaga lintas negara yang bekerja sama untuk mengelola media global meski terserak-serak kadang tidak mempunyai kekuatan sama sekali. Lembaga-lembaga itu misalnya ITU (mengatur masalah telekomunikasi global), WTO (yang mengurus masalah perdagangan dan tetek bengeknya), Unesco (sempat aktif dalam pengaturan tentang kebebasan berekspresi dan internet), WIPO (menselaraskan legislasi dan prosedur kekayaan intelektual, konsumen dan penulis) dan ICANN (banyak berkecimpung dengan komunitas internet). Permasalahan regulasi dan peraturan tentang media global banyak menyentuh isi ekonomi dan teknis kurang dapat menyentuh dan kritis dalam konteks sosial dan kebudayaan.
KONSEP MASSA
Pada awalnya penggunaan istilah ini biasanya membawa pemahaman yang negative. Istilah ini dihubungkan dengan banyak orang atau orang-orang biasa, biasanya di lihat sebagai tidak terdidik, bebal dan sangat tidak logis, tidak mau diatur dan malah cenderung ke arah kekerasan (seperti ketika massa berubah menjadi gerombolan perusuh) (Bramson, 1961). Tapi istilah ini bisa juga digunakan untuk pengertian yang positif, khususnya dalam tradisi masyarakat sosialis, dimana istilah mengkonotasikan kekuatan dan solidaritas dari orang-orang pekerja biasa pada saat diorganisasikan untuk tujuan bersama atau ketika sedang dalam keadaan mengalami penindasan. Raymond Williams (1961:289) memberikan komentar tentang ini: Tidak ada yang namanya Massa, hanya beberapa cara dalam melihat orang-orang sebagai massa.
Konsep Massa dapat diringkas seperti dibawah ini:
1. Kumpulan yang besar

2. Tidak ada perbedaan

3. Terutama sangat bercitra negative

4. Ketiadaan aturan organisasi

5. Refleksi dari masyarakat kebanyakan
PROSES KOMUNIKASI MASSA

Ciri/keistimewaan yang paling jelas dan nyata dari media massa adalah mereka di disain untuk menjangkau “yang banyak” (umum). Hubungan dalam hal ini tidak terelakkan adalah satu arah, satu sisi, tidak mengenai orang tertentu (umum) dandan ada jarak sosial, sama seperti jarak fisik antara pengirim dengan penerima informasi. Hubungan ini tidak hanya asimetris, namun juga memiliki tujuan yang kalkulatif dan manipulatif
Pesan media sebagian besar adalah hasil kerja bertujuan mendapatkan keuntungan untuk pasar media dan nilai guna untuk penerimanya, konsumen media. Pesan media ini pada dasarnya adalah sebuah komoditas dan yang berbeda dalam isi simbolis atas hubungan komunikasi manusia yang memiliki perbedaan tipe pula.
Satu definisi awal (Janowitz, 1968) tentang Komunikasi massa dibaca sebagai berikut: Komunikasi Massa terdiri dari kebiasaan dan cara-cara yang dilakukan oleh orang-orang yang mengkhususkan diri menggunakan perlengkapan/peralatan teknologi (mesin cetak, radio, film, etc) untuk menyebarkan isi simbolis kepada khalayak yang luas, heterogen dan tersebar luas.

Proses komunikasi massa dapat diringkas sebagai berikut:
1. Distribusi dan penerimaan Informasi dalam skala luas

2. Arus informasi satu arah

3. Hubungan yang asimetris

4. Tidak mengenai seseorang (umum) dan tidak diketahui subyek manusianya

5. Dapat dihitung atau hubungan pasar

6. Isi yang di standarisasikan
MASSA SEBAGAI AUDIENS
Massa sebagai audiens memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Jumlah yang sangat besar

2. Tersebar luas

3. Tidak berinteraksi satu sama lain dan tidak saling mengenal

4. Heterogen/beraneka ragam

5. Tidak terorganisasi atau bergerak sendiri-sendiri

6. Obyek dari pengelolaan dan manipulasi
INSTITUSI MEDIA MASSA
Ciri-ciri dari institusi media adalah sebagai berikut:
1.Kegiatan utamanya adalah memproduksi dan mendistribusikan isi simbolis informasi.
2.Media beroperasi pada wilayah public dan mereka diberikan aturan
sedemikian rupa.

3.Partisipasi/keikutsertaan sebagai pengirim atau penerima informasi
adalah sukarela, tanpa paksaan.

4.Organisasinya professional dan memiliki bentuk birokratik.
5.Media adalah kedua-duanya, bebas dan tanpa kekuatan

BUDAYA MASSA DAN BUDAYA POPULER
Konten berita khas yang disalurkan melalui jaringan yang baru diciptakan terhadap formasi sosial yang baru (massa audiens) adalah pada awalnya merupakan bermacam-macam campuran cerita, gambar-gambar atau image, informasi, ide-ide, hiburan dan tontonan. Walaupun begitu, konsep pertama dari ‘Kultur massa’ umumnya digunakan untuk menunjukkan hal-hal tersebut (Lihat Rosenberg and White,1957). Kultur Massa, memiliki referensi yang luas tentang selera, preferensi/pilihan, sikap/tingkah laku dan gaya/mode dari kumpulan orang banyak (atau mayoritas). Tapi Kultur Massa juga memiliki konotasi merendahkan secara umum, utamanya dikarenakan oleh perkumpulan-perkumpulannya dengan yang pilihan kulturalnya diasumsikan ‘tidak terdidik’, tanpa diskriminasi atau hanya audiens kelas rendahan.

Ciri-ciri dari Kultur Massa:

1. Tidak tradisional

2. Bukan kalangan elit

3. Hasil dari orang banyak (massa)

4. Populer

5. Komersil

6. Dibuat Homogen
Pandangan Lain tentang Kultur Massa

Perkembangan dari kultur massa semakin terbuka untuk menghasilkan lebih dari satu interpretasi. Bauman (1972) mengangkat isu bahwa komunikasi massa yang disebabkan oleh kultur massa, beragumentasi bahwa komunikasi massa dan kultur massa lebih dari sekedar alat untuk membentuk sesuatu yang telah terjadi disetiap kasus sebagai hasil dari peningkatan kultural homogen dari kumpulan masyarakat secara nasional.
Dapat kita ingat bahwa budaya populer telah mengalami revisi nilai secara luas oleh teori-teori sosial dan budaya serta pemutarbalikan masalah yang sangat besar. Hal ini tidak lagi dipandang sebagai ketidakorisinalitasan, kreatifitas atau manfaat dan sering dirayakan karena arti dan maksudnya, signifikansi kebudayaan dan nilai-nilai expresif.
Penilaian/Pengukuran Ulang Konsep Massa
Yang mungkin menjadi jelas saat ini adalah bahwa Media Massa banyak berperan dalam memberikan solusi dalam permasalahan tersebut. Dimanapun kita berada, siapapun kita, Media Massa menawarkan jalan keluar menghadapi kelompok masyarakat skala besar, membentuk kita menjadi kepekaan akan bahaya, serta memediasi hubungan kita dengan tekanan-tekanan pihak yang lebih berkuasa.

KEBANGKITAN PARADIGMA DOMINAN UNTUK TEORI DAN PENELITIAN
Media dan masyarakat dan subkonsep dari ‘Massa, yang telah dideskripsikan membantu membentuk model riset paradigma Komunikasi Massa yang dijelaskan sebagai ‘dominan’. Paradigma Dominan merupakan kombinasi dari gambaran kekuatan media massa dalam masyarakatnya dengan ciri cirri dasar berasal dari penelitian ilmu sosial, survey sosial, eksperimen psikologi sosial, dan analisa statistikal.
Riset komunikasi pada masa sebelumnya, sangat dipengaruhi oleh ide/gagasan bahwa liberal, pluralis dan masyarakat yang adil telah terancam oleh pemikiran/sistem alternatif, yaitu bentuk totalitarian (komunisme), dimana media massa didistorsi menjadi alat untuk menekan demokrasi.

Dapat disimpulkan bahwa Paradigma Dominan dalam penelitian komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat ideal Liberal-Pluralis

2. Pandangan Fungsionalis

3. Penyebaran linear model pengaruh

4. Media yang kuat dimodifikasi oleh hubungan kelompok

5. Media dilihat sebagai masalah social

6. Metode behavioris dan individualis

Sebuah Alternatif, Kritik Paradigma


Paradigma alternative dapat disimpulkan menjadi beberapa bentuk, yaitu:
1. Pandangan kritis masyarakat dan penolakan nilai netralitas

2. Penolakan atas model transmisi dari komunikasi

3. Ketidakpastian pandangan terhadap teknologi media dan berita/pesan

4. Penggunaan atas sebuah interpretasi dan pandangan konstruksionis

5. Metodologi kualitatif

6. Preferensi cultural atau teori-teori ekonomi politik

7.Kesadaran luas dengan ketidaksamaan dan sumber-sumber pemikiran oposisi dalam masyarakat
Perbandingan Paradigma


Dua versi Utama paradigma dalam bab ini adalah Alternatif dan Dominan Paradigma yang masing-masing membawa dua unsur yang berbeda, yaitu Paradigma Alternatif membawa unsur Kritis dan Paradigma Dominan membawa unsur Interpretatif atau kualitatif.

Perbandingannya menurut 2 orang tokoh adalah sbb:
a. Rosengen (1983):
1.Membedakan Pendekatan objektifitas dengan pendekatan Subjektifitas
2.Mempertentangkan antara Perubahan Radikal dengan Regulasi

b. Potter (1993) yang di sepakati oleh Fink & Ganz (1996):
1. Bagian ilmu sosial yang interpretative dan analisis kritis.

EMPAT MODEL KOMUNIKASI
Definisi asli dari komunikasi massa sebagai sebuah proses tergantung pada sisi objektif dari produksi massal, reproduksi dan distribusi yang terbagi-bagi pada beberapa media yang berbeda. Dapat dibedakan empat model proses komunikasi publik, diluar pertanyaan tentang bagaimana ‘media baru’ seharusnya di konsepsikan, yaitu :

1. Model Transmisi

Hasil penelitian Westley & MacLean adalah bahwa Komunikasi melibatkan interpolasi/Pengalihan pola pikir dari ‘Peran Komunikator’ yang baru antara masyarakat dan penerima pesan (audiens). Ada 3 fitur penting dari model komplit komunikasi massa yang digambarkan oleh Westley & MacLean yaitu:
1.Menekankan pada peran memilih dari komunikator massa.
2.Bahwa pemilihan didasarkan pada penilaian atas apa yang disenangi oleh pemirsa.
3.  Komunikasi tidak memiliki tujuan khusus, diluar tujuan akhirnya.

Menurut model ini, komunikasi massa adalah proses pengaturan sendiri yang diarahkan oleh kepentingan dan permintaan pemirsa yang hanya dapat diketahui oleh pemilihan dan respons dari pemirsa tersebut atas apa yang ditawarkan oleh media.

2. Model Ritual atau Ekspresif

Disebut ritual, karena, menurut Carey, komunikasi terkait dengan keinginan berbagi, partisipasi, asosiasi, persahabatn dan keyakinan umum. Pandangan ritual tidak diarahkan kepada perluasan pesan dalam ruang, tapi pemeliharaan masyarakat dalam waktu. Bukan perbuatan penanaman informasi namun gambaran dalam berbagi keyakinan.
Disebut model komunikasi ekspresif karena penekanannya adalah juga kepada kepuasan hakiki/intrinsik dari pengirim atau penerima pesan. Pesan dalam komunikasi ritual biasanya laten dan ambigus, tergantung pada pengertian/asosiasi dan simbol-simbol yang tidak dipilih atas kemauan sendiri oleh partisipan dalam komunikasi ini, namun langsung terjadi dalam kebudayaan. Media dan pesan biasanya sulit untuk dipisahkan, dan komunikasi ritual ini relative tidak mengenal waktu dan perubahan. Contohnya dapat ditemukan dalam seni, agama dan perayaan-perayaan atau festival publik.

3. Model Publisitas : Komunikasi sebagai pertunjukan dan atensi


Sering kali tujuan utama dari media massa bukanlah untuk mengirimkan informasi ataupun untuk menyatukan ekpresi publik dalam hal budaya, kepercayaan, atau nilai-nilai sosial, namun secara sederhana hanya untuk menangkap dan menguasai atensi visual atau pendengaran. Dalam melakukan hal tersebut, media mencapai satu tujuan ekonomi, yaitu memperoleh keuntungan dari audiensnya (atensi sama dengan konsumsi) dan secara tidak langsung menjual atensi pemirsanya kepada para pemasang iklan. Dalam model ini, pemirsa media hanyalah sebagai penonton belaka, bukan menjadi partisipan dari proses komunikasi atau penerima informasi. Sehingga hanya menjadi obyek pasar media.
4. Model Resepsi: Kode dan Penerimaan Kode dalam Media


Esensi dari Pendekatan resepsi adalah untuk menemukan asal dan konstruksi dari arti pesan (diambil dari media) bersama dengan penerima pesannya. Pesan-pesan dari media selalu terbuka dan memiliki banyak arti dan di interpretasikan menurut konteks dan budaya penerimanya.
Unsur dari pendekatan resepsi ini ada dua menurut Hall (1974/1980), yaitu:
1. Komunikator memilih untuk mengkodekan pesan-pesan untuk tujuan-tujuan institusional dan idelogi dan untuk memanipulasi bahasa dan media untuk tujuan tersebut.
2. Penerima pesan atau dekoder, tidak memiliki keharusan untuk menerima pesan sebagaimana yang terkirim, namun bisa menolak pengaruh ideologis dengan mengambil media yang berbeda atau menjadi pembaca/pemirsa oposisi, menurut pengalaman dan analisa mereka sendiri.
Prinsip kunci dari model ini adalah :

1.  Keberagaman arti dari isi pesan dalam media
2. Keberadaan dari komunitas intepretatif atas pesan-pesan dalam media, yang bervariasi
3. Penerima pesan memiliki kekuasaan/keutamaan dalam menentukan arti pesan

Kesimpulan
Tidak bisa bilang tidak apabila ada bagian yang menyatakan bahwa media massa kontemporer adalah media massa global. Kekuatan kapitalisme global merupakan kekuatan besar yang juga masuk dalam dunia komunikasi massa. Faktor ekonomi dan mobilisasi massif yang menjadi karakter utama globalisasi merupakan faktor yang krusial dalam pembentukan media massa global.
Pertama, McQuail dengan imbang mau menjelaskan posisi media dalam era globalisasi berikut konsekuensi yang mengikutinya. Globalisasi memang harus dilihat dalam beberapa dimensi, termasuk dalam konteks negatif maupun positif.

Kedua, menempatkan komunikasi massa global dalam perkara kapitalisasi global dalam arti tertentu menyesatkan. Dalam arti bahwa kapitalisme global tidak lagi berbicara an sich sistem ekonomi saja tapi sistem sosial, budaya dan politik. Maka media global harus tidak dipahami dalam dimensi ekonomi tapi dalam dimensi non ekonomi lainnya.
Ketiga, siapa yang bisa melawan kekuatan pasar bebas dalam era globalisasi? Bentuk cair dan alokasi, ahistoris dari kekuatan pasar bebas mustahil untuk diatur dalam bentuk yang lebih positif. Siapa yang menguasai ITU, WTO, Unesco dan sebagainya? Tetap saja negara-negara pusat yang mempunyai kepentingan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan. Hilangnya kontrol pada derap progres media global merupakan sebuah keniscayaan kecil meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa kontrol atas media global bisa dilakukan. Tapi masalahnya, siapa yang bisa mempunyai justifikasi legitimasi bahwa dirinya bisa mengontrol kekuatan media dan pasar global ?

Proposal Penelitian Pengembangan
Kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Dalam hal ini, kegiatan pengembangan ditekankan pada pemanfaatan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan masalah.

Skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil kerja pengembangan menuntut format dan sistematika yang berbeda dengan skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil penelitian, karena karakteristik kegiatan pengembangan dan kegiatan penelitian tersebut berbeda.

Kegiatan penelitian pada dasarnya berupaya mencari jawaban terhadap suatu permasalahan, sedangkan kegiatan pengembangan berupaya menerapkan temuan atau teori untuk memecahkan suatu permasalahan

Format Proposal Penelitian Pengembangan

1.   Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah mengungkapkan konteks pengembangan projek dalam masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, uraian perlu diawali dengan identifikasi kesenjangan-kesenjangan yang ada antara kondisi nyata dengan kondisi ideal, serta dampak yang ditimbulkanoleh kesenjangan-kesenjangan itu. Berbagai alternatif untuk mengatasi kesenjangan itu perlu dipaparkan secara singkat disertai dengan identifikasi faktor penghambat dan pendukungnya. Alternatif yang ditawarkan sebagai pemecah masalah beserta rasionalnya dikemukakan pada bagian akhir dari paparan latar belakang masalah.

2.   Rumusan Masalah

Sebagai penegasan dari apa yang telah dibahas dalam latar belakang masalah, pada bagian ini perlu dikemukakan rumusan spesifik dari masalah yang hendak dipecahkan. Rumusan masalah pengembangan projek hendaknya dikemukakan secara singkat, padat, jelas, dan diungkapkan dengan kalimat pernyataan, bukan dalam bentuk kalimat pertanyaan seperti dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah hendaknya disertai dengan alternatif pemecahan yang ditawarkan serta rasional mengapa alternatif itu yang dipilih sebagai cara pemecahan yang paling tepat terhadap masalah yang ada.

3.   Tujuan Pengembangan

Tujuan pengembangan dirumuskan bertolak dari masalah yang ingin dipecahkan dengan menggunakan alternatif yang telah dipilih. Arahkan rumusan tujuan pengembangan ke pencapaian kondisi ideal seperti yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah.

4.    Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Bagian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran lengkap tentang karakteristik produk yang diharapkan dari kegiatan pengembangan. Karakteristik produk mencakup semua identitas penting yang dapat digunakan untuk membedakan satu produk dengan produk lain-nya.

Produk yang dimaksud dapat berupa kurikulum, modul, paket pembelajaran, buku teks, alat evaluasi, model, atau produk lain yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah pelatihan, pembelajaran, atau pendidikan. Setiap produk memiliki spesifikasi yang berbeda dengan produk lainnya, misalnya kurikulum bahasa Inggris memiliki spesifikasi yang berbeda jika dibandingkan dengan kurikulum bidang studi lainnya, meskipun di dalamnya dapat ditemukan komponen yang sama.

5.   Pentingnya Pengembangan

Bagian ini sering dikacaukan dengan tujuan pengembangan. Tujuan pengembangan mengungkapkan upaya pencapaian kondisi yang ideal, sedangkan pentingnya pengembangan mengungkapkan argumentasi mengapa perlu ada pengubahan kondisi nyata ke kondisi ideal. Dengan kata lain, pentingnya pengembangan mengungkapkan mengapa masalah yang ada perlu dan mendesak untuk dipecahkan.

Dalam bagian ini diharapkan juga terungkap kaitan antara urgensi pemecahan masalah dengan konteks permasalahan yang lebih luas. Pengkaitan ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa pemecahan suatu masalah yang konteksnya mikro benar-benar dapat memberi sumbangan bagi pemecahan masalah lain yang konteksnya lebih luas.

6.   Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi dalam pengembangan merupakan landasan pijak untuk menentukan karakteristik produk yang dihasilkan dan pembenaran pemilihan model serta prosedur pengembangannya. Asumsi hendaknya diangkat dari teori-teori yang teruji sahih, pandangan ahli, atau data empiris yang relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan dengan menggunakan produk yang akan dikembangkan.

Keterbatasan pegembangan mengungkapkan keterbatasan dari produk yang dihasilkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, khususnya untuk konteks masalah yang lebih luas. Paparan ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan dari kegiatan pengembangan ini disikapi hati-hati oleh pengguna sesuai dengan asumsi yang menjadi pijakannya dan kondisi pendukung yang perlu tersedia dalam memanfaatkannya.
7.   Definisi Istilah

Pada bagian ini dikemukakan definisi istilah-istilah yang khas digunakan dalam pengembangan produk yang diinginkan, baik dari sisi model dan prosedur yang digunakan dalam pengembangan ataupun dari sisi produk yang dihasilkan. Istilah-istilah yang perlu diberi batasan hanya yang memiliki peluang ditafsirkan berbeda oleh pembaca atau pemakai produk. Batasan istilah-istilah tersebut harus dirumuskan seoperasional mungkin. Makin operasional rumusan batasan istilah makin kecil peluang istilah itu ditafsirkan berbeda oleh pembaca atau pemakai.

8.   Sistematika Penulisan

Paparan pada bagian ini dimaksudkan untuk menunjukkan cara pengorganisasian keseluruhan skripsi, tesis, dan disertasi, baik untuk Bagian I, yang memuat kajian analitis, atau-pun Bagian II, yang memuat produk yang dihasilkan dari kegiatan pengembangan.

9.   Landasan Teori

Bab ini dimaksudkan untuk mengungkapkan kerangka acuan komperhensif mengenai konsep, prinsip, atau teori yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah yang dihadapi atau dalam mengembangkan produk yang diharapkan. Kerangka acuan disusun berdasarkan kajian berbagai aspek teoretik dan empiris yang terkait dengan permasalahan dan upaya yang akan ditempuh untuk memecahkannya. Uraian-uraian dalam bab ini diharapkan menjadi landasan teoretik mengapa masalah itu perlu dipecahkan dan mengapa cara pengembangan produk tersebut dipilih

Kajian teoretik mengenai model dan prosedur yang akan digunakan dalam pengembangan juga perlu dikemukakan dalam bagian ini, terutama dalam rangka memberikan pembenaran terhadap produk yang akan dikembangkan.

Di samping itu, bagian ini juga dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kaitan upaya pengembangan dengan upaya-upaya lain yang mungkin sudah pernah ditempuh oleh ahli lain untuk mendekati permasalahan yang sama atau relatif sama. Dengan demikian, upaya pengembangan yang akan dilakukan memiliki landasan empiris yang mantap.

10.  Metode Pengembangan

Metode Pengembangan hendaknya memuat butir-butir (1) model pengembangan, (2) prosedur pengembangan, dan (3) uji coba produk. Dalam butir uji coba produk perlu diungkapkan (a) desain uji coba, (b) subjek uji coba, (c) jenis data, (d) instrumen pengumpulan data, dan (e) teknik analisis data.

a.  Model Pengembangan

Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoretik. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, yaitu menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis yang memerikan komponen-komponen produk yang akan dikembangkan serta keterkaitan antarkomponen (misalnya model pengembangan rancangan pengajaran Dick dan Carey, 1985). Model teoretik adalah model yang menunjukkan hubungan perubahan antar peristiwa.

Dalam bagian ini perlu dikemukakan secara singkat struktur model yang digunakan sebagai dasar pengembangan produk. Apabila model yang digunakan merupakan adaptasi dari model yang sudah ada, maka pemilihannya perlu disertai dengan alasan, komponen-komponen yang disesuaikan, serta kekuatan dan kelemahan model itu.

Apabila model yang digunakan dikembangkan sendiri, maka informasi yang lengkap mengenai setiap komponen dan kaitan antarkomponen dari model itu perlu dipaparkan. Perlu diperhatikan bahwa uraian model diupayakan seoperasional mungkin sebagai acuan dalam pengembangan produk.

b. Prosedur Pengembangan

Bagian ini memaparkan langkah-langkah prosedural yang ditempuh oleh pengembangan dalam membuat produk. Prosedur pengembangan berbeda dengan model pengembangan. Apabila model pengembangannya adalah prosedural, maka prosedur pengembangannya tinggal mengikuti langkah-langkah seperti yang terlihat dalam modelnya. Model pengembangan juga bisa berupa konseptual atau teoretik. Kedua model ini tidak secara langsung memberi petunjuk tentang bagaimana langkah prosedural yang dilalui sampai ke produk yang dispesifikasi. Oleh karena itu, perlu dikemukakan lagi langkah proseduralnya.

c. Uji coba produk

Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan/atau daya tarik dari produk yang dihasilkan.

Dalam bagian ini secara berurutan perlu dikemukakan desain uji coba, subyek uji coba, jenis data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

1)  Desain Uji Coba

Secara lengkap, uji coba produk pengembangan biasanya dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu uji perseorangan, uji kelompok kecil, dan uji lapangan. Dalam kegiatan pengembangan, pengembang mungkin hanya melewati dan berhenti pada tahap uji perseorangan, atau dilanjutkan dan berhenti sampai tahap uji kelompok kecil, atau sampai uji lapangan. Hal ini sangat tergantung pada urgensi dan data yang dibutuhkan melalui uji coba itu.

Desain uji coba produk bisa menggunakan desain yang biasa dipakai dalam penelitian kuantitatif, yaitu desain deskriptif atau eksperimental. Yang perlu diperhatikan adalah ketepatan memilih desain untuk tahapan tertentu (perseorangan, kelompok kecil, atau lapangan) agar data yang dibutuhkan untuk memperbaiki produk dapat diperoleh secara lengkap.

2)   Subjek Uji Coba

Karakteristik subjek uji coba perlu diidentifikasi secara jelas dan lengkap, termasuk cara pemilihan subjek uji coba itu. Subjek uji coba produk bisa terdiri dari ahli di bidang isi produk , ahli di bidang perancangan produk, dan/atau sasaran pemakai produk. Subjek uji coba yang ahli di bidang isi produk dapat memiliki kualifikasi keahlian tingkat S1 (untuk skripsi), S2 (untuk tesis), dan S3 (untuk disertasi). Yang penting setiap subjek uji coba yang dilibatkan harus disertai identifikasi karekteristiknya secara jelas dan lengkap, tetapi terbatas dalam kaitannya dengan produk yang dikembangkan.

Teknik pemilihan subjek uji coba juga perlu dikemukakan agak rinci, apakah menggunakan teknik rambang, rumpun, atau teknik lainnya yang sesuai.

3)  Jenis Data

Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan/atau daya tarik dari produk yang dihasilkan. Dalam konteks ini sering pengembang tidak bermaksud mengumpulkan data secara lengkap yang mencakup ketiganya. Bisa saja, sesuai dengan kebutuhan pengembangan, pengembang hanya melakukan uji coba untuk melihat daya tarik dari suatu produk, atau hanya untuk melihat tingkat efisiensinya, atau keduanya. Keputusan ini tergantung pada pemecahan masalah yang telah ditetapkan di Bab I: apakah pada keefektifan, efisiensi, daya tarik, atau ketiganya.

Penekanan pada efisiensi suatu pemecahan masalah akan membutuhkan data tentang efisiensi produk yang dikembangkan. Begitu pula halnya dengan penekanan pada keefektifan atau daya tarik. Atas dasar ini, maka jenis data yang perlu dikumpulkan harus disesuaikan dengan informasi apa yang dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan itu.

Paparan mengenai jenis data yang dikumpulkan hendaknya dikaitkan dengan desain dan pemilihan subjek uji coba. Jenis data tertentu, bagaimanapun juga, akan menuntut desain tertentu dan subjek uji coba tertentu. Misalnya, pengumpulan data mengenai kecermatan isi dapat dilakukan secara perseorangan dari ahli isi, atau secara kelompok dalam bentuk seminar kecil, atau seminar yang lebih luas yang melibatkan ahli isi, ahli desain, dan sasaran pemakai produk.

4)  Instrumen Pengumpulan Data

Bagian ini mengemukakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data seperti yang sudah dikemukakan dalam butir sebelumnya. Jika mengunakan instrumen yang sudah ada, maka perlu ada uraian mengenai karakteristik instrumen itu, terutama mengenai keshahihan dan keterandalannya. Apabila instrumen yang digunakan dikembangkan sendiri, maka prosedur pengembangannya juga perlu dijelaskan.

5)  Teknik Analisis Data

Teknik dan prosedur analisis yang digunakan untuk menganali-sis data uji coba dikemukakan dalam bagian ini dan disertai alasannya. Apabila teknik analisis yang digunakan sudah cukup dikenal, maka uraian tidak perlu rinci sekali. Akan tetapi, apabila teknik tersebut belum banyak dikenal, maka uraian perlu lebih rinci.

11. Daftar Rujukan

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan.

Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi:

1.    nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik,

2.      tahun penerbitan

3.      judul, termasuk subjudul

4.      kota tempat penerbitan, dan

5.      nama penerbit.

Proposal Penelitian Kualitatif
Penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistic-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.

Ciri-ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya. Oleh karena itu, laporan penelitian kualitatif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan cirri-ciri naturalistic yang penuh keotentikan.

Format Proposal Penelitian Kualitatif

1.   Konteks Penelitian atau Latar Belakang

Bagian ini memuat uraian tentang latar belakang penelitian, untuk maksud apa peelitian ini dilakukan, dan apa/siapa yang mengarahkan penelitian.

2.   Fokus Penelitian atau Rumusan Masalah

Fokus penelitian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau topik-topik pokok yang akan diungkap/digali dalam penelitian ini. Apabila digunakan istilah rumusan masalah, fokus penelitian berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran apa yang akan diungkapkan di lapangan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus didukung oleh alasan-alasan mengapa hal tersebut ditampilkan.

Alasan-alasan ini harus dikemukakan secara jelas, sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang holistik, induktif, dan naturalistik yang berarti dekat sekali dengan gejala yang diteliti. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan setelah diadakan studi pendahuluan di lapangan.

3.   Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini, sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan.

4.    Landasan Teori

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

5.   Kegunaan Penelitian

Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.

6.   Metode Penelitian

Bab ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang menyangkut pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

a.   Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada bagian II peneliti perlu menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dan menyertakan alasan-alasan singkat mengapa pendekatan ini digunakan. Selain itu juga dikemukakan orientasi teoretik, yaitu landasan berfikir untuk memahami makna suatu gejala, misalnya fenomenologis, interaksi simbolik, kebudayaan, etnometodologis, atau kritik seni (hermeneutik). Peneliti juga perlu mengemukakan jenis penelitian yang digunakan apakah etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif, ekologis, partisipatoris, penelitian tindakan, atau penelitian kelas.

b.  Kehadiran Peneliti

Dalam bagian ini perlu disebutkan bahwa peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Instrumen selain manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti ini harus dilukiskan secara eksplisit dalam laopran penelitian. Perlu dijelaskan apakah peran peneliti sebagai partisipan penuh, pengamat partisipan, atau pengamat penuh. Di samping itu perlu disebutkan apakah kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan.

c.  Lokasi Penelitian

Uraian lokasi penelitian diisi dengan identifikasi karakteristik lokasi dan alasan memilih lokasi serta bagaimana peneliti memasuki lokasi tersebut. Lokasi hendaknya diuraikan secara jelas, misalnya letak geografis, bangunan fisik (jika perlu disertakan peta lokasi), struktur organisasi, program, dan suasana sehari-hari. Pemilihan lokasi harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan, keunikan, dan kesesuaian dengan topik yang dipilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti diharapkan menemukan hal-hal yang bermakna dan baru. Peneliti kurang tepat jika megutarakan alasan-alasan seperti dekat dengan rumah peneliti, peneliti pernah bekerja di situ, atau peneliti telah mengenal orang-orang kunci.

d.  Sumber Data

Pada bagian ini dilaporkan jenis data, sumber data, da teknik penjaringan data dengan keterangan yang memadai. Uraian tersebut meliputi data apa saja yang dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya, siapa yang dijadikan subjek dan informan penelitian, bagaimana ciri-ciri subjek dan informan itu, dan dengan cara bagaimana data dijaring, sehingga kredibilitasnya dapat dijamin. Misalnya data dijaring dari informan yang dipilih dengan teknik bola salju (snowball sampling).

Istilah pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif harus digunakan dengan penuh kehati-hatian. Dalam penelitian kualitatif tujuan pengambilan sampel adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin, bukan untuk melakukan rampatan (generalisasi). Pengambilan sampel dikenakan pada situasi, subjek, informan, dan waktu.

e. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam bagian ini diuraikan teknik pengumpulan data yang digunakan, misalnya observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Terdapat dua dimensi rekaman data: fidelitas da struktur. Fidelitas mengandung arti sejauh mana bukti nyata dari lapangan disajikan (rekaman audio atau video memiliki fidelitas tinggi, sedangkan catatan lapangan memiliki fidelitas kurang). Dimensi struktur menjelaskan sejauh mana wawancara dan observasi dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Hal-hal yang menyangkut jenis rekaman, format ringkasan rekaman data, dan prosedur perekaman diuraikan pada bagian ini. Selain itu dikemukakan cara-cara untuk memastikan keabsahan data dengan triangulasi dan waktu yang diperlukan dalam pengumpulan data.

f. Analisis Data

Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain, analisis taksonomis, analisis komponensial, dan analisis tema. Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan statistik nonparametrik, logika, etika, atau estetika. Dalam uraian tentang analisis data ini supaya diberikan contoh yang operasional, misalnya matriks dan logika. (lihat analisis )

g. Pengecekan Keabsahan Temuan

Bagian ini memuat uraian tentang usaha-usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan temuannya. Agar diperoleh temuan dan interpretasi yang absah, maka perlu diteliti kredibilitasnya dengan mengunakan teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi(menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti, teori), pembahasan sejawat, analisis kasus negatif, pelacakan kesesuaian hasil, dan pengecekan anggota. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan dapat-tidaknya ditransfer ke latar lain (transferrability), ketergantungan pada konteksnya (dependability), dan dapat-tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya (confirmability) .

h. Tahap-tahap Penelitian

Bagian ini menguraikann proses pelaksanaan penelitian mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya, sampai pada penulisan laporan.

7. Daftar Rujukan

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan.

Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi:

1.  nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik,

2.  tahun penerbitan

3.  judul, termasuk subjudul

4.  kota tempat penerbitan, dan

5.  nama penerbit.

Proposal Penelitian Kuantitatif

Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.

Format Proposal Penelitian Kuantitatif

1. Latar Belakang Masalah

Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (lihat pendahuluan )

2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan mahasiswa dengan prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran Statistik?.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan mahasiswa dengan prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran Statistik.

4. Hipotesis Penelitian (jika ada)

Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kluantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif. Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis penelitian dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, maka di dalam latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan dalam bentuknya yang ringkas.

Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, melainkan telah ditunjukan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Contoh: Ada hubungan positif antara tingkat kecerdasan mahasiswa dengan prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran Statistik.

Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Mahasiswa yang tingkat kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam matapelajaran Statistik dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.

5. Kegunaan Penelitian

Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.

6. Asumsi Penelitian (jika diperlukan)

Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian.

7. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan.

8. Definisi Istilah atau Definisi Operasional

Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penegasan istilah tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah lebih dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti.

Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatui variabel. Contoh definisi operasional dari variabel “prestasi aritmatika” adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal. Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu, penyusunan definisi operasional memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.

9. Metode Penelitian

Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.

a. Rancangan Penelitian

Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survai, atau penelitian historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut. (Lihat beberapa kesalahan dalam desain penelitiian)

b. Populasi dan Sampel

Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.

c. Instrumen penelitian

Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan bahan harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai.

Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan.

d. Pengumpulan Data

Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.

e. Analisis Data

Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrikdan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu.

Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows.

(lihat analisis )

10. Landasan

Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan dalam Landasan Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis dan disertasi, teori yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga teori yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan Bab I.

Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi, berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.

11. Daftar Rujukan

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2. tahun penerbitan 3. judul, termasuk subjudul 4. kota tempat penerbitan, dan 5. nama penerbit.

Kumpulan Hadist

Posted: May 27, 2010 in Kumpulan Hadist

Dari Abi Abdurrahman Abdillah bin Umar bin Khattab ra. berkata: Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Bangunan Islam itu atas lima perkara Mengakui bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad itu Utusan Allah, Mendirikan Shalat, Mengeluarkan Zakat, Mengerjakan Haji ke Baitullah dan Puasa bulan Ramadhan.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abi Hamzah Anas bin Malik ra. pelayan Rasulullah saw dari Nabi saw telah berkata: “Tidak sempurna iman seseorang diantaramu hingga mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibni Mas’ud ra. telah berkata: Telah bersabda Rasulullah saw: “Tidak halal darah seorang muslim kecuali disebabkan salah satu dari tiga perkara: Duda/janda yang berzina, Pembunuhan dibalas bunuh, Orang meninggalkan agamanya, memisahkan diri dari jama’ah (murtad).”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Musa (Abdullah) bin Qais al-asy’ary r.a. berkata: Rasulullah saw ditanya mengenai orang-orang yang berperang karena keberanian, karena kebangsaan atau karena kedudukan manakah diantara semua itu yang disebut fisabilillah? Rasulullah saw menjawab, “Siapa yang berperang semata-mata untuk menegakkan kalimatullah (agama Allah) maka itulah fisabilillah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Bakrah (Nufa’i) bin al Harits ats Tsaqafy berkata: Rasulullah saw bersabda, “Apabila dua orang Muslim berhadapan dengan pedang masing-masing maka pembunuh dan terbunuh keduanya sama-sama masuk neraka. Abu Bakrah bertanya, “Ya Rasulullah, yang membunuh jelas masuk neraka tetapi mengapa yang terbunuh juga demikian? Rasulullah saw menjawab, “Karena ia juga memiliki niat sungguh-sungguh akan membunuh lawannya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat seorang hamba-Nya melebihi kesenangan seorang yang menemukan kembali tiba-tiba untanya yang telah hilang daripadanya di tengah hutan.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Said dan Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tiadalah seorang Muslim itu menderita kelelahan atau penyakit atau kesusahan (kerisauan hati) hingga tertusuk duri melainkan semua itu akan menjadi penebus kesalahan-kesalahannya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah bersabda, “Bukanlah orang yang kuat itu yang dapat membanting lawannya, kekuatan seseorang itu bukan diukur dengan kekuatan tetapi yang disebut orang kuat adalah orang yang dapat menahan hawa nafsunya pada waktu marah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Khalid (Hakim) bin hizam r.a. berkata, Rasulullah saw bersabda , Penjual dan pembeli keduanya bebas belum terikat selagi mereka belum berpisah maka jika benar dan jelas keduanya, diberkahi jual beli itu tetapi jika menyembunyikan dan berdusta maka terhapus berkah jual beli itu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Seseorang datang kepada Rasulullah saw lalu bertanya, “Ya Rasulullah, sedekah manakah yang lebih besar pahalanya? Rasulullah saw menjawab, “Bersedekah dalam keadaan sehat sedang engkau amat sayang kepada harta tersebut, takut miskin dan mengharapkan kekayaan. Oleh sebab itu jangan menunda-nunda sehingga apabila ruh (nyawa) sudah sampai di tenggorokan (hampir mati) lalu engkau berwasiat untuk si fulan sekian, untuk si fulan sekian.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Neraka tertutup oleh berbagai syahwat dan hawa nafsu sedangkan surga tertutup oleh berbagai kesukaran dan keberatan.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Yang mengikuti mayyit ada tiga keluarga, kekayaan dan amalnya maka yang dua kembali yaitu keluarga dan kekayaannya dan tetap tinggal padanya yang satu yaitu amal perbuatannya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang mengambil hak orang lain walau sejengkal tanah akan dikalungkan hingga tujuh petala bumi.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seorang Muslim adalah yang dapat selamat sekalian orang Muslim dari gangguan lidah dan tangannya. Seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Usamah bin Zaid r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Aku berdiri di muka pintu surga tiba-tiba kudapatkan kebanyakan yang masuk surga adalah orang-orang fakir miskin sedangkan orang-orang kaya masih tertahan oleh perhitungan kekayaanya dan orang-orang ahli neraka telah diperintahkan masuk neraka maka ketika saya berdiri di dekat pintu neraka tiba-tiba kudapatkan kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang perempuan.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Anas r.a. berkata: Seorang Arab bertanya kepada Rasulullah saw, “Bilakah hari kiamat?” Rasulullah saw menjawab, “Apakah bekalmu untuk menghadapinya?” Ia menjawabnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya maka Rasulullah saw bersabda, “Engkau akan berkumpul dengan orang yang engkau cintai.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra meriwayatkan bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw tentang perbuatan apa yang paling disukai Allah Ta’ala. Rasulullah menjawab, “Menjalankan shalat pada waktu yang ditetapkan.” Saya bertanya, “Dan sesudah itu?” Beliau menjawab, “Berbuat baik kepada orang tua.” Saya bertanya, “Dan sesudah itu?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.”

(Bukhari)

Dari Umar ra. dan Aisyah ra. menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Jibril selalu memperingatkanku tentang hak-hak tetangga sehingga aku cenderung percaya bahwa ia bisa-bisa akan memberi mereka bahkan hak-hak warisan

(Bukhari)

Dari Abu Bakar ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidak usahkan aku menceritakan tentang dosa terburuk?” Kami berkata, “Katakanlah, ya Rasulullah!” Rasulullah saw bersabda, “Menyekutukan seseorang dengan Allah dan tidak patuh terhadap orang tua.” Rasulullah saw sedang bersandar kemudian duduk tegak seraya bersabda, “Hati-hatilah dari berkata dusta.” Beliau terus mengulang-ulangi perkataan beliau itu sehingga kami memohon agar berkenan menghentikannya.

(Bukhari)

Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Bakal ada tentara yang menyerang Ka’bah tetapi ketika mereka sampai di suatu lapangan tiba-tiba mereka semua dibinasakan dari yang pertama hingga yang terakhir.” ‘Aisyah r.a. bertanya, “Ya Rasulullah, kenapa mereka semua dibinasakan padahal diantara mereka ada yang di pasar dan tidak ikut menyerang?” Rasulullah saw menjawab, “Dibinasakan semua kemudian akan dibangkitkan menurut niat masing-masing.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Aku bermimpi seolah-olah aku bersiwak (menggoosok gigi). Tiba-tiba datang kepadaku dua orang maka aku berikan siwak itu kepada yang kecil tetapi aku ditegur, “Dahulukan yang besar maka aku berikan kepada yang besar.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Musa al-Asy’ari r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seseorang itu akan berkumpul bersama orang yang dikasihinya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash r.a. berkata: Rasulullah saw menengokku pada haji wada’ dari cekaman suatu penyakit yang hampir saja merenggut nyawaku lalu aku berkata, “Ya Rasulullah, sebagaimana engkau lihat, penyakitku ini cukup berat sedangkan aku adalah orang yang berharta dan tidak ada ahli warisku kecuali seorang anak perempuanku. Bolehkah aku bersedekah dengan dua pertiga dari hartaku?” Rasulullah saw menjawab, “Jangan” Aku berkata, “Bagaimana kalau separuhnya?” Rasulullah menjawab, “Jangan, sepertiga saja dan sepertiga pun sudah cukup banyak. Sesungguhnya jika eangkau tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya raya adalah lebih baik daripada engkau tinggalkan mereka dalam keadaan kekurangan meminta-minta kepada manusia. Dan tidaklah engkau mengeluarkan suatu pembelanjaan dengan menuntut keridhaan Allah melainkan engkau akan diberi pahala karenanya hingga sesuap makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu.” Aku berkata, “Ya Rasulullah, apakah aku ditinggalkan (di Makkah) sesudah kawan-kawanku (berhijrah)?” Rasulullah saw menjawab, “Sesungguhnya engkau tidak ditinggal lalu engkau beramal dengan suatu amal yang ditujukan untuk mencari keridhaan Allah melainkan dengannya engkau akan bertambah derajat dan pangkatmu. Barangkali engkau tertinggal ini akan mendatangkan manfaat bagi orang banyak dan mendatangkan kerugian bagi lainnya.” Kemudian Rasulullah saw berdo’a, “Ya Allah teruskanlah bagi sahabat-sahabatku hijrah mereka dan jangan Engkau kembalikan mereka ke belakang (ke Mekkah).” Tetapi yang kecewa adalah Sa’ad bin Khaulah yang dikasihi oleh Rasulullah sawkarena ia meninggal dunia di Makkah.

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Sa’id (Sa’ad bin Malik bin Sinan) al-Khudry berkata: Rasulullah saw bersabda, “Pernah terjadi pada umat terdahulu seseorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa kemudian ingin bertaubat maka ia pun mencari seorang alim lalu ditunjukkan kepadanya seorang pendeta maka ia pun bertanya, “Sesungguhnya saya telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa apakah ada jalan bagiku untuk bertaubat?” Jawab pendeta, “Tidak ada” Seketika pendeta itupun dibunuhnya sehingga genaplah seratus orang yang telah dibunuhnya. Kemudian ia mencari orang alim lainnya dan ketika telah ditunjukkan iapun menerangkan bahwa ia telah membunuh seratus orang apakah ada jalan untuk bertaubat? Jawab si alim, “Ya, ada dan siapakah yang dapat menghalangimu untuk bertaubat? Pergilah ke dusun itu karena di sana banyak orang-orang yang taat kepada Allah. Maka berbuatlah sebagaimana perbuatan mereka dan jangan kembali ke negerimu ini karena negerimu ini adalah tempat penjahat.” Maka pergilah orang itu tetapi di tengah perjalanan mendadak ia mati. Maka bertengkarlah Malaikat rahmat dengan Malaikat siksa. Malaikat rahmat berkata, “Ia telah berjalan untuk bertaubat kepada Allah dengan sepenuh hatinya.” Malaikat siksa berkata, “Ia belum pernah berbuat kebaikan sama sekali.” Maka datanglah seorang Malaikat berupa manusia yang menjadi juru penengah (hakim) di antara mereka. Ia berkata, “Ukur saja jarak antara dusun yang ditinggalkan dan yang dituju maka kemana ia lebih dekat, masukkanlah ia kepada golongan orang sana. Maka diukurlah kedua jarak itu dan ternyata lebih dekat kepada dusun orang-orang baik yang dituju, kira-kira terpaut sejengkal. Maka dipeganglah ruhnya oleh Malaikat rahmat.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Utsman bin Affan ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tidak seseorang memasuki waktu shalat wajib kemudian ia berwudhu’ dan shalat dengan khusyu’ dan memelihara ruku’nya, melainkan akan terhapus dosa-dosanya yang telah lalu selama tidak melakukan dosa besar, hal itu berlaku sepanjang masa.”

(Muslim)

Dari Imran bin Hushain ra., Rasulullah saw bersabda: “Ada 70.000 orang dari umatku yang masuk surga tanpa hisab.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, ya Rasulullah?” Rasulullah saw bersabda, “Mereka adalah orang yang tidak beristirqa’ (meminta pengobatan dengan cara jampi-jampi) tidak bertathayyur (menggantungkan nasib kepada terbangnya burung), tidak melakukan pengobatan dengan cara membakar bagian yang sakit dengan besi panas membara dan orang-orang yang bertawakkal kepada Rabb mereka.”

(Muslim)

Dari Abdillah bin Mas’ud ra. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang yang mempunyai sifat sombong sedikit saja di dalam hatinya tidak akan masuk surga.” Seseorang berkata, “Bagaimana halnya ihwal seseorang yang mempunyai pakaian-pakaian yang indah dan sepatu-sepatu yang indah?” Rasulullah saw bersabda, “Allah itu indah dan Allah menyukai keindahan (Seseorang tidak disebut sombong jika ia mempercantik dirinya). Kesombongan terletak pada penolakan terhadap kebenaran danmemandang orang lain rendah.”

(Muslim)

Dari Abu Hurairah (Abdurrahman bin Shaher) r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Shalat berjama’ah pahalanya melebihi shalat sendirian baik di tempat pekerjaan atau di rumah, dua puluh lima derajat. Yang demikian itu karena jika seseorang telah menyempurnakan wudhu kemudian pergi ke masjid tanpa tujuan lain selain shalat maka tidak bertindak selangkah melainkan diangkat sederajat dan dihapuskan daripadanya satu dosa hingga masuk ke masjid. Apabila telah berada di dalam masjid maka ia dianggap mengerjakan shalat selama ia masih menantikan shalat (selama bertahan karena menunggu shalat) dan Malaikat memohonkan rahmat atau mendoakan seseorang selama ia dalam majelis shalatnya. Malaikat berdoa, Ya Allah, kasihanilah dia; ya Allah, ampunilah dia; ya Allah, maafkanlah dia. Demikian itu selama ia tidak mengganggu dan belum berhadats di tempat itu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abdullah bin Abbas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mencatat segala hasanat (kebaikan) dan sayyiat (kejahatan) kemudian menjelaskan keduanya maka barangsiapa yang berniat akan melakukan kebaikan lalu dikerjakannya maka akan dicatat untuknya sepuluh hasanat mungkin ditambah hingga tujuh ratus kali lipat atau lebih dari itu.Dan apabila ia berniat akan melakukan sayyiat (kejahatan) lalu tidak dikerjakannya maka Allah mencatat baginya satu hasanat dan jika niat itu dilaksanakannya maka ditulis baginya satu sayyiat.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abi Hurairah ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Lazimnya, seseorang mengawini seorang wanita karena empat alasan: karena kekayaannya; karena martabat keluarganya; karena kecantikannya dan karena kesalehannya. Lebih baik pilihlah ia karena kesalehannya. Semoga engkau tetap rendah hati.”

(Bukhari)

Dari Adiyyi bin Hatim ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Bersedekahlah supaya engkau diselamatkan dari api neraka walaupun hanya sebagian dari sebuah kurma.”

(Bukhari)

Dari Abi Hurairah ra. menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Saya bersaksi dengan nama Allah, ia bukan orang yang beriman. Saya bersaksi dengan nama Allah, ia bukan orang yang beriman.

Dari Abi Hurairah ra. menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda,”Malanglah ia, malanglah ia, malanglah ia. Seorang yang hidup cukup lama menyaksikan hari tua ibu-bapaknya, tetapi gagal memperoleh surga (dengan jalan mengkhidmati mereka).”

(Muslim)

Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra. telah berkata: Aku telah dengar Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa diantaramu melihat kemungkaran hendaklahia merobahnya dengan tangannya, jika ia tak sanggup maka dengan lidahnya dan jika tak sanggup maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman.”

(Muslim)

Dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa berbuat zhalim kepada saudaranya yang seiman dari hartanya atau sebagian dari itu, maka henndaklah ia menyelesaikannya pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari dimana dinar dan dirham tidak memberi manfaat apa-apa.Bila ia mempunyai amal shaleh maka amal tersebut diberikan kepada saudaranya yang dizhaliminya. Namun jika ia tidak memiliki amal shaleh maka dosa yang dizhaliminya, ditimpakan kepadanya.”

(Bukhari – Muslim, Tirmidzi dan Abu Daud)

Dari Sahl bin Sa’ad ra. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Aku dan orang yang menanggung anak yatim di surga seperti ini (beliau mengisyaratkan kedua jari telunjuknya danjari tengah sambil membuka keduanya)

(Bukhari, Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Nu’man bin Basyir ra bahwa Rasulullah saw bersabda: “Adzab neraka yang paling ringan pada hari kiamat ialah seorang laki-laki diletakkan diujung kedua tongkaknya dua bara api dengan panas yang menjadikan otaknya mendidih, dimana ia tidak melihat ada orang lain yang mendapat adzab lebih berat darinya, padahal itu adzab neraka yang paling ringan.”

(Muttafaq ‘Alaih)

Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Terjadi di masa dahulu sebelum kamu, tiga orang berjalan-jalan hingga terpaksa bermalam di dalam gua. Tiba-tiba ketika mereka sedang berada di dalam gua itu, ada sebuah batu besar yang jatuh dari atas bukit dan menutup pintu gua itu sehingga mereka tidak dapat keluar. Maka berkatalah mereka, “Sungguh tidakada yang dapat menyelamatkan kita dari bahaya ini, kecuali jika kalian bertawassul kepada Allah dengan amal-amal shalehyang pernah kalian lakukan dahulu.” Maka seorang dari mereka berdoa, “Ya Allah, dahulu saya mempunyaiayah dan ibu dan sudah menjadi kebiasaanku tidak memberi minuman susu kepada seorangpun sebelum keduanya (ayah dan ibu), baik kepada keluargaku atau kepada hamba sahaya. Maka pada suatu hari saya agak jauh menggembala ternak sehingga saya terlambat tidak kembali kepada keduanya hingga malam hari dan ketika itu ayah bundaku telah tidur. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya dan saya segan untuk membangunkan keduanya tetapi saya pun tidak akan memberikan minuman itu kepada siapapun sebelum ayah bundaku. Maka saya tunggu keduanya hingga terbit fajar lalu bangunlah keduanya dan minum susu yang saya perahkan itu. Padahal malam itu anak-anakku juga menangis meminta susu itu di dekat kakiku. Ya Allah, jika saya lakukan itu benar-benar karena mengharapkan keridhaan-Mu maka lepaskanlah kami dari kesulitan ini. Maka bergeserlah batu itu sedikit hanya saja mereka belum dapat keluar dari gua tersebut. Lalu orang yang kedua berdoa, “Ya Allah, dahulu saya pernah jatuh cinta pada anak gadis pamanku. Karena cinta kasihku saya selalu merayu dan ingin berzina dengannya tetapi ia selalu menolak hingga terjadilah pada suatu saat ia menderita kelaparan dan datang minta bantuan kepadaku. Maka saya berikan padanya uang seratus dua puluh dinar dengan janji bahwa ia akan menyerahkan kegadisannya kepadaku malam harinya. Kemudian ketika saya telah berada di antara kedua kakinya tiba-tiba ia berkata, “Takutlah kepada Allah dan jangan engkau pecahkan tutup kecuali dengan cara yang halal. Maka saya segera bangun daripadanya padahal saya masih menginginkannya dan saya tinggalkan dinar emas yang telah saya berikan kepadanya itu. Ya Allah, bila saya berbuat itu semata-mata karenamengharapkan keridhaan-Mu maka hindarkanlah kami dari kemalangan ini.” Maka bergeserlah batu itu sedikit tetapi mereka belum juga dapat keluar daripadanya. Lalu berdoalah orang yang ketiga, “Ya Allah, saya dahulu menjadi majikan yang mempunyai banyak buruh dan pegawai. Pada suatu hari ketika saya membayar upah buruh-buruh itu, tiba-tiba ada seorang dari mereka yang tidak sabar menunggu lalu segera pergi dan meninggalkan upahnya terus pulang ke rumahnya dan tidak kembali. Maka saya perniagakan upah itu hingga bertambah dan berbuah menjadi harta kekayaan yang banyak. Kemudian setelah berselang waktu cukup lama, buruh itu datang kembali dan berkata, “Hai hamba Allah berikan kepadaku upahku yang dahulu itu.”Aku menjawab, “Semua kekayaan di depanmu yang berupa unta, lembu, kambing dan budak penggembalanya itu adalah upahmu.” Orang itu berkata, “Hai hamba Allah, janganlah engkau mengolok-olokkan aku.” Aku menjawab, “Aku tidak mengolok-olokkan kamu.” Maka diambilnya semua yang saya sebutkan itu dan tidak ditinggalkan seekor pun daripadanya. “Ya Allah, jika saya berbuat itu karena mengharapkan keridhaan-Mu maka bebaskanlah kami dari kesempitan ini.” Tiba-tiba batu itupun bergeser lagi sehingga mereka dapat keluar dengan selamat.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Atha’ bin Abi Rabah berkata: Ibnu ‘Abbas r.a. berkata, “Sukakah saya tunjukkan kepadamu seorang wanita ahli syurga?” Saya menjawab, “Baiklah.” Berkata Ibnu ‘Abbas, “Itulah wanita yang hitam.” Pada suatu hari ia datang kepada Rasulullah saw dan berkata, “Ya Rasulullah, saya berpenyakit ayan hingga terbuka aurat maka doakan kepada Allah untuk kesembuhanku.” Rasulullah saw menjawab, “Jika engkau sabar engkau akan mendapat surga dan jika engkau tetap meminta aku, aku doakan, akupun tidak keberatan.” Wanita itu menjawab, “Saya akan sabar tetapi doakan supaya tidak sampai terbuka aurat saya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abdullah bin ‘Abbas dan Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Andaikan seorang anak Adam (manusia) mempunyai satu lembah dari emas pasti ia ingin mempunyai dua lembah dan tidak ada yang dapat menutup mulutnya (menghentikan kerakusannya kepada dunia) kecuali tanah (maut). Dan Allah berkenan memberi taubat kepada siapa yang bertaubat.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Allah tertawa melihat dua orang yang telah bunuh membunuh dan keduanya masuk surga. Seorang pejuang berjuang di jalan Allah (Fisabilillah) lalu terbunuh kemudian yang membunuh masuk Islam dan ikut berjihad Fisabilillah sehingga mati syahid terbunh pula.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Hak kewajiban seorang muslim atas muslim lainnya ada lima. Pertama menjawab salam. Kedua menjenguk yang sakit. Ketiga mengantar jenazah. Keempat memenuhi undangan. Kelima mendo’akan orang yang bersin.”

(Muttafaq ‘Alaih)

Dari Sahl bin Hanif bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa meminta mati syahid kepada Allah dengan jujur, pasti akan Allah sampaikan ia ke tingkat para syuhada sekalipun mati di atas tempat tidur.”

(Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)

Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Setiap anggota badan manusia wajib atasnya sedekah, setiap hari bila terbit matahari engkau damaikan antara dua orang yang berselisih, itu adalah sedekah dan menolong orang berkenaan dengan kendaraannya, engkau mengangkatnya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya, itu adalah sedekah dan setiap langkah untuk shalat adalah sedekah. Dan menyingkirkan sesuatu rintangan dari jalan adalah sedekah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abdillah bin ‘Amr bin Al-‘Ash ra. bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang memiliki empat sifat maka ia munafik murni dan barangsiapa memiliki satu darinya, berarti ia mempunyai satu sifat munafik, yaitu jika diberi amanat ia berkhianat, bila bicara ia dusta, jika berjanji ia mengingkari dan jika bersengketa ia membongkar rahasia terdahulu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Utsman bin Affan ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Orang yang terbaik dari antaramu ialah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain.”

(Bukhari)

Dari Anas r.a. berkata, Nabi saw masuk masjid tiba-tiba beliau menemukan tali yang terulur di antara dua tiang. Nabi saw bertanya, “Tali apakah ini?” Jawab orang banyak, “Tali kepunyaan Zainab kalau ia merasa capai berdiri shalat, ia berpegangan dengannya.” Maka Nabi saw bersabda, “Lepaskan tali itu. Hendaklah shalat dilakukan dalam keadaan tangkas, cekatan dan apabila letih (mengantuk) hendaklah tidur.”

(Bukhari – Muslim)

Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Jika mengantuk salah seorang dari kamu dalam mengerjakan shalat hendaklah ia tidur sehingga hilang rasa kantuknya. Sesungguhnya jika seseorang mengerjakan shalat dengan mengantuk, jangan-jangan ia akan membaca istighfar lalu mengigau mengumpat dirinya sendiri.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Biarkanlah selama aku membiarkan kamu dalam kebebasanmu. Maka sesungguhnya penyebab kebinasaan umat terdahulu sebelummu adalah karena mereka banyak bertanya dan menyalahi Nabi-nabi mereka. Maka apabila aku mencegahmu dari sesuatu perkara, tinggalkanlah perkara itu dan jika aku perintahkan sesuatu perkara, kerjakanlah sekuat tenagamu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Semua umatku selamat kecuali orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa (mujaharah). Dan termasuk mujaharah adalah orang yang berbuat di waktu malam yang gelap kemudian pagi harinya diceritakan pada orang lain padahal semalaman itu Allah menutupinya sedangkan pagi harinya ia membuka sendiri apa yang ditutupi oleh Allah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Mas’ud al-Badri r.a. dari Nabi saw, beliau bersabda, “Apabila salah seorang kamu membelanjai istrinya dengan mengharapkan pahala maka tercatat baginya sebagai sedekah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Anas r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Ya Allah,sesungguhnya tidak ada kehidupan yang sebenarnya kecuali kehidupan akhirat.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta benda tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Pada hari kiamat seorang Mu’min didekatkan kepada Tuhan dengan dinaungi oleh rahmat-Nya, kemudian ditanya, “Tahukah kamu dosa ini? Tahukah kamu dosa itu?” Jawabnya, “Ya, saya tahu.” Maka Allah berfirman, “Aku telah menutupi atasmu dunia dan kini aku mengampuninya darimu.” Kemudian diberikan kepadanya suratan amal kebaikannya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Anas r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Ada tiga perkara yang barangsiapa memilikinya akan merasakan kelezatan iman yaitu jika ia mencintai Allah dan Rasulullah melebihi cintanya kepada yang lain; Jika ia mencintai sesama manusia semata-mata karena Allah dan jika ia enggan kembali kafir setelah diselamatkan Allah daripadanya, sebagaimana ia enggan dimasukkan ke dalam neraka.”

(Bukhari – Muslim)

Dari ‘Ubadah bin ash Shamit r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa percaya bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya dan bahwa Nabi Muhammadadalah hamba dan utusan-Nya dan bahwa Nabi Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya dan kalimat-Nya yang diturunkan kepada Maryam dan ruh daripada-Nya dan bahwa surga itu benar adanya (haq) maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga dengan amal perbuatannya (yang baik) seberapa pun adanya.”

(Bukhari – Muslim)

Abu Hurairah r.a. telah mendengar Nabi saw bersabda, “Ada tiga orang dari Bani Israil yaitu si Belang, si Botak dan si Buta ketika Allah akan menguji mereka, Allah mengutus Malaikat berupa manusia. Maka datanglah Malaikat itu kepada orang yang belang dan bertanya, “Apakah yang kau inginkan?” Jawabnya, “Kulit dan rupa yang bagus serta hilangnya penyakit yang menyebabkan orang-orang jijik kepadaku.” Maka diusaplah orang itu oleh Malaikat. Seketika itu juga hilanglah penyakitnya dan berganti rupa dan kulit yang bagus, kemudian ditanya lagi, “Kekayaan apakah yang engkau inginkan?” Jawabnya, “Unta.” Maka diberinya seekor unta yang bunting sambil didoakan, BAARAKALLAAHU LAKA FIIHAA (Semoga Allah memberkahimu pada kekayaanmu itu).” Kemudian datanglah si Malaikat itu kepada si Botak dan bertanya, “Apakah yang engkau inginkan?” Jawabnya, “Rambut yang bagus dan hilangnya penyakitku yang menyebabkan kehinaan pada pandangan orang.” Maka diusaplah orang botak itu lalu seketika itu juga tumbuhlah rambut yang bagus. Kemudian ditanya lagi, “Kini kekayaan apa yang engkau inginkan?” Jawabnya, “Lembu.” Maka diberinya seekor lembu yang bunting sambil didoakan, “BAARAKALLAAHU LAKA FIIHAA (Semoga Allah memberkahimu pada kekayaanmu itu).” Lalu datanglah Malaikat itu kepada si Buta dan bertanya, “Apakah yang engkau inginkan?” Jawabnya, “Kembalinya penglihatan mataku supaya aku dapat melihat orang.” Maka diusaplah matanya sehingga dapat melihat kembali. Selanjutnya dia ditanya pula, “Kekayaan apa yang engkau inginkan?” Jawabnya, “Kambing.” Maka diberinya seekor kambing yang bunting sambil didoakan “BAARAKALLAAHU LAKA FIIHAA (Semoga Allah memberkahimu pada kekayaanmu itu).”

Beberapa tahun kemudian setelah masing-masing mempunyai daerah tersendiri yang penuh dengan unta, lembu dan kambing, datanglah Malaikat itu dalam rupa seorang yang miskin seperti keadaan si Belang dahulu pada waktu ia belum sembuh dan kaya. Malaikat itu berkata, “Saya seorang miskin yang telah terputus hubungan dalam perjalananku ini maka tidak ada yang dapat mengembalikan aku kecuali dengan pertolongan Allah dan bantuanmu. Maka saya mengharap, demi Allah yang memberi rupa dan kulit yang bagus, satu unta saja untuk meneruskan perjalananku ini.” Jawab si Belang, “Masih banyak hak orang lain padaku, aku tidak dapat memberimu apa-apa, mintalah saja di lain tempat.” Malaikat berkata, “Rasa-rasanya aku pernah berjumpa denganmu, bukankah engkau si Belang dahulu yang dijijiki orang dan seorang miskin kemudian Allah memberimu kekayaan?” Jawab si Belang, “Saya telah mewarisi kekayaan orang tuaku.” Malaikat berkata, “Jika engkau berdusta maka semoga Allah mengembalikan keadaanmu seperti dahulu.” Kemudian pergilah malaikat itu kepada si Botak dengan menyamar seperti keadaan si Botak dahulu dan berkata pula padanya sebagaimana yang dikatakan kepada si Belang, namun ternyata mendapat jawaban seperti jawaban si Belang, hingga karenanya didoakan, “Jika engkau berdusta maka semoga engkau kembali seperti keadaanmu semula.” Akhirnya datanglah Malaikat itu kepada si Buta dengan menyamar seperti keadaan si Buta dahulu semasa ia miskin dan berkata, “Saya seorang miskin dan perantau yang telah putus hubungan dalam perjalanan, tidak dapat meneruskan perjalanan kecuali dengan pertolongan Allah dan bantuanmu. Aku minta demi Allah yang mengembalikan pandangan matamu, satu kambing saja untuk meneruskan

perjalananku ini.” Jawab si Buta, “Dahulu aku memang buta lalu Allah mengembalikan penglihatanku maka kini ambillah sesukamu, aku tidak akan memberatkan sesuatu pun kepadamu yang engkau ambil karena Allah.” Maka berkata Malaikat, “Jagalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu telah diuji maka Allah ridha kepadamu dan murka kepada kedua temanmu itu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Janganlah seorang dari kamu mengharap-harapkan maut disebabkan oleh penderitaan yang dialaminya maka jika harus terpaksa berkata, ucapkanlah, ALLAAHUMMA AHYINII MAAKAANATIL HA AATU KHAIRAN LII WA TAWAFFANII IDZAA KAANATIL WAFAATU KHAIRAN LII (Ya Allah, hidupkanlah aku selama hidup ini lebih baik bagiku dan matikanlah aku apabila mati itu lebih baik bagiku).”

(Bukhari – Muslim)

Dari Sulaiman bin Shurad r.a. berkata: ketika saya duduk bersama Rasulullah saw, tiba-tiba ada dua orang saling memaki sedang salah satu telah merah wajahnya dan tegang pula urat lehernya maka Rasulullah saw bersabda, “Saya mengetahui suatu kalimat yang apabila kalimat itu dibaca, pasti hilang apa yang dirasakannya yaitu A’UDZUBILLAAHI MINASYSYAITHOONIR RAJIIM.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Akan terjadi sepeninggalku sifat monopoli (mementingkan diri sendiri) dan beberapa kemungkaran.” Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana pesan tuan kepada kami menghadapi hal itu?” Nabi saw bersabda, “Tunaikanlah kewajibanmu dan mintalah kepada Allah untuk mendapatkan hakmu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abdullah bin Abbas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Telah ditunjukkan kepadaku keadaan umat yang dahulu hingga aku melihat seorang Nabi dengan rombongan yang kecil dan ada Nabi yang mempunyai pengikut satu dua orang bahkan ada Nabi yang tidak ada pengikutnya. Tiba-tiba terlihat olehku rombongan yang besar, saya kira itu umatku maka diberitahu kepadaku bahwa itu Nabi Musa dan kaumnya tetapi lihatlah ke ufuk kanan dan kirimu. Tiba-tiba di sana aku melihat rombongan yang besar sekali. Dikatakan kepadaku: Itulah umatmu dan di samping mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa perhitungan (hisab).” Setelah itu Nabi bangun dan masuk ke rumahnya sehingga para sahabat saling memperbincangkan orang-orang yang akan masuk surga tanpa hisab itu. Ada yang berpendapat, “Mungkin mereka adalah sahabat-sahabat Nabi saw.” Ada pula yang berpendapat, “Mungkin mereka yang lahir dalam Islam dan tidak pernah mempersekutukan Allah.” dan berbagai pendapat lainnya yang mereka sebutkan. Kemudian Rasulullah saw kembali dan bertanya, “Apa yang sedang engkau bicarakan?” Mereka memberitahukan segala pembicaraan mereka maka Rasulullah saw bersabda, “Mereka yang tidak pernah menjampi atau dijampikan dan tidak suka menebak nasib dengan perantaraan burung dan kepada Tuhan mereka selalu berserah diri (tawakal). Maka bangunlah ‘Ukkasyah bin Mihshan dan berkata, “Ya Rasulullah, doakan semoga Allah memasukkan aku dari golongan mereka.” Nabi saw menjawab, “Engkau termasuk golongan mereka.” Kemudian berdiri orang lain, izin dan berkata, “Doakan semoga Allah menjadikan aku dari golongan mereka.” Nabi saw menjawab, “Engkau telah didahului oleh ‘Ukkasyah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Ketika Nabi saw masuk ke rumah kami bertepatan dengan adanya seorang wanita maka Nabi saw bertanya, “Siapakah wanita itu?” Jawab ‘Aisyah, “Ini Falunah yang terkenal ibadah shalatnya banyak sekali.” Maka Nabi saw bersabda, “Ah (kata yang menyatakan kurang senang), hendaklah ia mengerjakan menurut kadar kemampuannya dengan tidak memaksakan diri maka Allah tidak akan jemu (bosan) menerima amalmu sehingga kamu sendiri yang jemu beramal dan perilaku agama yang disukai Allah ialah yang dikerjakan terus-menerus.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Musa r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan tuntunan hidayah dan ilmu yang diutuskan Allah kepadaku adalah bagaikan hujan yang turun ke bumi. Ada tanah yang subur menerima air dan menumbuhkan tanaman dan rumput yang banyak dan ada yang keras tidak dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Demikianlah contoh orang yang mengerti agama Allah lalu belajar dan mengajar dan orang yang tidak dapat menerima sama sekali petunjuk ajaran Allah yang diutuskan kepadamu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari ‘Utban bin Malik r.a. berkata: Ketika Nabi saw selesai shalat beliau bertanya, “Dimanakah Malik bin al-Dakhsyum?” Dijawab oleh seseorang, “Dia itu munafik, tidak suka Allah dan Rasulullah.” Maka Nabi saw bersabda, “Jangan berkata demikian, tidakkah engkau tahu bahwa ia telah mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAAH dengan ikhlas karena Allah? dan Allah telah mengharamkan api neraka kepada siapa yang mengucapkanLAA ILAAHA ILLALLAAH dengan ikhlas karena Allah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Zaid (Usamah) bin Zaid Haritsah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seseorang dihadapkan di hari kiamat kemudian dilemparkan ke dalam neraka maka keluar usus perutnya lalu berputar-putar di dalam neraka bagaikan himaryang berputar di sekitar penggilingan. Maka kerumunan ahli neraka padanya sambil bertanya, “Hai Fulan, mengapakah engkau, bukankah engkau dahulu yang menganjurkan kebaikan dan mencegah kemunkaran?” Jawabnya, “Benar, aku dahulu menganjurkan kebaikan, tetapi tidak saya kerjakan dan mencegah kemunkaran tetapi saya kerjakan.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang merasa pernah berbuat aniaya terhadap saudaranya baik menyangkut kehormatan, harta atau lainnya hendaklah ia segera meminta halal (maaf)nya sekarang juga sebelum datang suatu hari yang ketika itu tidak ada harta dinar atau dirham. Jika ia mempunyai amal shaleh maka akan diambil menurut penganiayaannya dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan) maka akan diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditangguhkan kepadanya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari An-Nu’man bin Basyir r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan orang-orang Mu’min dalam cinta mencintai, kasih mengasihi dan rahmat merahmati adalah bagaikan satu badan, apabila salah satu anggotanya menderita sakit maka menjalarkan penderitaan itu ke seluruh badan hingga tidak dapat tidur dan panas.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Orang yang menyantuni janda dan orang miskin adalah bagaikan orang yang berjihad fi sabilillah bahkan seperti orang yang tidak pernah berhenti puasa dan bagun shalat malam.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Jundub bin Abdullah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memperdengarkan amalnya kepada orang lain maka Allah akan

mempermalukannya di hari kiamat dan barangsiapa yang memperlihatkan amalnya kepada orang lain maka Allah akan membalas riya’nya itu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tinggalkan tujuh dosa yang akan membinasakan.” Sahabat bertanya, “Apakah itu, ya Rasulullah?” Nabi saw menjawab, “Menyekutukan Allah, Sihir (tenung), membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya kecuali dengan hak, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri pada waktu perang, menuduh wanita Mu’minat yang sopan dengan tuduhan berzina.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seorang perempuan disiksa karena kucing yang dikurungnya hingga mati maka ia dimasukkan ke dalam neraka disebabkan ia tidak memberi makan dan minum ketika mengurungnya dan tidak pula melepaskannya agar memakan binatang-binatang melata di bumi.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Mencaci maki seorang Muslim adalah fasiq (melanggar agama) dan memerangi seorang Muslim adalah kafir.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menuduh hamba sahayanya berzina maka ia akan dihukum dera pada hari kiamat kecuali jika benar tuduhannya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Abbas r.a. berkata: Rasulullah saw berjalan melalui dua kuburan maka beliau bersabda, “Sesungguhnya kedua orang dalam kubur ini sedang disiksa padahal keduanya tidak disiksa karena perkara yang besar. Adapun yang satu maka ia biasa berjalan mengadu domba sedang yang kedua tidak menyelesaikan kencingnya (tidak membersihkan bekas kencingnya)

(Bukhari – Muslim)

Dari Hudzaifah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa percaya kepada Allah dan hari kemudian hendaklah ia berkata baik atau diam.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Musa r.a. berkata: Saya bertanya, “Ya Rasulullah siapakah diantara kaum Muslimin yang paling utama?” Nabi saw menjawab, “Siapa yang selamat semua orang Islam dari (kejahatan) LIDAH DAN TANGANNYA.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sungguh ada kalanya seorang hamba berbicara sepatah kata yang tidak diperhatikan maka tiba-tiba ia tergelincir ke dalam neraka oleh sebab kalimat itu, lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.”

(Bukhari – Muslim)

“Tiga hal yang apabila seseorang berada di dalamnya akan merasakan manisnya iman. Pertama apabila orang itu mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada yang lain.”

(Muttafaq ‘alaih)

“Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sampai aku lebih dicintai olehnya melebihi bapak dan anaknya.”

(Muslim)

“Barangsiapa yang berada dalam keadaan aman di tengah kaumnya, sehat tubuhnya, ada yang akan dimakan hari itu maka sepertinya dunia telah digiring kepadanya dengan segala isinya.”

(Tirmidzi)

“Bila kamu hendak tidur, berwudhulah kamu sebagaimana kamu berwudhu untuk shalat dan miringkanlah badanmu pada sisi sebelah kanan.”

(Muttafaq ‘alaih)

Dari Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah saw ketika menjelang tidur beliau berdoa, “Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan menjaga kita serta mencukupi segala kebutuhan kita betapa banyak orang yang tidak tercukupi kebutuhannya dan tidak punya tempat tinggal.”

(Muslim)

Dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang dihatinya ada setitik kesombongan.”

(Muslim)

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Ketika seseorang berjalan dengan sombongnya dan takjub kepada dirinya sendiri dan dengan rambut yang disisir, berlagak dalam jalannya maka Allah tiba-tiba membenamkannya ke tanah sehingga turun dan

tenggelam sampai hari kiamat.”

(Muttafaq ‘alaih)

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah dia menghormati tamunya, hak tamu sebagai hadiah adalah sehari semalam. Dan hak orang bertamu itu selama tiga hari, selebihnya adalah sedekah. Dan tidak boleh melakukan sesuatu yang membuat kesal tuan rumah.”

(Bukhari)

“Senyumanmu ketika bertemu saudaramu adalah sedekah.”

(Tirmidzi)

Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw pernah melihat sahabat memakai cincin emas, lalu beliau mencopot dan membuangnya, lalu berkata, “Seseorang di antara kalian telah memasang bara api neraka ditangannya.”

(Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, aku mohon ampun dan bertobat lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.”

(Bukhari)

“Orang yang kikir adalah orang yang apabila aku disebut dihadapannya, orang itu tidak mau bershalawat kepadaku.”

(Tirmidzi)

“TIdak berkumpul satu kaum dalam majelis dan tidak disebut di dalamnya nama Allah serta tidak bershalawat kepada nabinya kecuali ditimpakan kepada mereka kebohongan. Kalau Allah menghendaki mereka akan disiksa dan kalau Dia berkehendak mereka diampuni.”

(Tirmidzi)

Dari Mu’adz r.a. berkata: Rasulullah saw mengutus saya sebagai gubernur di negeri Yaman maka Rasulullah saw berpesa kepadaku, “Engkau akan menghadapi kaum ahli kitab maka ajaklah mereka kembali kepada kalimat Syahadat bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan aku adalah Rasulullah. Jika mereka telah menurut kepada ajakan itu, beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka mengerjakan shalat lima kali sehari semalam dalam lima waktu. Jika mereka telah taat, beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan mereka mengeluarkan zakat (sedekah) yang diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada fakir miskin. Jika mereka telah menaati itu maka berhati-hatilah kamu dari kekayaan mereka terutama yang benar-benar mereka sayangi dan takutlah kamu dari doa orang yang teraniaya karena tidak ada dinding antara doa itu dengan Allah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Humaid (Abdurrahman) bin Sa’ad Saldy r.a. berkata: Rasulullah saw mengangkat Ibnu al-Lutbiyah dari suku al-Azd untuk mengumpulkan zakat dan ketika ia telah kembali kepada Rasulullah, ia berkata, “Yang ini untukmu dan yang ini saya terima sebagai hadiah dari orang-orang.” Maka Rasulullah saw segera naik ke atas mimbar dan setelah memuji syukur kepada Allah, beliau berkata, “Amma ba’du, adapun saya mengangkat seseorang untuk suatu tugas yang diberikan. Ini bagianmu dan ini saya sendiri telah mendapat hadiah dari orang-orang. Mengapakah ia tidak duduk-duduk saja di rumah ibu atau ayahnya sehingga datang hadiah itu kepadanya jika memang benar-benar demikian. Demi Allah tidak ada seorang yang mengambil sesuatu yang bukan haknya kecuali pasti akan dipikulnya di hari kiamat. Maka saya akan ketahui seseorang yang memikul unta atau lembu atau kambing yang mengembik.” Kemudian Rasulullah saw mengangkat kedua tangannya sehingga terlihat putih ketiaknya sambil bersabda, “ALLAHUMMA HAL BALLAGHTU (Ya Allah, saya telah menyampaikan).”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Jika salah seorang kamu mengerjakan shalat mengimami orang banyak maka hendaklah ia meringankan karena mungkin diantara makmum ada orang lemah, orang sakit atau orang tua dan apabila melaksanakan shalat sendirian maka bolehlah memanjangkan sesukanya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seorang Muslim adalah saudara bagi sesama Muslim yang lain; tidak boleh menganiaya atau membiarkan dianiaya. Dan barangsiapa memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan melaksanakan hajatnya. Dan barangsiapa membebaskan kesusahan seorang Muslim maka Allah akan membebaskannya di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang Muslim maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa melapangkan suatu kesukaran dunia pada seorang Mukmin maka Allah akan baginya kesukaran hari kiamat. Dan barangsiapa meringankan kemiskinan seorang miskin maka Allah akan meringankan baginya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa menutupi aib orang Muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya. Dan barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Dan tidak berkumpul suatu kaum dalam Baitullah (masjid untuk membaca dan mempelajari kitab Allah melainkan diturunkan kepada mereka ketenangan dan diliputi rahmat, dikerumuni Malaikat dan disebut-sebut oleh Allah di depan para Malaikat-Nya. Dan barangsiapa yang lambat amal perbuatannya maka tidak dapat dipercepat oleh nasab (tidak lekas naik derajatnya).”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidak dihalalkan bagi seorang istri berpuasa sunat ketika suaminya di rumah melainkan dengan izin suaminya. Dan tidak boleh bagi istri mengizinkan orang lain masuk ke rumahnya melainkan dengan izin suaminya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu akan ditanya mengenai kepemimpinanmu. Imam (Penguasa) adalah pemimpin dan akan ditanya mengenai kepemimpinannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin keluarganya dan bertanggung jawab mengenai kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin rumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Pelayan (buruh) adalah pemeliharaharta majikannya dan akan ditanya mengenai pemeliharaannya. Maka kamu sekalian adalah pemimpin dan masing-masing bertanggung jawab atas kepemimpinannya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash r.a. berkata: Ada seseorang datang menghadap kepada Rasulullah saw dan berkata, “Saya berbai’at kepadamu, ya Rasulullah, untuk berhijrah dan berjihad dengan mengharap pahala dari Allah.” Rasulullah saw bertanya, “Apakah ada yang masih hidup salah seorang dari ayah bundamu?” Orang itu menjawab, “Bahkan keduanya masih hidup.” Rasulullah saw bersabda, “Engkau mengharap pahala dari Allah?” Orang itu menjawab, “Ya.” Nabi saw bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan perbaikilah pelayananmu kepada keduanya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan sahabat yang baik dan sahabat yang buruk bagaikan pembawa misk (kasturi) dan peniup api. Maka pembawa misk itu ada kalanya memberi kepadamu atau engkau memberi kepadanya atau engkau mendapat bau harum daripadanya. Adapun peniup api maka kalau tidak membakar pakaianmumaka kau akan mendapatkan bau busuk daripadanya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda,”Aku diperintah untuk memerangi manusia sehingga mereka mengakui bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah dengan sesungguhnya kecuali Allah dan bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah, menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat. Maka apabila mereka telah mengerjakan semua itu, berarti telah terjamin daripadaku darah dan harta mereka kecuali karena kewajiban Islam dan perhitungan mereka terserah kepada Allah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a. berkata: Rasulullah saw duduk di atas mimbar dan kami duduk di sekitanya kemudian Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan sepeninggal aku nanti adalah terbuka lebarnya atas kamu kemewahan dan keindahan dunia.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat kepada orang yang berada di atasmu karena yang demikian itu lebih layak supaya kamu tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Hakim bin Hizam r.a. berkata:Rasulullah saw bersabda, “Tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang di bawah dan dahulukan dalam bersedekah kepada orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Sebaik-baiknya sedekah adalah yang masih menyisakan kekayaan. Barangsiapa memelihara kehormatan dirinya, Allah akan memelihara kehormatan dirinya dan barangsiapa mencukupkan dengan kekayaan yang ada maka Allah akan mencukupinya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Umar r.a. berkata: “Saat kami duduk dekat Rasulullah saw di suatu hari maka tiba-tiba tampaklah oleh kami seorang laki-laki memakai pakaian sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya bekas (tanda-tanda) dalam perjalanan dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya maka duduklah ia dihadapan Nabi saw lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi saw lalu meletakkan tangannya di atas paha Nabi saw kemudian ia berkata, “Hai Muhammad, beritahukanlah padaku tentang Islam!” Maka jawab Rasulullah saw, “Islam yaitu engkau bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dan sungguh Muhammad itu utusan Allah, menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan mengerjakan Hajji ke Baitullah (Mekkah) jika engkau kuasa menjalaninya.” Berkata orang itu, “Benar.” Kami heran, ia bertanya dan ia pula yang membenarkannya. Maka bertanyalagi orang itu, “Beritahukanlah padaku tentang Iman.” Jawab Nabi saw, “Engkau beriman kepada Allah dan Malaikat-Nya, kepada Kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada hari Qiamat dan beriman kepada Qadar baik dan yang buruk.” Berkatalah orang itu, “Benar.” Bertanya lagi orang itu, “Maka beritahukanlah padaku tentang Ihsan.” Jawab Nabi, “Engkau beribadah (mengabdi) kepada Allah seakan-akan engkau melihat kepada-Nya, sekalipun engkau tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya ia melihat engkau.” Tanya orang itu lagi, “Beritahukanlah aku tentang hari Qiamat.” Jawab Nabi, “Orang yang ditanya tidak lebih tahu dari si penanya.” Tanya orang itu lagi, “Beritahukanlah aku tentang tanda-tandanya.” Jawab Nabi, “Diantaranya jika seorang hamba telah melahirkan majikannya dan jika engkau melihat orang yang tadinya miskin papa, berbaju compang-camping, sebagai penggembala kambing sudah berkemampuan, berlomba-lomba dalam kemegahan bangunan.” Kemudian pergilah orang tadi. Aku diam tenang sejenak kemudian Nabi saw berkata, “Wahai Umar tahukah engkau siapa yang bertanya tadi?” Jawabku, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi saw berkata, “Dia itu Jibril datang kepada kalian mengajarkan tentang agama kalian.”

(Muslim)

Dari Abi Abdirrahman Abdillah bin Mas’ud r.a. berkata: Bersabda Rasulullah saw dan dialah yang selalu benar dan dibenarkan, “Sesungguhnya setiap kamu dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya empat puluh hari berupa nutfah. Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi gumpalan seperti sekerat daging selama itu juga, kemudian diutus kepadanya Malaikat maka ia meniupkan roh padanya dan ditetapkan empat perkara, ditentukan rizkinya, ajalnya, amalnya, ia celaka atau bahagia. Maka demi Allah yang tiada Tuhan selain dari pada-Nya, sungguh seorang di antara kamu ada yang melakukan pekerjaan ahli syurga sehingga tidak ada antara dia dan syurga itu kecuali sehasta saja maka dahululah atasnya takdir Allah, lalu ia lakukan pekerjaan ahli neraka maka iapun masuk neraka.” Dan sungguh salah seorang diantara kamu melakukan pekerjaan ahli neraka sehingga tidak ada antara dia dan neraka kecuali sehasta saja maka dahululah ketentuan Allah atasnya, lalu ia melakukan pekerjaan ahli syurga maka iapun masuk ke dalam syurga.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ummil Mu’minin, ibunya Abdillah, Aisyah r.a. berkata: “Telah bersabda Rasulullah saw, “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu yang baru (bid’ah) dalam urusan (agama) kami ini, yang tidak kami perintahkan maka hal itu ditolak.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abi Abdillah An-Nu’man bin Basyir r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sungguh sesuatu yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, antara keduanya ada hal yang samar-samar (syubhat) yang kebanyakan manusia tidak tahu. Maka siapa yang menjaga dirinya dari syubhat itu maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya dan siapa yang melakukan perkara syubhat itu maka ia jatuh dalam perkara haram seperti penggembala di sekeliling tanah larangan (milik orang), lambat laun ia akan masuk ke dalamnya. Ingatlah setiap raja ada larangannya. Ingatlah bahwa larangan Allah adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah bahwa dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik, baiklah jasad seluruhnya dan jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Sepotong daging itu adalah hati.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abi Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Agama itu adalah nasehat.” Kami bertanya, “Untuk siapa ya Rasulullah?” Rasulullah saw bersabda, “Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam-imam Muslimin dan bagi Muslimin umumnya.”

(Muslim)

Dari Abi Hurairah Abdir-Rahman bin Shakhr r.a. berkata: Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Apa-apa yang telah kami larang untukmu maka jauhilah dan apa-apa yang telah kami perintahkan kepadamu maka kerjakanlah sebisamu. Celakanya orang-orang sebelum kamu adalah karena banyak pertanyaan dan perselisihan terhadap Nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh).”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abi Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib cucu Rasulullah saw dan kesayangannya berkata: Aku telah hafal sabda dari Rasulullah saw, “Tinggalkanlah apa-apa yang meragukan kamu, kerjakan apa-apa yang tidak meragukan kamu.”

(Tirmidzi – Nasa’i)

Dari An-Nawas bin Sam’an r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Kebaikan itu adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa-apa yang meragukan jiwamu dan engkau tidak suka dilihat orang lain dalam melakukan hal itu.”

(Muslim)

Dari Ibnu Abbas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memaafkan – karenaku – dari ummatku amal-amal yang khilaf, lupa dan yang dipaksakan atas mereka.”

(Ibnu Majah – Baihaqi-dll)

Dari Abi Abbas Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi r.a. berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw dan berkata, “Wahai Rasulullah! Tunjukkilah aku pada suatu amal yang jika aku kerjakan, aku dicintai Allah dan dicintai manusia. Maka Rasulullah saw bersabda, “Zuhudlah engkau akan dunia, pasti Allah mencintai engkau. Zuhudlah engkau akan apa yang ada pada manusia, pasti manusia mencintai engkau.”

(Ibnu Majah-dll)

Dari Abi Tsa’labah Al-Khusyani Jurtsum bin Nasyir r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mewajibkan beberapa kewajiban maka janganlah kamu meninggalkannya dan telah menentukan beberapa batas maka janganlah kamu melampauinya dan telah mengharamkan beberapa perkara maka janganlah kamu melanggarnya dan Ia telah diam dari beberapa perkara sebab rahmat bagimu bukan karena lupa maka janganlah kamu mempersoalkannya.”

(Ad-Daruquthni-dll)

Dari Abi Dzarr Al-Ghoffari r.a. dari Nabi saw yang diriwayatkan dari Allah Azza wajalla: Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman, “Hai hamba-Ku! Sesungguhnya Aku haramkan perilaku zhalim atas diri-Ku dan Aku jadikan di antaramu haram maka janganlah kamu saling menzhalimi. Hai hamba-Ku! Kamu semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk maka hendaklah minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku beri petunjuk. Hai hamba-Ku! Kamu semuanya lapar kecuali yang telah Aku beri makan, hendaklah kamu minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberi makan padamu. Hai hamba-Ku! Kamu semua telanjang kecuali yang telah Aku beri pakaian, hendaklah kamu minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberi pakaian padamu. Hai hamba-Ku! Sungguh kalian lakukan kesalahan siang dan malam dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semua maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku akan mengampuni kalian. Hai hamba-Ku! Sungguh kalian tidak dapat membinasakan Akudan kalian tidak dapat memberi manfaat kepada-Ku. Hai hamba-Ku! Jika orang terdahulu dan orang yang terakhir daripadamu, manusia dan jin semuanya, mereka itu berhati taqwa seperti paling taqwa diantaramu, hal itu tidak akan menambah kerajaan-Ku sedikit juga.Hai hamba-Ku! Jika yang pertama dan terakhir daripadamu, manusia dan jin seluruhnya, mereka berhati jahat seperti paling jahat diantaramu, itu tidak akan mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun. Hai hamba-Ku! Jika orang terdahulu dan terakhir diantaramu, manusia dan jin semuanya, mereka berada di bumi yang satu, mereka meminta kepada-Ku maka Aku berikan setiap orang permintaannya, hal itu tidaklah mengurangi apa yang ada pada-Ku, melainkan seperti sebatang jarum dimasukkan ke laut. Hai hamba-Ku Sungguh itu semua amal perbuatanmu. Aku catat semuanya bagimu sekalian kemudian Kami membalasnya. Maka barangsiapa mendapat kebaikan hendaklah bersyukur kepada Allah dan barangsiapa mendapat selain itu maka janganlah ia menyalahkan kecuali dirinya sendiri.”

(Muslim)

Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang Mu’min dengan apa yang telah diperintahkan kepada Rasul-rasul maka Allah telah berfirman, “Hai Rasul-rasul! Makanlah dari segala sesuatu yang baik dan bekerjalah kamu dengan pekerjaan yang baik.” Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman! Makanlah dari apa yang telah Kami rizkikan padamu.” Kemudian beliau menceritakan seorang lelaki yang telah jauh perjalanannya, rambutnya kusut penuh debu. Dia berkata: Wahai Rabbi, Wahai Rabbi sedang makanannya haram, pakaiannya haram dan kenyang dengan barang haram maka bagaimana akan diterima do’anya?

(Muslim)

Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw berkata: Bahwa Allah berfirman, “Barangsiapa memusuhi orang yang setia pada-Ku, sesungguhnya Aku telah menyatakan PERANG terhadapnya dan tidaklah beramal seorang hamba-Ku yang lebih Ku sukai seperti jika ia melakukan kewajiban yang Ku perintahkan atasnya. Dan selalu hamba-Ku bertaqarrub kepada-Ku dengan sunnah hingga Aku mencintainya dan jika Aku mencintainya, jadilah Aku sebagai telinganya untuk mendengar dan sebagai matanya untuk melihat dan sebagai tangannya untuk berjuang dan sebagai kakinya untuk berjalan dan jika ia minta kepada-Ku pasti Aku memberinya dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku pasti Aku memberi perlindungan kepadanya.”

(Bukhari)

Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: Allah Ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam! Selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan ampunkan segala dosa yang telah terlanjur dan tidak Aku perdulikan lagi. Wahai anak Adam! Walaupun dosamu sampai setinggi langit kemudian meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam! Jika engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh isi bumi tetapi engkau tidak sekutukan sesuatu yang lain dengan-Ku, niscaya Aku datang padamu dengan ampunan sepenuh bumi pula.”

(Tirmidzi)

“Hai segenap manusia, sebarkanlah salam, sedekahkanlah makanan dan sambunglah tali persaudaraan (silahturrahmi) serta shalatlah di kala manusia tidur di kegelapan malam, niscaya kamu akan masuk surga dengan penuh kesejahteraan.”

(Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah saw, bagaimana bangunan surga itu? Beliau menjawab, “Terbuat dari batu bata perak dan emas, sedang perekatnya adalah kesturi yang sangat wangi, bebatuannya dari mutiara dan permata yaqut, sedang debunya adalah za’faran (sejenis kunyit). Barangsiapa yang memasukinya, ia akan senang, tidak pernah susah dan akan kekal tidak pernah mati, pakaiannya tidak pernah kumal dan masa mudanya tidak pernah sirna.”

(Ahmad, Darami, Bazzaar, Ibnu Hibban dan Tirmidzi)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata Nabi saw bersabda, “Barangsiapa memberi infaq kepada dua orang isteri di jalan Allah maka ia akan diseru di surga, ‘Hai Abdullah, ini adalah suatu kebajikan.’ Jika ia termasuk orang yang tekun shalat maka ia akan diseru dari Pintu Shalat. Apabila ia ahlul jihad maka akan diseru dari Pintu Jihad. Jika ia orang yang suka bersedekah maka ia akan dipanggil dari Pintu Sedekah. Begitu pula jika ia tergolong orang yang rajin shaum maka akan diseru dari Pintu Rayyaan.” Kemudian Abu Bakar r.a. berkata, “Wahai Rasulullah, tidaklah seseorang diseru dari pintu-pintu ini karena darurat. Adakah seseorang yang dipanggil dari seluruh pintu tersebut?” Rasulullah saw menjawab, “Ya dan aku berharap engkau salah satunya.”

(Muslim)

Dari Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Pada hari kiamat aku datang mengetuk pintu surga. Kemudian penjaganya (malaikat) bertanya, ‘Siapakah engkau?’ ‘Muhammad’ jawabku. Lalu malaikat itu berkata, “Aku dilarang oleh Allah untuk membuka pintu surga ini kepada siapapun sebelum engkau.'”

(Muslim)

Dari Abu Musa Al Asy’ari r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya perumpamaanku dengan apa yang kubawa dari Allah adalah laksana seorang lelaki yang mendatangi suatu kaum. Laki-laki tersebut berkata, ‘Aku melihat tentara dengan mataku. Dan sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang berterus-terang. Maka taatilah.’ Sekelompok kaum ada yang menaatinya dan mereka pergi sehingga mereka selamat. Sementara sekelompok yang lain diam di tempatnya sehingga diserang musuh dan hancur binasa. Kelompok yang pertama seperti orang yang menaati aku, sedangkan kelompok kedua seperti orang yang tidak menaatiku.”

(Muslim)

“Barangsiapa yang mati tidak berperang dan tidak terlintas di hatinya untuk ikut berperang maka ia mati membawa sifat kemunafikan.”

(Muslim)

Dari Usman bin ‘Affan r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seseorang memasuki waktu shalat wajib kemudian ia berwudhu’ dengan sempurna dan shalat dengan khusyu’, sambil memelihara ruku’nya, melainkan akan terhapus dosa-dosanya yang telah lalu selama tidak melakukan dosa besar, hal itu berlaku sepanjang masa.”

(Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Ketika Allah menciptakan makhluk, Ia menulis di buku (catatan) sementara di sisi-Nya di atas ‘Arasy-Nya, ‘Rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.'”

(Muttafaq ‘Alaih)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sekiranya seorang mukmin mengetahui siksaan Allah, niscaya tidak seorang pun yang tamak terhadap surga-Nya. Dan seandainya seorang kafir mengetahui rahmat Allah, niscaya ia tidak putus asa dari surga-Nya.”

(Muslim)

Dari Abu Barzah Al Aslamy r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seorang hamba tidak bergeser dari tempatnya pada hari kiamat sehingga ditanya empat hal; Pertama, mengenai umurnya dihabiskan untuk apa; Kedua, mengenai ilmunya digunakan untuk apa; Ketiga, mengenai hartanya dipakai untuk apa dan dari mana asalnya; Keempat, mengenai tubuhnya yang sehat dimanfaatkan untuk apa.”

(Tirmidzi. Menurut beliau, hadits ini hasan)

Dari Anas bin Malik r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba maka Allah menyegerakan siksaannya di dunia. Dan jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya maka Ia menangguhkannya sampai pada hari kiamat nanti.”

(Tirmidzi)

“Barangsiapa yang diinginkan oleh Allah sebagai orang yang baik baik maka Ia memberikannya pemahaman dalam agama.”

(Bukhari – Muslim dan Ibnu Majah)

“Sesungguhnya lelaki yang paling dibenci Allah ialah yang paling sangat gigih dalam permusuhan.”

(Bukhari – Muslim, Tirmidzi dan Nasai)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya dan orang yang paling baik di antaramu ialah yang paling baik terhadap keluarganya.”

(Bukhari – Muslim, Tirmidzi dan Nasai)

Dari Mu’adz bin Jabal r.a. berkata: “Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang satu amal yang memasukkan aku ke surga dan menjauhkanku dari neraka!” Rasulullah saw menjawab, ‘Engkau menanyakan kepadaku tentang perkara besar yang sebenarnya mudah bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah untuk menjalankannya yaitu hendaklah engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, membayar zakat, shaum di bulan Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah.’ Kemudian beliau bersabda, ‘Tiadakah kau kuberitahu tentang pintu-pintu kebaikan? Shaum itu adalah perisai, sedekah memadamkan dosa atau kesalahan seperti air membunuh api dan shalat di tengah malam.’ Lalu Rasulullah saw membaca ayat betikut: ‘Lambung mereka renggang dari tempat tidurnya sedang mereka berdoa kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan penuh harap serta menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikamat) yang sedap dipandang mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.’ (As Sajdah 16-17). Lalu beliau bersabda, ‘Tidakkah kau kuberitahukan tentang pokok segala perkara, tiang dan puncaknya?’ Aku menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah!” Maka beliau berkata, ‘Pokok segala perkara ialah Islam, tiangnya ialah shalat, puncaknya adalah jihad!’ ‘Tiadakah kau kuberitahu tentang penopang semuanya itu?’ tanya beliau lagi. “Ya,” jawabku. Maka Rasulullah memegang lidahnya sambil bersabda, ‘Peliharalah ini!’ Kemudian aku bertanya, “Wahai Nabiyullah, apakah kita akan disiksa karena pembicaraann kita?” Maka Rasulullah saw bersabda, ‘Hai … ibumu kehilanganmu! Bukankah wajah (atau hidung) manusia disungkurkan ke api neraka, lantaran dosa-dosa dari tergelincirnya lidah-lidah mereka?'”

(Tirmidzi. Menurut beliau, hadits ini hasan shahih)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda kepada Bilal, “Hai Bilal, ceritakanlah kepadaku amal apa yang paling banyak mengandung harapan yang telah kau kerjakan dalam Islam. Aku mendengar suara terompahmu di hadapanku di surga.” Bilal menjawab, “Aku tidak mengerjakan amalan yang istimewa, selain melakukan shalat setiap usai wudhu di siang dan di malam hari. Suatu shalat yang ditetapkan untuk aku lakukan.” (Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, “Ketika kami sedang bersama Rasulullah saw maka tampillah Bilal untuk adzan.” Selesai Bilal adzan, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa mengucapkan kalimat ini dengan yakin, ia pasti masuk surga.”

(Bukhari – Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)

Dari Abu Said Al Khudri r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Jika kalian mendengar muadzin maka ikutilah apa yang diucapkannya.”

(Bukhari – Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)

Dari Rabi’ah bin Ka’ab r.a. berkata, “Aku pernah bermalam bersama Rasulullah saw. Ketika aku membawakan air wudhu dan kebutuhan lainnya, beliau bertanya, ‘Tiadakah engkau bertanya kepadaku?’ Maka aku menjawab, ‘Aku meminta supaya aku menjadi temanmu di surga.’ Beliau bertanya lagi, ‘Tidak meminta yang lain?’ ‘Tidak,’ jawabku. Maka beliau bersabda, ‘Perbanyaklah sujud.'”

(Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Amal manusia yang pertama kali dihisab ialah shalat.” Allah berfirman kepada malaikat – meskipun sebenarnya Dia telah mengetahui — “Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau kurang?” Jika sempurna maka tulislah sempurna. Bila kurang, Allah berfirman, “Lihatlah shalat sunnahnya, bagaimana?” Bila si hamba rajin shalat sunnah saat di dunia maka Allah berfirman, “Tambahkanlah shalat fardhunya dengan shalat sunnahnya!” Kemudian malaikat melakukannya.

(Abu Daud)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Seorang laki-laki pernah mengunjungi saudaranya di sebuah kampung. Maka Allah mengutus malaikat untuk memantaunya. Ketika ia lewat, malaikat bertanya, ‘Mau kemana kau?’ Ia menjawab, ‘Aku akan mengunjungi saudaraku di kampung ini.’ Malaikat bertanya, ‘Apakah karena ada kenikmatan yang akan kamu peroleh darinya (hasil bumi)?’ Ia menjawab, ‘Tidak, aku hanya mencintainya karena Allah.’ Lalu malaikat berkata, ‘Aku adalah utusan Allah untuk menyatakan kepadamu bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kau telah mencintaimu saudaramu karena Dia.'”

(Muslim)

Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seseorang masuk surga ingin kembali ke dunia dan dia tidak mempunyai sesuatu pun di dunia kecuali orang yang syahid. Ia mengharap dapat kembali ke dunia untuk berperang dan terbunuh sampai sepuluh kali karena kemuliaan yang ia peroleh.”

(Bukhari – Muslim dan Tirmidzi)

Dari Ubadah bin Shamit r.a. beerkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah, Maha Tunggal Ia, tidak ada sekutu bagi-Nya, bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, sedang surga itu hak dan neraka itu hak maka Allah memasukkan ia ke surga sesuai dengan amalnya di dunia.” Ubadah menambahkan, “Masuk surga dari pintunya yang delapan sekehendaknya.”

(Bukhari – Muslim. Lafazhnya dari Bukhari)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, kami berlayar di laut dan kami hanya membawa air sedikit, jika kami memakai air itu untuk berwudhu’ maka kami akan kehausan; bolehkah kami berwudhu’ dengan air laut?” Rasulullah saw menjawab, “Air laut itu suci lagi menyucikan, bangkainya halal dimakan.”

(Riwayat lima ahli hadits, menurut Tirmidzi, hadits ini shahih)

Rasulullah saw bersabda, “Cara mencuci bejana seorang dari kamu, apabila dijilat anjing, hendaklah dibasuh tujuh kali, salah satunya hendaklah dicampur dengan tanah.”

(Muslim)

Rasulullah saw bersabda, “Tiap-tiap pekerjaan penting yang tidak dimulai dengan bismillah maka pekerjaan itu kurang berkah.”

(Abu Daud)

Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw suka mendahulukan anggota kanan ketika memakai sandal, bersisir, bersuci dan dalam segala halnya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Busrah binti Shafwan, sesungguhnya Nabi saw berkata, “Laki-laki yang menyentuh zakarnya (kemaluannya) janganlah shalat sebelum ia berwudhu.”

(Riwayat lima ahli hadits, menurut Bukhari hadits ini paling sah dalam hal ini)

Rasulullah saw berkata kepada Fathimah binti Abi Hubaisy, “Apabila datang haidh itu, hendaklah engkau tinggalkan shalat dan apabila habis haidh itu, hendaklah engkau mandi dan shalat.”

(Bukhari)

Dari ‘Atha bin Yasar, dari Abu Sa’id Al-Khudri berkata: Ada dua orang laki-laki dalam perjalanan, lalu datang waktu shalat sedangkan air tidak ada, lantas keduanya bertayammum dengan debu yang suci dan shalat, kemudian keduanya memperoleh air dan waktu shalat masih ada. Seorang diantara keduanya lantas berwudhu’ dan mengulang shalatnya dan yang lain tidak. Kemudian keduanya datang kepada Rasulullah saw dan diterangkannyalah kejadian itu kepada Rasulullah saw. Beliau lalu berkata kepada orang yang tidak mengulang shalat, Benar engkau dan shalatmu sah” dan kepada orang yang mengulang shalat dengan berwudhu’ beliau berkata, “Bagimu ganjarannya dua kali lipat.”

(Nasa’i dan Abu Daud)

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memberi makanan bagi orang yang puasa, maka ia mendapat ganjaran sebanyak ganjaran orang yang puasa itu, tidak kurang sedikit pun.”

(Tirmidzi)

Dari Anas: Ditanyakan orang kepada Rasulullah saw, “Apakah sedekah yang lebih baik?” Rasulullah saw menjawab, “Sedekah yang paling baik ialah sedekah pada bulan Ramadhan.”

(Tirmidzi)

Dari Abu Ayyub: Rasulullah saw berkata, “Barangsiapa puasa dalam bulan Ramadhan, kemudian ia puasa enam hari dalam bulan Syawal adalah seperti puasa sepanjang masa.”

(Muslim)

Dari Abu Hurairah: Rasulullah saw telah berkata dalam pidato beliau, “Hai manusia! Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kamu mengerjakan ibadat haji maka hendaklah kamu kerjakan.” Seorang sahabat bertanya, “Apakah setiap tahun, ya Rasulullah?” Beliau diam tidak menjawab dan yang bertanya itu mendesak sampai tiga kali. Kemudian Rasulullah saw berkata, “Kalau saya menjawab ‘ya’, sudah tentu menjadi wajib setiap tahun, sedangkan kamu tidak akan kuasa mengerjakannya, biarkanlah apa yang saya tinggalkan (artinya jangan ditanya karena boleh jadi jawabannya memberatkanmu).”

(Ahmad, Muslim dan Nasa’i)

Dari Ibnu ‘Abbas: Nabi saw telah berkata, “Hendaklah kamu bersegera mengerjakan haji maka sesungguhnya seseorang tidak akan menyadari suatu halangan yang akan merintanginya.”

(Ahmad)

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya segala amal ibadat hanya sah dengan niat.”

(Bukhari)

Dari Ibnu ‘Umar: Nabi saw bersabda, “Tidak boleh bagi perempuan yang ihram memakai tutup kepala dan tidak boleh memakai sarung tangan.”

(Bukhari dan Ahmad)

Dari Abu Hurairah: Bahwasanya Rasulullah saw pernah melewati suatu onggokan makanan yang akan dijual, lantas beliau memasukkan tangan beliau ke dalam onggokan itu, tiba-tiba jari beliau di dalamnya meraba yang basah. Beliau keluarkan jari beliau yang basah itu dan berkata, “Mengapakah ini?” Jawab yang mempunyai makanan, “Basah karena hujan ya Rasulullah.”Beliau bersabda, “Mengapa tidak engkau taruh di sebelah atas supaya dapat dilihat orang? Barangsiapa yang mengecoh maka ia bukan umatku.”

(Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, “Seorang muslim yang mempiutangi seorang muslim dua kali, seolah-olah ia telah bersedekah kepadanya satu kali.”

(Ibnu Majah)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi Allah di bawah naungan-Nya, pada hari yang ketika itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya yaitu Pemimpin yang adil; Pemuda yang rajin beribadat kepada Allah; Orang yang hatinya senantiasa terpaut kepada masjid; Dua orang yang berkasih sayang karena Allah, baik di waktu berkumpul maupun berpisah; Seorang lelaki yang diajak berbuat serong oleh wanita bangsawan yang cantik kemudian ia menolak dan berkata, ‘Saya takut kepada Allah’; Orang yang bersedekah dengan diam-diam; Orang yang senantiasa berdzikir (ingat) kepada Allah ketika sendirian kemudian mencucurkan air mata.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Usamah bin Zaid r.a. berkata: Rasulullah saw mengutus kami ke Huraqah pada suku Juhainah maka ketika kami sampai disana, pagi-pagi kami menyerbu. Tiba-tiba aku dan seorang Anshar bertemu dengan seorang dari mereka. Maka ketika kami telah mengepungnya, ia berkata, “LAA ILAAHA ILLALLAAH.” Maka sahabatku orang Anshar itu menyuruh aku menghentikan (tidak membunuhnya) tetapi aku terus saja menikam dengan tombakku sehingga matilah dia. Dan ketika kami telah kembali ke Madinah, berita itu telah sampai kepada Rasulullah saw maka beliau bertanya, “Hai Usamah, apakah engkau bunuh dia setelah ia mengucapkan ‘LAA ILAAHA ILLALLAAH’?” Jawabku, “Ya Rasulullah, ia hanya akan menyelamatkan diri.” Rasulullah saw bertanya, “Apakah engkau bunuh dia setelah ia mengucapkan ‘LAA ILAAHA ILLALLAAH’?” Maka Rasulullah saw mengulang-ulang kalimat itu, sehingga aku ingin andaikan aku baru masuk Islam pada hari itu.

(Bukhari – Muslim)

Dalam riwayat lain: Rasulullah saw bertanya, “Apakah sesudah ia mengucapkan ‘LAA ILAAHA ILLALLAAH’ masih juga engkau membunuhnya?” Jawabku, “Ya Rasulullah, ia berkata begitu mungkin hanya karena takut kepada senjataku.” Nabi saw bersabda, “Apakah sudah engkau belah dadanya sehingga engkau mengetahui dengan jelas, apakah ia berkata karena takut atau tidak.” Maka Rasulullah saw masih saja mengulang-ulang kalimat itu,sehingga aku ingin kiranya aku baru masuk Islam pada hari itu.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Dapat dipastikan atas manusia bagiannya dari zina yang pasti mengenainya tanpa dapat dielakkan lagi. Dua mata zinanya adalah pandangan mata; Dua telinga zinanya adalah mendengarkan; Lidah zinanya adalah perkataan; Tangan zinanya adalah menampar; Kaki zinanya adalah melangkah; Hati zinanya adalah menyukai dan mengharapkan. Semua perzinaan itu, kemaluanlah yang membenarkan atau mendustakannya.”

(Bukhari – Muslim)

Umar bin al-Khaththab r.a. berkata: Saya memberikan kuda kepada seseorang dalam jihad fi sabilillah maka kuda itu disia-siakan oleh orang yang saya beri itu. Lalu saya bermaksud membelinya kembali dengan sangkaan bahwa ia akan menjualnya dengan harga murah. Maka saya bertanya kepada Nabi saw. Dijawab, “Jangan engkau membeli dan jangan engkau menarik kembali sedekahmu, meskipun ia memberikan kepadamu dengan harga satu dirham. Karena orang yang menarik kembali sedekahnya bagaikan orang yang menelan kembali muntahnya.”

(Bukhari – Muslim)

Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Jauhilah olehmu buruk sangka karena buruk sangka sedusta-dusta berita.”

(Bukhari – Muslim)

Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kamu menawar barang hanya untuk menjerumuskan orang lain.”

(Bukhari – Muslim)

Abu Ayyub r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidak dihalalkan bagi seorang Muslim memboikot (memusuhi) saudaranya sesama Muslim lebih dari tiga hari. Keduanya berpapasan lalu yang satu berpaling dan yang lain berpaling.Dan sebaik-baik keduanya ialah yang lebih dahulu memberi salam.”

(Bukhari – Muslim)

Abu Sa’id (Tsabit) bin adh-Dhahhak al-Anshari r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bersumpah dengan sesuatu agama selain Islam, padahal ia sengaja berdusta maka ia tercatat sebagaimana yang dikatakannya itu. Dan barangsiapa membunuh dirinya dengan sesuatu (alat) maka ia akan disiksa dengan alat itu pula pada hari kiamat. Dan tidak wajib atas seseorang melaksanakan nadzar terhadap apa yang tidak dimilikinya. Dan melaknat seorang Mu’min sama artinya dengan membunuhnya.”

(Bukhari – Muslim)

Maksud hadits ini ialah apabila seseorang berkata, “Demi Allah, jika saya berdusta maka saya kafir,” padahal ia sengaja berdusta maka Allah akan mencatatnya seperti apa yang dikatakannya itu.

Anas r.a. berkata: Suatu hari Rasulullah saw berkhutbah. Belum pernah aku mendengar Rasulullah saw berkhutbah seperti itu. Maka diantaranya Rasulullah saw bersabda, “Andaikan kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu sedikit tertawa dan banyak menangis.” Seketika itu aku melihat sahabat-sahabat Nabi saw menutup mukanya masing-masing sambil menangis terisak-isak.

(Bukhari – Muslim)

Dalam riwayat lain: Ketika Rasulullah saw mendengar suatu hal mengenai sahabat- sahabatnya maka Rasulullah saw segera berkhutbah memberi nasehat. Dalam khutbah itu Rasulullah saw bersabda, “Telah diperlihatkan kepadaku surga dan neraka, hingga aku merasa belum pernah melihat seperti hari ini tentang kebaikan dan kejahatan. Andaikan kamu mengetahui apa yang aku ketahui, pasti kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Maka tidak pernah terjadi pada masa sahabat-sahabat Nabi saw sebagaimana hari itu, mereka menutup muka sambil terisak-isak.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Akan berpeluh manusia di hari kiamat hingga mengalir peluh mereka sampai tujuh puluh hasta dan tenggelam mereka dalam peluhnya sendiri hingga ke mulut dan telinga mereka.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Adiy bin Hatim r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tiadalah seseorang dari kamu melainkan akan berhadapan dan ditanya oleh Tuhan tanpa ada antaranya dengan Tuhan seorang juru bahasa. Maka ia melihat ke sebelah kanannya tiada sesuatu pun kecuali amal perbuatannya yang baik-baik dan ia melihat ke sebelah kiri juga tidak melihat sesuatu pun kecuali amal perbuatannya yang buruk dan ia melihat ke depannya maka tidak terlihat kecuali api yang di hadapannya. Maka jagalah dirimu dari api neraka walau dengan bersedekah separuh biji kurma.”

(Bukhari – Muslim)

‘Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Manusia akan dihimpun pada hari kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan masih kulup (belum berkhitan).” ‘Aisyah bertanya, “Ya Rasulullah, apakah lelaki dan perempuan akan berkumpul dan masing-masing akan melihat kepada yang lainnya?” Nabi saw menjawab, “‘Aisyah, suasana pada hari itu jauh lebih berat dari sekadar sebagiannya mereka memperhatikan sebagian yang lain.”

(Bukhari – Muslim)

Mu’adz bin Jabal r.a. berkata: Ketika aku membonceng dibelakang Rasulullah saw di atas himar, tiba-tiba beliau bertanya, “Hai Mu’adz, tahukah engkau, apakah hak Allah yang diwajibkan atas hamba? Dan apakah hak hamba yang akan diberikan oleh Allah?” Jawab Mu’adz, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Maka Nabi saw bersabda, “Hak Allah yang diwajibkan atas hamba adalah menyembah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan hak hamba yang akan diberikan Allah adalah tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya.” Saya bertanya, “Bolehkah aku kabarkan yang demikian itu kepada orang banyak?” Jawab Nabi saw, “Jangan, nanti mereka tidak mau berusaha.”

Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Kami bersama Rasulullah saw dalam qubah, kurang lebih empat puluh orang maka Nabi saw bersabda, “Sukakah kamu jika kamu menjadi seperempat dari ahli surga?” Jawab kami, “Ya.” Bersabda Nabi saw, “Demi Allah yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, aku mengharap semoga kamu menjadi separuh dari penduduk surga. Yang demikian itu karena surga itu tidak dimasuki kecuali oleh orang Muslim, sedangkan kamu di tengah-tengah ahli syirik bagaikan rambut putih di badan lembu hitam atau rambut hitam di kulit lembu merah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari ‘Amr bin ‘Auf r.a. berkata: Rasulullah mengutus Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah r.a. ke Bahrain untuk menagih pajak penduduk. Kemudian ia kembali dari Bahrain dengan membawa harta yang sangat banyak dan kedatangan kembali Abu ‘Ubaidah itu terdengar oleh sahabat Anshar maka mereka pun shalat Shubuh bersama Rasulullah saw. Kemudian setelah selesai shalat mereka menghadap Rasulullah saw maka beliau tersenyum melihat mereka kemudian bersabda, “Mungkin kamu telah mendengar kedatangan Abu ‘Ubaidah yang membawa harta banyak?” Jawab mereka, “Benar, ya Rasulullah.” Lalu Nabi saw bersabda, “Sambutlah kabar baik dan tetaplah berpengharapan baik untuk mencapai semua cita-citamu. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kamu, tetapi aku khawatir kalau terhampar luas dunia ini bagimu, sebagaimana telah terhampar untuk orang-orang yang sebelum kamu, kemudian kamu berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, sehingga membinasakan kamu sebagaimana telah membinasakan mereka.”

(Bukhari – Muslim)

Dari ‘Utban bin Malik r.a. berkata: Ketika Nabi saw selesai shalat bertanya, “Dimanakah Malik bin al-Dakhsyum?” Dijawab oleh seseorang, “Dia itu munafik, tidak suka Allah dan Rasulullah.” Maka Nabi saw bersabda, “Jangan berkata demikian, tidakkah engkau tahu bahwa ia telah mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAAH dengan ikhlas karena Allah? Dan Allah telah mengharamkan api neraka kepada siapa yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAAH dengan ikhlas karena Allah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Berlindunglah kamu kepada Allah

dari beratnya bala’, menimpanya kesukaran, keburukan takdir dan cemoohan musuh.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Sahl bin Sa’ad r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda kepada Ali r.a., “Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada seseorang karena ajaranmu maka yang demikian itu bagimu lebih baik dari kekayaan binatang ternak yang merah-merah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu pengetahuan dari seorang hamba begitu saja, tetapi akan mencabutnya dengan matinya orang-orang alim, hingga apabila telah habis orang-orang alim maka orang banyak akan mengangkat orang-orang yang bodoh untuk menjadi pemimpin mereka. Lalu jika mereka ditanya, mereka akan memberikan fatwa tidak berdasarkan ilmu pengetahuan. Maka mereka itu sesat dan menyesatkan.”

(Bukhari – Muslim)

Dari ‘Aisyah r.a. berkata kepada ‘Urwah, “Demi Allah, hai kemenakanku, kami keluarga Nabi saw adakalanya melihat bulan berganti tiga kali dalam dua bulan, sedangkan di rumah-rumah Rasulullah saw tidak dinyalakan api.” ‘Urwah bertanya, “Apa makananmu?” ‘Aisyah menjawab, “Kurma dan air. Hanya saja adakalanya tetangga Rasulullah saw mengirim hadiah susu ternak mereka.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a. berkata: Suatu hari ‘Aisyah r.a. mengeluarkan kain dan sarung yang tebal, ditunjukkan kepada kami sambil berkata, “Rasulullah saw ketika meninggal dunia sedang memakai sarung dan kain ini.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah orang miskin itu yang berkeliling meminta-minta kepada orang banyak sehingga tertolak dari satu dua suap makanan atau satu dua biji kurma, tetapi orang miskin yang sesungguhnya dan yang dikehendaki oleh Islam untuk dibantu ialah orang yang tidak mempunyai penghasilan yang mencukupi dan yang tidak diingat orang untuk disedekahi serta tidak suka pergi meminta-minta kepada orang lain.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sungguh, sekiranya salah seorang dari kamu itu pergi mencari kayu dan dipikul di atas pundaknya, lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik diberi atau ditolak.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Setiap hamba Allah melewati waktu paginya, tentu ada dua malaikat yang turun berdoa. Yang satu berdoa, “Ya Allah, berilah ganti (balasan yang berlipat) kepada orang yang suka memberi (dermawan).” Malaikat yang kedua berdoa, “Ya Allah, berilah kepada orang yang kikir itu kehancuran dan kemusnahan pada hartanya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Tidak boleh seorang menginginkan hak orang lain kecuali dua macam yaitu seseorang yang diberi kekayaan harta oleh Allah lalu digunakannya semata-mata untuk memperjuangkan kebenaran dan seseorang yang diberi ilmu oleh Allah lalu digunakan dan diajarkan kepada manusia.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidak boleh seseorang iri terhadap orang lain kecuali dalam dua hal yaitu seseorang yang diberi pengertian Al Qur’an lalu ia mempergunakannya sebagai pedoman amalnya siang-malam dan seseorang yang diberi oleh Allah kekayaan harta lalu ia membelanjakannya siang-malam untuk segala amal kebaikan.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Sesungguhnya para fakir miskin dari sahabat Muhajirin datang mengeluh kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong semua pahala, tingkat-tingkat yang tinggi dan kesenangan yang abadi.” Nabi saw bertanya, “Mengapakah demikian?” Mereka menjawab, “Mereka shalat sebagaimana kami, puasa sebagaimana kami, mereka bersedekah sedangkan kami tidak bersedekah dan mereka memerdekakan budak sedangkan kami tidak dapat memerdekakan budak.” Rasulullah saw bersabda, “Sukakah aku ajarkan kepadamu amal perbuatan yang dapat mengejar mereka dan tidak seorangpun yang lebih utama dari kamu, kecuali yang berbuat seperti perbuatanmu?” Mereka menjawab, “Baiklah, ya Rasulullah.” Nabi saw bersabda, “Membaca tasbih (SUBHAANALLAAH), takbir (ALLAAHU AKBAR) dan tahmid (ALHAMDULILLAAH) setiap selesai shalat 33 kali.” Kemudian sesudah itu para fakir miskin itu kembali mengeluh kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah, saudara-saudara kami, orang-orang kaya mendengar perbuatan kami maka mereka berbuat sebagaimana perbuatan kami.” Maka Nabi saw bersabda, “Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ash-Sha’ab bin Jatstsamah r.a. berkata: Saya memberi hadiah himar liar kepada Rasulullah saw, tiba-tiba ditolak dan ketika Nabi saw melihat wajahku berubah (karena merasa kecewa), beliau bersabda, “Kami tidak menolak pemberianmu itu melainkan karena kami sedang melakukan ihram (Orang yang sedang berihram dilarang memburu dan menangkap binatang liar).”

(Bukhari – Muslim)

Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw datang dari bepergian sedang beranda rumah kututup dengan tabir yang bergambar patung maka ketika Rasulullah saw melihatnya, beliau merobek-robeknya seraya berkata, “Manusia yang paling berat siksaannya pada hari kiamat nanti adalah orang-orang yang menyerupakan ciptaan Allah.”

(Bukhari – Muslim)

Dari ‘Aisyah r.a. berkata, “Belum pernah aku melihat Rasulullah saw tertawa sehingga terlihat langit-langit mulutnya tetapi beliau selalu tersenyum.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Umar r.a. berkata, “Rasulullah saw biasa jika keluar dari jalan asy-Syajarah dan jika kembali dari jalan al-Mu’arris. Dan jika masuk Makkah dari jalan ats-Tsaniyatul ‘Ulya dan jika keluar dari ats-Tsaniyatus-sufla.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Mas’ud (Uqbah) bin ‘Amr al-Badri r.a. berkata: Seseorang datang kepada Nabi saw dan berkata, “Saya terpaksa mundur dari shalat jama’ah Shubuh karena Fulan (Imam) memanjangkan bacaannya.” Berkata Uqbah, “Maka saya tidak pernah melihat Nabi saw marah dalam suatu nasihat sebagaimana waktu itu.” Nabi saw bersabda, “Hai sekalian manusia, seseungguhnya diantaramu ada orang-orang yang membenci orang lain. Maka barangsiapa diantaramu mengimami orang banyak, hendaklah ia meringkas (bacaan suratnya) karena di belakangnya ada orang yang sudah lanjut usia, orang yang lemah dan orang yang mempunyai kepentingan.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Ya’la (Ma’qil) bin Yasar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tiadalah seseorang yang diamanati oleh Allah untuk memimpin rakyatnya kemudian ketika mati, ia masih menipu rakyatnya melainkan pasti Allah mengharamkan surga baginya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Seorang Muslim wajib mendengar dan taat kepada pemerintahnya pada apa yang disetujui dan yang tidak disetujui, kecuali jika diperintah bermaksiat. Maka apabila disuruh bermaksiat, ia tidak wajib mendengar dan tidak wajib taat.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a. berkata: Aku bersama dua orang sepupuku masuk kepada Rasulullah saw, maka salah seorang dari sepupuku berkata, “Ya Rasulullah, berilah kepada kami jabatan pada salah satu bagian yang diberikan Allah kepadamu.” Sepupuku yang kedua juga berkata demikian, maka Rasulullah saw bersabda, “Demi Allah, kami tidak mengangkat seseorang pada suatu jabatan kepada orang yang menginginkan atau orang yang berambisi pada jabatan itu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Sa’id (Abdurrahman) bin Samurah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda kepadaku, “Ya Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau menuntut kedudukan dalam pemerintahan karena jika engkau diserahi jabatan tanpa meminta, maka engkau akan dibantu oleh Allah untuk melaksanakannya. Tetapi jika jabatan itu engkau peroleh karena permintaanmu, maka akan diserahkan ke atas bahumu atau kebijaksanaanmu sendiri. Dan jika engkau telah bersumpah atas sesuatu perkara kemudian engkau dapatkan perkara lainnya yang lebih baik, maka tebuslah sumpah itu dan kerjakanlah apa yang lebih baik itu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw melewati seseorang yang sedang menasihati saudaranya karena pemalu, maka Nabi saw bersabda, “Biarkanlah ia karena sesungguhnya sifat malu itu sebagian dari Iman.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Wa’il (Syaqiq) bin Salamah berkata: Biasanya Ibnu Mas’ud r.a. memberi ceramah kepada kami setiap hari kamis, maka seseorang berkata kepadanya, “Hai Abu Abdurrahman, aku ingin agar engkau suka memberi ceramah setiap hari.” Ibnu Mas’ud menjawab, “Tiada halangan bagiku untuk memberi ceramah setiap hari, hanya saja aku khawatir akan menjemukan kamu. Dan aku sengaja memberi ceramah dalam waktu yang jarang, sebagaimana Rasulullah saw pernah memberi ceramah kepada kami, khawatir akan membuatmu jemu dari nasehat.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Apabila bersandal salah seorang kamu, hendaklah ia mendahulukan kaki yang kanan dan jika melepas, hendaklah ia mendahulukan kaki yang kiri. Hendaklah yang kanan lebih dahulu disandali dan yang terakhir dilepaskan.”

(Bukhari – Muslim)

Dari ‘Amr bin Salamah r.a. berkata: Rasulullah saw mengajarkan kepadaku, “Bacalah BISMILLAH dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari yang dekat-dekat kepadamu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, “Selamanya Rasulullah saw tidak pernah mencela makanan, maka jika beliau suka, dimakannya dan jika beliau tidak suka, ditinggalkannya makanan itu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Hudzaifah r.a. berkata: Rasulullah saw melarang kami dari pakaian sutera yang halus atau tebal dan minum dari bejana emas atau perak lalu beliau bersabda, “Itu semua untuk orang-orang kafir di dunia dan untuk kamu di akhirat.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ummu Salamah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Orang yang minum dari bejana perak seolah-olah menuangkan ke dalam perutnya api neraka jahannam.”

(Bukhari – Muslim)

***

Dalam riwayat Muslim: Sesungguhnya orang-orang yang makan dalam bejana perak atau emas atau yang minum dalam bejana perak atau emas, seolah- olah menuangkan ke dalam perutnya api neraka jahannam.

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Segerakanlah pemakaman jenazah, maka jika ia jenazah orang shaleh, berarti kamu menyegerakan ia kepada kebaikan dan jika sebaliknya, berarti kamu telah melepaskan kejahatan dengan segera dari bahumu (pundakmu).”

(Bukhari – Muslim)

Dari ‘Aisyah r.a. berkata: Ketika istri-istri Rasulullah saw sedang berkerumun di sisi Rasulullah saw, tiba-tiba datang Siti Fatimah yang jalannya cepat seperti jalannya Rasulullah saw. Ketika Rasulullah saw melihat kepadanya, maka dia disambut dengan ucapan, “Selamat datang anakku,” kemudian ia didudukkan di sebelah kanan atau kirinya, lalu dibisikkan kepadanya. Tiba-tiba ia menangis tersedu-sedu dan ketika Rasulullah saw melihat tangisnya, beliau berbisik kembali kepadanya, lalu tertawalah Fatimah. Maka aku berkata, “Rasulullah saw mengistimewakan dengan rahasia-rahasia atas Fatimah lebih dari istri-istrinya.” Maka menagislah aku dan ketika Rasulullah saw telah pergi dari tempat itu, aku bertanya kepada Fatimah, “Apa yang dikatakan Rasulullah saw tadi kepadamu?” Fatimah menjawab, “Aku tidak akan membuka rahasia Rasulullah saw.” Kemudian setelah Rasulullah saw meninggal, aku berkata, “Sungguh aku ingin mendapat keterangan tentang apa yang dibisikkan oleh Rasulullah saw kepadamu itu.” Fatimah menjawab, “Kini baiklah. Pada bisikan pertama Nabi saw memberitahukan bahwa Jibril biasa mengulangi padanya bacaan al-Qur’an setiap tahun satu kali dan kini dia mengulanginya sampai dua kali, ‘Aku merasa bahwa ajalku sudah dekat, maka bertakwalah kamu kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang mendahului kamu,’ karena itu aku menangis. Kemudian ketika beliau melihat aku sangat sedih, beliau membisikkan kepadaku untuk kedua kalinya, ‘Hai Fatimah, tidak puaskah engkau sebagai wanita yang utama bagi sekalian Mu’min atau wanita yang utama dari sekalian umat ini? Maka tertawalah aku karenanya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Barangsiapa menurunkan kainnya dibawah mata kaki karena sombong, Allah tidak akan melihat kepadanya dengan pandangan rahmat pada hari kiamat.” Maka Abubakar r.a. bertanya, “Ya Rasulullah, kainku selalu turun kebawah mata kaki, kecuali jika kujaga benar-benar.” Nabi saw bersabda, “Engkau tidak berbuat itu karena sombong.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Allah tidak akan melihat dengan pandangan rahmat pada hari kiamat kepada siapa yang memakai (menurunkan) kainnya karena sombong.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Anas r.a berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa memakai kain sutera di dunia, maka tidak akan memakainya di akhirat.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Umar bin al-Khaththab r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Janganlah engkau memakai kain sutera, maka barangsiapa memakainya di dunia, tidak akan memakainya di akhirat.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menghadiri jenazah hingga menshalatkannya, maka ia akan mendapat pahala satu qirath dan barangsiapa menghadirinya hingga dimakamkan, maka ia akan mendapat pahala dua qirath.” Ketika ditanya, “Aapakah dua qirath itu?” Nabi saw menjawab, “Sebesar dua bukit yang besar-besar.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda, Bagaimanakah pendapatmu seumpama ada sebuah sungai di muka pintu salah seorang dari kamu, lalu ia mandi daripadanya setiap hari lima kali, apakah masih ada tertinggal kotorannya?” Para sahabat menjawab, “Tidak.” Nabi saw bersabda, “Maka demikianlah shalat lima waktu, Allah akan menghapuskan dosa-dosa dengannya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, “Kekasihku Rasulullah saw pernah berpesan kepadaku supaya berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat dhuha dua rakaat dan shalat witir sebelum tidur.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Musa r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang diberikan oleh Allah kepadaku bagaikan hujan yang turun ke tanah, maka ada sebagian tanah yang subur, yang dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rumput yang banyak sekali. Dan adapula tanah yang keras menahan air, hingga berguna untuk minuman dan penyiraman kebun tanaman. Dan ada sebagian tanah yang keras kering tidak dapat menahan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Demikianlah perumpamaan orang yang pandai dalam agama Allah dan mempergunakan apa yang diberikan Allah kepadaku, lalu mengajarkannya dan perumpamaan orang yang tidak dapat menerima petunjuk Allah yang telah ditugaskan kepadaku.”

(Bukhari – Muslim)

Abu Sa’id al-Khudri r.a. mendengar Rasulullah saw bersabda, “Jika salah seorang kamu melihat mimpi yang disukai, maka itu dari Allah dan hendaklah diceritakannya kepada orang lain.”Dalam riwayat lain: “Jangan diberitakan kecuali kepada orang yang engkau sukai. Dan jika mimpi yang menakutkan, maka itu dari setan dan hendaklah ia berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak menceritakannya kepada orang lain, maka tidak akan berbahaya baginya.

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Qatadah r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Impian yang baik dari Allah dan impian yang buruk dari syetan. Maka barangsiapa bermimpi melihat sesuatu yang tidak disukainya, hendaklah ia meludah ke sebelah kiri tiga kali dan membaca A’UDZU BILLAAHI MINASY SYATHAANIR RAJIIM tiga kali, maka tidak akan membahayakannya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu Umar r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Janganlah salah seorang kamu membangunkan temannya dari tempat duduknya, kemudian ia duduk padanya. Tetapi hendaklah kamu memperluas (merenggangkan) untuk memberi tempat.” Adalah Ibnu Umar dalam mempraktekkan hadits ini, jika seseorang bangun dari majelisnya, ia tidak suka duduk pada tempat orang itu.

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Orang yang berkendaraan memberi salam kepada orang yang berjalan, yang berjalan memberi salam kepada yang duduk dan rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang banyak.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata: Nabi saw bersabda, “Jangan menyendiri seorang lelaki dengan perempuan melainkan harus ada mahram yang menyertainya. Dan jangan berpergian seorang perempuan melainkan bersama mahramnya.” Maka ada seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, istriku pergi berhaji sedangkan aku telah tercatat untuk pergi berperang.” Maka Nabi saw bersabda, “Pergilah engkau berhaji bersama istrimu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Musa al-Asy’ari r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Perumpamaan orang Mukmin yang membaca al-Qur’an adalah bagaikan buah jeruk; baunya harum dan rasanya lezat. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak dapat membaca al-Qur’an adalah bagaikan kurma; rasanya lezat dan tidak berbau. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca al-Qur’an adalah bagaikan bunga yang berbau harum dan rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca al-Qur’an adalah bagaikan buah hanzhal yang tidak berbau dan rasanya pahit.”

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya umatku pada hari kiamat nanti akan dipanggil dalam keadaan putih cemerlang muka, tangan dan kakinya dari bekas-bekas wudhu”. Maka barangsiapa ingin memperpanjang kecermelangannya itu, hendaklah ia melakukannya.

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Andaikan manusia benar-benar mengetahui keutamaan shaf pertama dan menyambut adzan kemudian untuk mendapatkan shaf pertama mereka harus berundi, niscaya mereka akan berundi untuk mendapatkannya. Dan andaikan mereka mengetahui keutamaan mendatangi shalat berjamaah pada waktu yang awal, niscaya mereka akan berlomba-lomba untuk mendahuluinya. Dan andaikan mereka mengetahui keutamaan shalat shubuh dan ‘isya berjamaah, pasti mereka akan mendatanginya, meskipun dengan merangkak-rangkak.”

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Apabila telah diserukan adzan untuk shalat maka berlari mundurlah setan sambil terkentut-kentut, hingga tidak terdengar olehnya suara adzan itu. Apabila adzan telah selesai, ia pun datang kembali. Kemudian ia mengganggu hati orang yang shalat, seraya berkata, ‘Ingatlah ini dan ingatlah itu.’ Padahal yang demikian itu tidak pernah diingatnya sebelum shalat. Sehingga orang yang shalat itu tidak tahu lagi, sudah berapa rakaatkah shalat yang dikerjakannya itu.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Shalat seseorang dengan berjamaah itu dilipatgandakan (pahalanya) atas shalatnya yang dilakukan di rumah atau di pasarnya dengan kelipatan dua puluh lima kali. Yang demikian itu karena apabila ia menyempurnakan wudhu’nya dengan maksud untuk shalat (berjamaah), maka tiadalah ia melangkahkan kakinya selangkah melainkan terangkat untuknya satu derajat dan dihapuskan daripadanya satu kesalahannya. Lalu apabila ia melakukan shalat, maka senantiasalah Malaikat mendoakan atasnya, selama ia masih tetap berada di tempat shalatnya. (Doa Malaikat itu adalah), ‘Ya Allah, belas kasihanilah dia. Ya Allah, rahmatilah dia.’ Dan senantiasalah salah seorang kamu dianggap berada dalam shalat, selama ia menantikan shalat (berjamaah).”

(Bukhari – Muslim)

Zaid bin Tsabit r.a. berkata: Bersabda Nabi saw, “Hai sekalian manusia, shalatlah di rumah, maka sesungguhnya seutama-utama shalat seseorang itu adalah di rumahnya, kecuali shalat fardhu.”

(Bukhari – Muslim)

Ibnu Umar r.a. berkata: Bersabda Nabi saw, “Jadikan penghabisan (akhir) shalatmu pada waktu malam dengan shalat witir.”

(Bukhari – Muslim)

Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bangun malam pada bulan Ramadhan dan mengerjakan shalat malam karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah maka diampuni semua dosanya yang telah lalu.”

(Bukhari – Muslim)

Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Andai aku tidak khawatir akan memberatkan umatku, niscaya kuwajibkan mereka bersiwak (gosok gigi) pada tiap-tiap shalat.”

(Bukhari – Muslim)

Abu Hurairah r.a. berkata: Bersabda Nabi saw, “Lima macam dari fitrah (kelakuan yang tetap dari sunat para Nabi) yaitu khitan, mencukur rambut kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur kumis.”

(Bukhari – Muslim)

Ibnu Umar r.a. berkata: Bersabda Nabi saw, “Cukurlah kumis dan peliharalah jenggot.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Jabir bin Samurah r.a. berkata: “Penduduk Kufah mengadukan Sa’ad bin Abi Waqqash r.a. kepada Amirul Mukminin Umar bin Al-Khaththab r.a. sehingga Umar pun memecatnya dan digantikan oleh Ammar bin Yasir r.a. Begitu berat pengaduan mereka, hingga mereka mengadukan bahwa engkau tidak bisa shalat dengan sempurna.” Jawab Sa’ad, “Adapun aku, demi Allah, memimpin mereka dalam shalat sebagaimana shalat Rasulullah saw tidak mengurangi sedikit pun daripadanya. Yaitu memanjangkan dua rakaat pertama dan memendekkan dua rakaat terakhir.” Berkata Umar, “Aku kira engkau memang demikian adanya, ya Abu Ishaq.” Kemudian Umar mengirim Sa’ad ke Kufah bersama beberapa orang untuk menanyakan langsung kepada rakyat di sana tentang dirinya. Setiap masjid didatangi dan kepada jamaah yang ada di situ langsung ditanyakan tentang Sa’ad. Maka mereka pun menjawab dengan jujur, terus terang dan mereka semua memuji kebaikan Sa’ad kecuali ketika mereka masuk di masjid bani ‘Abs, maka ketika ditanyakan tentang Sa’ad ada seorang lelaki bernama Usamah bin Qatadah yang bergelar Abu Sa’adah menjawab, “Jika engkau bertanya tentang Sa’ad maka ia adalah orang yang tidak suka keluar

memimpin pasukan perang, kalau membagi tidak pernah rata dan kalau menghukum tidak adil.” Mendengar jawaban seperti itu, Sa’ad menyerahkan urusannya kepada Allah dan berkata, “Ingat, saya hendak berdoa tiga macam yaitu ‘Ya Allah, jika hamba-Mu ini berdusta (yakni Abu Sa’adah), hanya bermaksud mencari muka dan nama, maka panjangkanlah umurnya, jadikan ia miskin sampai tua dan hadapkan ia kepada berbagai fitnah.'” Ternyata doa Sa’ad dikabulkan oleh Allah, sehingga ketika orang itu telah lanjut usia, selalu saja bila orang bertanya tentangnya maka dijawab, “Orang yang telah terkena bala’ oleh doa Sa’ad bin Abi Waqqash r.a.”

(Bukhari – Muslim)

Abdul Malik bin Umar yang meriwayatkan hadits ini dari Jabir bin Samurah berkata, “Saya sendiri melihat orang itu telah demikian tuanya, sehingga alisnya hampir menutupi matanya. Tetapi ia selalu duduk- duduk di tepi jalan mengganggu gadis-gadis yang lewat.”

Dari Abu Waqid (al-Harits) bin ‘Auf r.a. berkata: Ketika Rasulullah saw duduk di masjid, sedang orang banyak (para sahabat) duduk pula bersama beliau, tiba-tiba datang tiga orang lelaki. Maka dua orang diantara mereka menghadap Rasulullah saw, sedang yang seorang lagi terus pergi. Kemudian kedua orang itu berhenti di hadapan Rasulullah saw. Lalu salah seorang dari keduanya melihat tempat kosong pada majelis itu, kemudian duduk padanya. Sedang yang seorang lagi duduk di belakang mereka. Adapun orang yang ketiga maka ia berpaling dan terus pergi. Ketika Rasulullah saw telah selesai menyampaikan ajarannya, berliau bersabda, “Sukakah aku beritahukan kepadamu

tentang ketiga orang itu? Adapun salah seorang dari mereka, maka ia bermaksud mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah pun mendekatinya. Yang seorang lagi merasa malu (untuk berdesak-desakkan) maka Allah pun malu (untuk menyiksanya). Sedang orang yang ketiga berpaling, maka Allah pun berpaling dari padanya (tidak memberikan rahmat-Nya).”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda, “Ada seseorang yang biasa menghutangkan kepada orang-orang, maka jika ia menyuruh menagih kepada pesuruhnya, ia selalu berpesan, ‘Jika kamu mendapati orang itu masih belum dapat membayar, maka maafkanlah dia, semoga Allah memaafkan kami kelak.’ Maka ketika ia berhadapan dengan Allah, Allah memaafkannya.”

(Bukhari – Muslim)

Dari Abu Waqid (al-Harits) bin ‘Auf r.a. berkata: Ketika Rasulullah saw duduk di masjid, sedang orang banyak (para sahabat) duduk pula bersama beliau, tiba-tiba datang tiga orang lelaki. Maka dua orang diantara mereka menghadap Rasulullah saw, sedang yang seorang lagi terus pergi. Kemudian kedua orang itu berhenti di hadapan Rasulullah saw. Lalu salah seorang dari keduanya melihat tempat kosong pada majelis itu, kemudian duduk padanya. Sedang yang seorang lagi duduk di belakang mereka. Adapun orang yang ketiga maka ia berpaling dan terus pergi. Ketika Rasulullah saw telah selesai menyampaikan ajarannya, berliau bersabda, “Sukakah aku beritahukan kepadamu

tentang ketiga orang itu? Adapun salah seorang dari mereka, maka ia bermaksud mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah pun mendekatinya. Yang seorang lagi merasa malu (untuk berdesak-desakkan) maka Allah pun malu (untuk menyiksanya). Sedang orang yang ketiga berpaling, maka Allah pun berpaling dari padanya (tidak memberikan rahmat-Nya).”

(Bukhari – Muslim)

Wahai anak-anak Adam, selagi mana engkau memohon dan mengharapkan dari-Ku, Aku ampunkan engkau walau apapun dosamu, Aku tidak peduli. Wahai anak-anak Adam, jika dosamu sampai ke puncak langit, lalu engkau pohon keampunan dari-Ku, Aku ampunkan engkau, aku tidak peduli. Wahai anak-anak Adam, engkau jika datang kepada-Ku dengan dosa yang hampir memenuhi bumi, namun engkau menemui-Ku tanpa mensyirikkan Daku dengan sesuatu, nescaya aku datang kepadamu dengan penuh keampunan.

— HR. Tirmizi

Akan menjalar kepada kamu penyakit umat-umat yang terdahulu; hasad dan benci membenci. Itu sebenarnya pencukur. Aku tidak menyatakan pencukur rambut, tetapi ia mencukur agama”

— HR. Al-Bazzar dan Tirmizi

Tahukah kalian siapa orang yang muflis ? Para sahabat menjawab : Orang yang muflis di antara kami adalah mereka yang tidak memiliki dirham dan harta. Kemudian Baginda bersabda: Orang yang muflis dari umatku adalah mereka yang datang pada hari kiamat kelak dengan pahala shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia pernah mencela orang ini, menuduh orang itu, makan harta ini, membunuh orang itu, memukul orang itu. Maka diambil amal kebaikannya dan diberikan kepada orang-orang yang ia zalimi. Jika kebaikan miliknya telah habis sedangkan perkaranya belum selesai, maka diambil kesalahan-kesalahan (orang yang ia zalimi) kemudian dicampak ke atasnya. Kemudian dia dicampakkan ke dalam api neraka.

— HR. Muslim

This content is password protected. To view it please enter your password below: